Sabta Diana
English Department, Faculty Of Humanities, University Of Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37 Jember 68121

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

ANALYZING METAPHORS IN KAHLIL GIBRAN’S “NYMPHS OF THE VALLEY” Diana, Sabta
Jurnal Pengembangan Pendidikan Vol 8, No 2 (2011)
Publisher : Jurnal Pengembangan Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.968 KB)

Abstract

Abstract. Artikel ini tentang analisis metaphormenggunakan teori perbandingan (comparison theory) yang merubah metaphormenjadi bentuk yang mirip dengan simile-kompleks. Disamping itu ada pulabeberapa konsep metaphor yang berguna bagi pembaca kesusasteraa khususnyapembelajaruntuk lebih memahami apa metaphor itu dan bagaimana konsepnya.Persepsi konseptersebut menjadi system persepsi di otak manusia sejalan dengankonsep budaya dalam mengintepretasikan metaphor. Metode analisis datamenggunakan metode descriptive kualitatif. Data ekspresi metaphor yangdianalisa berasal dari karya Kahlil Gibran berjudul “Nymphs of the Valley. Datatersebut ditulis, didokumentasikan, dianalisa, dan diintepretasikan agardidapat makna yang sesuai. Pada akhirnya Levinson (1983) menyatakan bahwateori-teori tersebut menggambarkan bagaimana cara proses semanticmengintepretasikan metaphor tidak selalu berbeda dari proses biasanya dariproses pemahaman bahasa. Kata kunci: Metaphor, the perceptual system, thestructure of metaphors: tenor vs. vehicle, comparison theory, interactiontheory, nominal metaphors, predicative metaphors, sentential metaphors,
A Critical Discourse Analysis on Implicit Opinion of Russian Dissatisfaction upon Putin Regime as Expressed in Article “The Civil Archipelago : How Far Can The Resistance To Vladimir Putin Go?” Marlangen, Niken Wresthi Kinanthi; Tallapessy, Albert; Diana, Sabta
Publika Budaya Vol 2, No 2 (2014): Juli
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.478 KB)

Abstract

This research discusses the implicit opinion about Russian people dissatisfaction upon Putin regime as expressed in article The Civil Archipelago: How Far Can the Resistance to Vladimir Putin Go? This article was published by an American popular mass media, The New Yorker. The main goal of this research is to uncover the hidden opinion that it is unable to emerge an ambiguous interpretation. The implicitness is analysed by using Potts’s (2005) theory of Conventional Implicature. The domains used are Nominal Appositive and Supplementary Relative. In order to see the relationship between the implication and the ideological effect of mass media, a critical discourse analysis is applied as well. Namely by taking the socio-political relationship of Russia and US into account. Keywords: critical discourse analysis, conventional implicature, supplementary relative, nominal appositive, US-Russia’s socio-political relationship
The Intended Meaning of the Idiomatic Utterances Used in the Selected Speech of President Barack Obama in Addressing between the United States and Muslim Countries (Maksud yang Terkandung dalam Ungkapan-ungkapan Idiom yang Digunakan dalam beberapa Pilihan Nisa, Chilyatun; Samudji, Samudji; Diana, Sabta
Publika Budaya Vol 2, No 3 (2014): Nopember
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.753 KB)

