Ari Widyaningsih
Universitas Ngudi Waluyo

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Sectio Cesarea di RSUD Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin: Description of the Characteristics of Maternity with Sectio Cesarea at Sungai Lilin Hospital, Musi Banyuasin Regency Hestin Dwi Rahayu; ariA Widyaningsih
Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS) Vol. 4 No. 2 (2022): Journal of Holistics and Health Sciences (JHHS), September
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jhhs.v4i2.202

Abstract

According to WHO (World Health Organization) the average standard of sectio cesarean (SC) operation is around 5 - 15%. Data from the WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health showed that 46.1% of all births were by cesarean delivery. The number of maternal deaths in South Sumatra Province in 2018 was 120 people, an increase from 2017. Even at Sungai Lilin Hospital there were the most cases that were a threat, namely in Sectio Cesarean (SC) deliveries, namely in 2018 as many as 83 (18.9%) people. , in 2019 as many as 93 (21.2%) people, in 2020 as many as 97 (22.1%) people and in 2021 (January-November) as many as 166 (37.8%) people, which has increased from 2018-2021 . To describe the characteristics of mothers giving birth with cesarean section at Sungai Lilin Hospital, Musi Banyuasin Regency in 2021. This study used a descriptive analytic survey method with a cross sectional approach. The population of this study were all mothers who gave birth at Sungai Lilin Hospital in 2021 (January-November) with a total sample of 166 respondents. Shows that there are 103 respondents (62.0%) who perform cesarean section in low education, compared to 63 respondents (38.0%) with higher education. At the age of the mother, it is more common at the age of the mother who is not at risk (>20-< 35 years) as many as 124 respondents (74.7%) of the mothers with risk age (<20->35 years) as many as 42 respondents (25.3%) and in parity mothers who gave birth a lot by cesarean section, parity multiparous mothers were 101 respondents (60.8 %), the parity of primiparous mothers was 51 respondents (30.7%) and the parity of grandemultiparous mothers was 14 respondents (8.4%). The conclusion of the research shows that the incidence of cesarean section based on education is more in low education as many as 103 respondents (62.0%), at age it is more common at the age of mothers who are not at risk (>20-<35 years) as many as 124 respondents (74.7%) and on parity multiparous mothers as many as 101 respondents (60.8%). It is hoped that it can be input and strive for the patient's mindset about not distinguishing between education and medical indications. ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization ) standar rata-rata operasi sectio cesarea (SC) sekitar 5 - 15%. Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health menunjukkan 46,1% dari seluruh kelahiran melalui persalinan SC. Jumlah kematian ibu maternal di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sebanyak 120 orang meningkat dari tahun 2017. Bahkan di RSUD Sungai Lilin terdapat kasus terbanyak yang menjadi ancaman yaitu pada persalinan sectio Cesarea (SC) yaitu pada tahun 2018 sebanyak 83 (18,9%) orang, tahun 2019 sebanyak 93 (21,2%) orang ,tahun 2020. Sebanyak 97 (22,1%) orang dan tahun 2021 (Januari-November) sebanyak 166 (37,8%) orang, yang mengalami peningkatan dari tahun 2018-2021. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan sectio cesarea di RSUD Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2021. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Sungai Lilin tahun 2021 (Januari-November) dengan sampel yang diambil secara total sampling berjumlah sebanyak 166 responden. Distribusi frekuensi pada pendidikan rendah sebanyak (62.0%) dari pada ibu yang pendidikan tinggi sebanyak (38.0%) , pada umur ibu lebih banyak terjadi pada usia ibu tidak beresiko (>20-<35 tahun) sebanyak (74.7%) dari pada ibu dengan usia berisiko (<20->35 tahun) sebanyak (25.3%) dan pada paritas ibu yang banyak melahirkan dengan sectio cesarea paritas ibu multipara sebanyak (60.8%), paritas ibu primipara sebanyak (30.7%) dan paritas ibu grandemultipara sebanyak (8.4%). kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian tindakan sectio cesarea berdasarkan pendidikan lebih banyak pada pendidikan rendah sebanyak (62.0%), pada umur lebih banyak terjadi pada usia ibu tidak beresiko (>20-<35 tahun) sebanyak (74.7%) dan pada paritas ibu multipara sebanyak (60.8%). Diharapkan agar dapat bisa menjadi masukan dan mengupayakan terhadap pola pikir pasien tentang tidak membedakan antara pendidikan dengan indikasi medis.
Hubungan Kontrasepsi Hormonal terhadap Tekanan Darah di Puskesmas Leyangan Tahun 2018 Ari Widyaningsih; Isfaizah Isfaizah
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 2 No. 1: March 2019
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.103 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v2i1.143