Abstract

Pemakaian Idiom digunakan dalam berbagai situasi, yakni situasi informal dan formal dalam pidato. Adapun tujuan penelitian ini diantaranya untuk meneliti beberapa tujuan komunikasi pembicara dan maksud tersirat idiom pada ungkapan metafor yang digunakan oleh pembicara dalam berpidato. Selanjutnya, penelitian ini membahas tentang penggunaan ungkapan idiom secara lebih jauh dalam konsep metafor. Konsep tersebut digunakan untuk membahas tentang beberapa tujuan pembicara yang menghubungkan antara sistem pemahaman dan pengalaman pembicara tersebut di dunia nyata. Objek kajian dalam penelitian ini adalah transkrip pilihan dari pidato Obama yang membahas tentang hubungan Amerika dan negara-negara Muslim. Teori konsep metafor diaplikasikan untuk menggambarkan ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh Obama, khususnya idiom, yang mengacu pada hubungan negara-negara tersebut. Ungkapan idiom ini menghasilkan maksud tersirat, oleh karena itu peninjauan tindak tutur tak langsung dari teori yang digagas oleh Searle (dalam Yule, 1996) serta pelanggaran maksim yang digagas oleh Grice (dalam Levinson, 1983) dipakai untuk mencapai maksud dan tujuan Obama dalam menyampaikan pidato di negara-negara Muslim tersebut. Selanjutnya, teori pelanggaran maksim diaplikasikan untuk mengetahui beberapa maksud ungkapan idiom Obama. Dengan demikian, kajian konsep metafor (Kövecses, 2002) dan dua teori pendukung tersebut dipakai dalam penelitian ini. Kajian penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan dan menafsirkan ungkapan idiom dalam pidato tersebut. Dalam hasil penelitian ini dibuktikan bahwa Obama banyak menggunakan ekspresi idiom dalam berpidato. Ungkapan-ungkapan idiom tidak hanya digunakan untuk memperhalus gaya berpidato Obama, namun juga untuk mengungkapkan secara tidak langsung tujuan-tujuan komunikasi Obama dalam menyampaikan pidato di negara-negara Muslim. Kata Kunci: Idiom, Konsep metafor, Prinsip Koperatif, Pelanggaran maksim, Tindak tutur, Konteks situasi Abstract The use of idioms is applied in any situations, informal and formal situation of the speech. The aims of this research are to examine the speaker’s communicative purposes and implied meanings based on idiom in metaphorical expressions he used in delivering speech. Further, this research discusses more about the use of idiom in metaphorical concept. Such concept is used to treat the speaker’s intentions related to his perceptual system and experience with the real world. The transcripts of selected speech of Obama in addressing between the United States and Muslim countries are used as the objects. The theory of conceptual metaphor is applied to describe Obama’s idiomatic expressions to address the relationship between those countries. Since idioms generate intended meanings, the observations of indirect speech acts proposed by Searle (as cited in Yule, 1996) and maxims violation proposed by Grice (as cited in Levinson, 1983) are required to get the further interpretation. The theory of indirect speech acts is used to achieve the aims of Obama performing speeches in Muslim Countries. Further, violating maxims are treated to explore the implied meanings of Obama’s idiomatic expressions. Thus, the study of conceptual metaphor (Kövecses, 2002) and two supporting theories of speech acts and maxims violation are conducted in this research. This study employs qualitative research to describe and to interpret the idiomatic utterances in Obama’s speeches. The result of this research proved that Obama uses many idiomatic expressions in his speeches. The idiomatic expressions are used not only to refine the rhetorical style in his speeches, but also to imply Obama’s communicative purposes in delivering speech in Muslim Countries. Keywords: Idiom, Conceptual metaphor, Cooperative Principle, Flouting maxims, Speech acts, Context of situation
A STUDY OF CONCEPTUAL METAPHOR IN SUZANNE COLLINS THE HUNGER GAMES SEBUAH KAJIAN KONSEPTUAL METAFORA PADA THE HUNGER GAMES OLEH SUZANNE COLLINS Kurniawati, Kurniawati; Tallapessy, Albert; Diana, Sabta
Publika Budaya Vol 2, No 3 (2014): Nopember
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.944 KB)