Abstract

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Perubahan tekanan darah tinggi dapat terjadi pada 5% pemakaian kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan penggunaan jenis kontrasepsi hormonal suntik dengan tekanan darah. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik di Wilayah kerja Puskesmas Leyangan. Tehnik sampling dengan accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 akseptor KB suntik. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariate menggunakan chi square. Lebih dari sepertiga responden memiliki tekanan darah sistole tinggi (35.9%) dan tekanan diastole tinggi (27.2%), menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi (52.2%). Ada hubungan antara penggunaan jenis kontrasepsi suntik dengan tekanan darah sistole, namun tidak ada hubungan antara penggunaan jenis kontrasepsi suntik dengan tekanan darah diastole (p=0.037, p=0.165). Kontrasepsi hormonal suntik kombinasi tidak terlalu berpengaruh dalam tekanan darah, sehingga lebih aman digunakan untuk mencegah kehamilan.
Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Disfungsi Seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Isfaizah Isfaizah; Ari Widyaningsih
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 2 No. 2: September 2019
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.839 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v2i2.270

Abstract

Kontrasepsi hormonal menduduki peringkat pertama pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Kandungan kontrasepsi hormonal terdiri dari hormon estrogen, progesteron memiliki efek negatif pada kehidupan seksual wanita. Puskesmas Lerep merupakan puskesmas dengan akseptor KB hormonal yang tinggi di Kab.Semarang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep.Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan crossectional. Populasi adalah seluruh akseptor KB hormonal di Poli KIA-KB dan Praktek Mandiri Bidan (PMB) di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep yang meliputi kontrasepsi pil kombinasi, suntikan 1 bulan (kombinasi), suntikan 3 bulan, dan implant Tahun 2019. Sampel penelitian ini sebanyak 200 akseptor KB hormonal yang terbagi 4 kelompok yaitu 50 akseptor KB suntik 3 bulan, 50 akseptor KB implant, 50 akseptor KB pil dan 50 akseptor KB suntik 1 bulan dengan menggunakan purposive sampling. Alat yang digunakan dalam penilaian disfungsi seksual menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI) dan untuk karakteristik responden menggunakan ceklist. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariate dengan Chi-Square.Analisis univariat didapatkan sebagian besar akseptor KB kombinasi (KB pil kombinasi) memiliki fungsi seksual yang normal sebesar 60%, akseptor KB suntik 1 bulan (kombinasi)mengalami disfungsi seksual sebesar 58%, akseptor KB DMPA (Depo Medroksi Progesterone Asetat) berupa suntik 3 bulan dan implant mengalami disfungsi seksual sebesar 62% dan 60%. Analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikans antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep (p=0.101). Efek kontrasepsi hormonal terhadap fungsi seksual berbeda-beda sesuai dengan individu masing-masing. Perlunya peningkatan pengetahuan tentang efek samping kontrasepsi hormonal pada akseptor KB hormonal.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Akseptor KB Suntik Ari Widyaningsih; Isfaizah
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 3 No. 1: March 2020
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.416 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v3i1.345

Abstract

Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada masyarakat saat ini salah satunya adalah hipertensi yang diawali pre-hipertensi. World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Beberapa faktor risiko lain juga berkontribusi terhadap kenaikan tekanan darah pada wanita, diantaranya riwayat hipertensi, karakteristik seseorang (usia, jenis kelamin, ras), gaya hidup yang di dalamnya termasuk pola konsumsi lemak dan garam tinggi, makan secara berlebihan hingga mengakibatkan obesitas, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kurang konsumsi sayuran dan buah, aktivitas fisik, pekerjaan, kualitas tidur, konsumsi kopi, stress, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, status gizi dan obesitas sentral.  Perubahan tekanan darah tinggi dapat terjadi pada 5% pemakaian kontrasepsi hormonal. Tekanan darah akan meningkat secara bertahap dan tidak akan menetap. Wanita yang memakai kontrasepsi selama 5 tahun atau lebih, frekuensi perubahan tekanan darah tinggi meningkat 2 sampai 3 kali dari pada tidak memakai alat kontrasepsi hormonal. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi akan meningkat dengan bertambahnya umur, lama pemakaian kontrasepsi dan bertambahnya berat badan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukkan penelitian tentang. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Akseptor KB Suntik. Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional study dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan uji chi square pada analisa datanya.
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan darah pada Remaja di SMK NU Ungaran Isfaizah Isfaizah; Ari Widyaningsih
Indonesian Journal of Midwifery (IJM) Vol. 4 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Universitas Ngudi waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.348 KB) | DOI: 10.35473/ijm.v4i1.894