Abstract

Di dalam karya sastra, bahasa digunakan untuk mengkaji hal-hal yang terjadi disekitar kita dengan menggukanan gaya bahasa seperti metafora. Metafora adalah strategi komunikasi di implikatur yang merupakan bagian dari studi Pragmatik. Metaphor juga dapat menggambarkan kejadian sehari-hari seperti konsep emosi pada novel The Hunger Games oleh Suzanne Collins (2009). Selanjutnya, untuk mengumpulkan data, proses identifikasi dan sampling konseptual metafora digunakan berdasarkan teori Conceptual Metaphor oleh Lakoff dan Johnson (1980) dan sembilan domain oleh Kӧvecses (2000). Comparison Teori yang disusun oleh Miller (dikutip di Levinson, 1983) digunakan untuk mengkategorikan tipe-tipe metafora dan untuk menginterpretasi metafora. Riset ini menerapkan strategi Mixed-method. Dengan menggunakan exploratory-qualitative-statistical research data-data dianalisis dengan cara perhitungan, pengkategorian, dan uraian. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa hanya tipe nominal dan predicative yang sering muncul. Target domain SADNESS, FEAR, dan ANGER yang mendominasi. NATURAL FORCE, FIRE, TORMENTOR, DOWN, dan CAPTIVE ANIMAL sering muncul sebagai source domain. Keseluruhan dominan data muncul dan mengindikasikan kecenderungan tertentu yang berhubungan dengan keseluruhan cerita, karakter dan apa saja yang karakter Katniss Everdeen lakukan dan rasakan di dalam cerita. Kata kunci: Karya sastra, metafora, emosi, konseptual metafora, Pragmatik ABSTRACT In literary work, language is used to examine what happen around us by using one of language style such as metaphor. Metaphor is a communicative strategy in implicature that belongs to Pragmatics study. Metaphor also works on our daily routine expressions such as the concept of emotion in novel of The Hunger Games written by Suzanne Collins (2009). Further, to collect data, identifying and sampling are applied based on theory of Conceptual Metaphor by Lakoff and Johnson (1980) and nine domains of emotion by Kӧvecses (2000). Theory of Comparison that proposed by Miller (cited in Levinson, 1983) is used to categorize the types of metaphors and to interpret metaphors. This research applies Mixed-method strategy through exploratory-qualitative-statistical research data will be executed in statistic, categorization, and exploration. The results of this research show that there are only nominal and predicative metaphors that are dominantly used. SADNESS, FEAR, and ANGER are the dominant target domains. There are NATURAL FORCE, FIRE, TORMENTOR, DOWN, and CAPTIVE ANIMAL appearing as the dominant source domains. The whole dominant categories appear and indicate particular tendency that is related with the story, character and what Katniss Everdeen as the main character does and feels in the story. Keywords: literary works, metaphor, emotion, Conceptual Metaphor, Pragmatics.
SPEECH ACTS ANALYSIS OF THE MAIN CHARACTER IN SHREK MOVIE SCRIPT ANALISIS (TINDAK TUTUR PADA TOKOH UTAMA DI DALAM NASKAH FILM SHREK) Isnawati, Fifin Dwi; Anam, Syamsul; Diana, Sabta
Publika Budaya Vol 3, No 1 (2015): Maret
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.447 KB)

Abstract

In the study of language, what people do by saying something is called speech acts. Speech acts is not only found in everyday life but also in the film. This research concerns with speech acts produced by the main character in Shrek movie script. The aims of this research are to describe the types of speech acts and to analyze the most dominant speech acts produced by the main character. Besides, the aim of this research is also to know and describe the purposes of Shrek as the main character to use speech acts. The objects of this research are texts in the form of movie script. Austin’s (1962) theory of speech acts is applied in this research as the major theory. The types of research in this study are qualitative and quantitative research. Qualitative research is applied to analyze the data in the form of the text. Quantitative research is used to count the member of speech acts used by Shrek to conclude which types of speech acts is dominantly used. There are 50 utterances to be analyzed. The result of this research shows that the four types of speech acts produced by Shrek are directives, representatives, expressives, and commissives. This study shows that the dominant speech acts used is directives. It reaches 44%. It indicates that Shrek uses directives because he wants to make the hearer do something. Besides, Shrek also wants to be admitted by the people that he is actually a kind ogre. Keywords: directives, Shrek, speech acts, types of speech acts. . ABSTRAK Dalam ilmu bahasa, apa yang dilakukan seseorang melalui ucapannya disebut tindak tutur. Tindak tutur tidak hanya ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga di dalam sebuah film. Penelitian ini merujuk pada tindak tutur yang digunakan oleh tokoh utama di dalam naskah film Shrek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan tipe-tipe tindak tutur dan untuk menganalisa tipe tindak tutur yang paling dominan digunakan oleh tokoh utama. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah juga untuk mengetahui dan menjabarkan tujuan Shrek sebagai tokoh utama dalam menggunakan tindak tutur. Objek dari penelitian ini adalah teks dalam bentuk naskah film. Teori tindak tutur oleh Austin (1962) digunakan dalam penelitian ini sebagai teori utama. Tipe penelitian di penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis data dalam bentuk teks. Penelitian kuantitatif digunakan untuk menghitung jumlah tindak tutur yang digunakan oleh Shrek untuk menyimpulkan tindak tutur mana yang paling dominan dipakai. Ada 50 tutur kata yang dianalisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat tipe tindak tutur yang digunakan oleh Shrek: directives, representatives, expressives, dan commissives. Penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur yang paling dominan digunakan adalah directives. Tipe ini mencapai 44%. Hal ini mengindikasikan bahwa Shrek menggunakan directives karena dia ingin membuat pendengarnya melakukan sesuatu. Selain itu, Shrek juga ingin diakui oleh orang-orang bahwa dia sebenarnya adalah raksasa yang baik. Kata kunci: directives, Shrek, tindak tutur, tipe-tipe tindak tutur.
BIAS AND POWER: APPRAISAL IN MEDIA DISCOURSE (KEBERPIHAKAN DAN KUASA: PENAKSIRAN DALAM WACANA MEDIA) Wati, Enike Prasetyo; Tallapessy, Albert; Diana, Sabta
Publika Budaya Vol 3, No 1 (2015): Maret
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.881 KB)

Abstract

Obyek penelitian ini adalah wacana media, berupa tiga artikel berita dari situs koran berbahasa Inggris di Indonesia, Jakarta Globe, yang membahas tentang pemilu presiden 2014. Ketiga artikel tersebut antara lain Personalities Set to Trump Party Loyalties in Indonesian Presidential Election, Golkar Riven by Presidential Candidacy, dan SBY Silence May Speak a Thousand Words. Ketiganya membandingkan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berdasarkan konteks kalimat-kalimatnya, ditaksir ada hubungan antara keberpihakan dan kuasa. Maka, pemikiran tentang keberpihakan dan kuasa digunakan dalam memilah data. Lalu, berkaitan dengan Systemic Functional Linguistics (SFL), proses verbal tampak dominan karena pemilihan narasumber sebagai indikator adanya kecenderungan penerbit terhadap salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dalam penelitian ini, SFL dan pengembangannya, appraisal, berguna dalam mengkode data ke dalam tabulasi. Kemudian, pendirian kritis diperlukan untuk mengungkap manipulasi kuasa, dominasi, dan keberpihakan yang ditemukan pada ketiga artikel berita tersebut. Oleh karena itu, Analisis Wacana Kritis (CDA) adalah pendekatan yang digunakan. Kata kunci: Jakarta Globe, Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, appraisal, keberpihakan, kuasa, proses verbal. ABSTRACT The objects of research are media discourses, three articles from a website of English language newspaper in Indonesia, The Jakarta Globe, talking about presidential election 2014. They are Personalities Set to Trump Party Loyalties in Indonesian Presidential Election, Golkar Riven by Presidential Candidacy, and SBY Silence May Speak a Thousand. They compare Joko Widodo-Jusuf Kalla to Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. In this case, appraisal exists. There is a relation between bias and power which are situational contexts. Thus, the frameworks of power and bias are used in sorting the data. Then, related to Systemic Functional Linguistics (SFL), verbal processes seem dominant because of the sources selection to indicate appraisal event. In this research, SFL and its development, appraisal, work in coding the data into tabulation. Then, a critical stance is needed to reveal the power, dominance, and bias found in the three chosen news articles. Hence, Critical Discourse Analysis (CDA) serves as the approach used. Keywords: The Jakarta Globe, Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, appraisal, bias, power, verbal processes.
ANALYZING METAPHORS IN KAHLIL GIBRAN’S “NYMPHS OF THE VALLEY” Diana, Sabta
Jurnal Pengembangan Pendidikan Vol 8 No 2 (2011)
Publisher : Jurnal Pengembangan Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Artikel ini tentang analisis metaphormenggunakan teori perbandingan (comparison theory) yang merubah metaphormenjadi bentuk yang mirip dengan simile-kompleks. Disamping itu ada pulabeberapa konsep metaphor yang berguna bagi pembaca kesusasteraa khususnyapembelajaruntuk lebih memahami apa metaphor itu dan bagaimana konsepnya.Persepsi konseptersebut menjadi system persepsi di otak manusia sejalan dengankonsep budaya dalam mengintepretasikan metaphor. Metode analisis datamenggunakan metode descriptive kualitatif. Data ekspresi metaphor yangdianalisa berasal dari karya Kahlil Gibran berjudul “Nymphs of the Valley. Datatersebut ditulis, didokumentasikan, dianalisa, dan diintepretasikan agardidapat makna yang sesuai. Pada akhirnya Levinson (1983) menyatakan bahwateori-teori tersebut menggambarkan bagaimana cara proses semanticmengintepretasikan metaphor tidak selalu berbeda dari proses biasanya dariproses pemahaman bahasa. Kata kunci: Metaphor, the perceptual system, thestructure of metaphors: tenor vs. vehicle, comparison theory, interactiontheory, nominal metaphors, predicative metaphors, sentential metaphors,
BIAS AND POWER: APPRAISAL IN MEDIA DISCOURSE (KEBERPIHAKAN DAN KUASA: PENAKSIRAN DALAM WACANA MEDIA) Enike Prasetyo Wati; Albert Tallapessy; Sabta Diana
Publika Budaya Vol 3 No 1 (2015): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obyek penelitian ini adalah wacana media, berupa tiga artikel berita dari situs koran berbahasa Inggris di Indonesia, Jakarta Globe, yang membahas tentang pemilu presiden 2014. Ketiga artikel tersebut antara lain Personalities Set to Trump Party Loyalties in Indonesian Presidential Election, Golkar Riven by Presidential Candidacy, dan SBY Silence May Speak a Thousand Words. Ketiganya membandingkan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berdasarkan konteks kalimat-kalimatnya, ditaksir ada hubungan antara keberpihakan dan kuasa. Maka, pemikiran tentang keberpihakan dan kuasa digunakan dalam memilah data. Lalu, berkaitan dengan Systemic Functional Linguistics (SFL), proses verbal tampak dominan karena pemilihan narasumber sebagai indikator adanya kecenderungan penerbit terhadap salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Dalam penelitian ini, SFL dan pengembangannya, appraisal, berguna dalam mengkode data ke dalam tabulasi. Kemudian, pendirian kritis diperlukan untuk mengungkap manipulasi kuasa, dominasi, dan keberpihakan yang ditemukan pada ketiga artikel berita tersebut. Oleh karena itu, Analisis Wacana Kritis (CDA) adalah pendekatan yang digunakan. Kata kunci: Jakarta Globe, Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, appraisal, keberpihakan, kuasa, proses verbal. ABSTRACT The objects of research are media discourses, three articles from a website of English language newspaper in Indonesia, The Jakarta Globe, talking about presidential election 2014. They are Personalities Set to Trump Party Loyalties in Indonesian Presidential Election, Golkar Riven by Presidential Candidacy, and SBY Silence May Speak a Thousand. They compare Joko Widodo-Jusuf Kalla to Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. In this case, appraisal exists. There is a relation between bias and power which are situational contexts. Thus, the frameworks of power and bias are used in sorting the data. Then, related to Systemic Functional Linguistics (SFL), verbal processes seem dominant because of the sources selection to indicate appraisal event. In this research, SFL and its development, appraisal, work in coding the data into tabulation. Then, a critical stance is needed to reveal the power, dominance, and bias found in the three chosen news articles. Hence, Critical Discourse Analysis (CDA) serves as the approach used. Keywords: The Jakarta Globe, Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, appraisal, bias, power, verbal processes.
A STUDY OF CONCEPTUAL METAPHOR IN SUZANNE COLLINS' THE HUNGER GAMES SEBUAH KAJIAN KONSEPTUAL METAFORA PADA THE HUNGER GAMES OLEH SUZANNE COLLINS Kurniawati Kurniawati; Albert Tallapessy; Sabta Diana
Publika Budaya Vol 2 No 3 (2014): Nopember
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di dalam karya sastra, bahasa digunakan untuk mengkaji hal-hal yang terjadi disekitar kita dengan menggukanan gaya bahasa seperti metafora. Metafora adalah strategi komunikasi di implikatur yang merupakan bagian dari studi Pragmatik. Metaphor juga dapat menggambarkan kejadian sehari-hari seperti konsep emosi pada novel The Hunger Games oleh Suzanne Collins (2009). Selanjutnya, untuk mengumpulkan data, proses identifikasi dan sampling konseptual metafora digunakan berdasarkan teori Conceptual Metaphor oleh Lakoff dan Johnson (1980) dan sembilan domain oleh Kӧvecses (2000). Comparison Teori yang disusun oleh Miller (dikutip di Levinson, 1983) digunakan untuk mengkategorikan tipe-tipe metafora dan untuk menginterpretasi metafora. Riset ini menerapkan strategi Mixed-method. Dengan menggunakan exploratory-qualitative-statistical research data-data dianalisis dengan cara perhitungan, pengkategorian, dan uraian. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa hanya tipe nominal dan predicative yang sering muncul. Target domain SADNESS, FEAR, dan ANGER yang mendominasi. NATURAL FORCE, FIRE, TORMENTOR, DOWN, dan CAPTIVE ANIMAL sering muncul sebagai source domain. Keseluruhan dominan data muncul dan mengindikasikan kecenderungan tertentu yang berhubungan dengan keseluruhan cerita, karakter dan apa saja yang karakter Katniss Everdeen lakukan dan rasakan di dalam cerita. Kata kunci: Karya sastra, metafora, emosi, konseptual metafora, Pragmatik ABSTRACT In literary work, language is used to examine what happen around us by using one of language style such as metaphor. Metaphor is a communicative strategy in implicature that belongs to Pragmatics study. Metaphor also works on our daily routine expressions such as the concept of emotion in novel of The Hunger Games written by Suzanne Collins (2009). Further, to collect data, identifying and sampling are applied based on theory of Conceptual Metaphor by Lakoff and Johnson (1980) and nine domains of emotion by Kӧvecses (2000). Theory of Comparison that proposed by Miller (cited in Levinson, 1983) is used to categorize the types of metaphors and to interpret metaphors. This research applies Mixed-method strategy through exploratory-qualitative-statistical research data will be executed in statistic, categorization, and exploration. The results of this research show that there are only nominal and predicative metaphors that are dominantly used. SADNESS, FEAR, and ANGER are the dominant target domains. There are NATURAL FORCE, FIRE, TORMENTOR, DOWN, and CAPTIVE ANIMAL appearing as the dominant source domains. The whole dominant categories appear and indicate particular tendency that is related with the story, character and what Katniss Everdeen as the main character does and feels in the story. Keywords: literary works, metaphor, emotion, Conceptual Metaphor, Pragmatics.
THE APPRAISAL OF BIAS AND POWER AS EXPRESSED IN SEVERAL INDONESIAN NEWS ARTICLES ABOUT INDONESIA NEW HOUSE SPEAKER INAUGURATION Ismi Kuntum Zulaikha; Sabta Diana
Publika Budaya Vol 5 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract This research discusses about bias and power in the four chosen news articles published by the Jakarta Post. Those four articles discuss the competition between two bickering factions inside Golkar Party, Bakrie’s group and Laksono’s group, to grab the position of new house speaker in early 2016. The main goal of this research is to reveal the power and bias applied implicitly through the linguistic features enacted in media. The revelation of bias is analyzed through its linguistic choice by using Appraisal theory proposed by Martin and White (2005). Since bias is one of the social inequalities phenomena, this research is revealed under Critical Discourse Analysis (CDA) scope, especially using Firclough’s three dimensional frameworks, which deals with analyzing the relation between language and social context. The Jakarta Post needs to obey the principles of journalist that are being neutral, independent and objective in informing the news. However, the result of this research shows that the media is possible to do bias because of political interest.