Abstract

AbstrakLatar Belakang: Obesitas di Indonesia mengancam anak dan remaja, dimana obesitas sentral pada remaja umur ≥15 tahun meningkat dari 26,6% (2013) menjadi 31% (2018). Obesitas berdampak secara  fisiologis dalam meningkatnya penyakit cardiovaskler seperti hipertensi. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat skrinning untuk pengukuran jumlah lemak pada anak dan remaja yang paling mudah, sederhana dan akurat dalam mendeteksi adanya gizi lebih pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT dengan kenaikan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran.Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus control dengan perbandingan 1:1. Populasi seluruh remaja di SMK NU UNgaran sebanyak 327 siswa, pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok kasus adalah remaja dengan tekanan darah pre-hipertensi sebanyak 40 responden dan kelompok control remaja dengan tekanan darah normal sebanyak 40 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan Chi-Square.Hasil: Analisis univariat diperoleh 50% responden memiliki IMT normal, rerata TD systole vs diastole (116.51 mmHg vs 74.67 mmHg). Ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran (p<0.001, OR:5.571, CI 95%= 2.119 s/d 14.647).Kesimpulan: Remaja yang IMT berlebih akan meningkatkan resiko kenaikan tekanan darah sebesar 5.57 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki IMT normal. Perlu dilakukannya edukasi dan pemantauan status gizi pada remaja serta pengukuran tekanan darah secara berkala untuk mencegah terjadinya pre hipertensi pada usia remaja.Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah
Metode Snowball Throwing Sebagai Upaya Penyadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya ASI Eksklusif Ari Widyaningsih; Isfaizah Isfaizah; Mala Primarti
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT (IJCE) Vol. 1 No. 1 (2019): Indonesian Journal of Community Empowerment Mei Vol.1 No.1
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.876 KB) | DOI: 10.35473/ijce.v1i1.211

Abstract

ASI merupakan harga yang mahal karena selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI menjadikan anak potensial dalam memiliki emosi yang stabil, spiritual yang matang serta memiliki perkembangan sosial yang baik (Prasetyono, 2009). Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas. Oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun.  Metode dalam pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu program.  Metode Snoball Throwing lebih tanggap dalam menerima pesan dan lebih efektif untuk menyampaikan pesan mengenai program – program keluarga berencana pada asangan usia subur.  Metode ni jarang diaplikasikan di masyarakat terutama pemberian metode pendidikan menggunakan Snowball Throwing.  Tenaga kesehatan dibidang promosi kesehatan belum mengetahui metode Snowball Throwing, kebanyakan masih menggunakan metode cerama, pemutaran video dan pembagian leaflet.  Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan responden.  Peran pemberi materi disini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.Kata Kunci : ASI Eksklusif, Snowball Throwing
Menurunkan Tingkat Stres dan Penyakit Degeneratif dengan Pendekatan Focus Grup Discussion di PT Kayu Lapis Indonesia Isfaizah Isfaizah; Ari Widyaningsih
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT (IJCE) Vol. 1 No. 2 (2019): Indonesian Journal of Community Empowerment November Vol.1 No.2
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.127 KB) | DOI: 10.35473/ijce.v1i2.323

Abstract

Saat ini tren masalah kesehatan di dunia telah bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya usia dan gaya hidup yang tidak sehat. Kecenderungan penyakit degeneratif meningkat dan mengancam sejak usia muda. Penyakit degeneratif yang sering terjadi adalah hipertensi, diabetes mellitus, obesitas yang dapat meyebabkan komplikasi mikrovasculer dan makrovaskler.Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering terjadi, tidak hanya pada orang tua tetapi sekarang telah bergeser ke anak muda.  Angka penderita hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dimana pada laki-laki sebesar 52% dan perempuan sebesar 48%. Sedangkan diabetes mellitus di Indonesia tahun 2013 sebesar 6,9% dan 90% diantaranya adalah diabetes mellitus tipe II (DMT2). Munculnya penyakit degeneratif ini tidak terlepas dari perubahan gaya hidup modern dan tuntutan hidup yang menyebabkan stress psikologis meningkat. Stress meningkatkan kadar adrenalin yang akan menstimulasi syaraf simpatis dan meningkatnya curah jantung dan tekanan darah. Selain itu stres meningkatkan produksi kortisol yang mengakibatkan peningkatan glukosa darah dengan merangsang hati untuk melakukan glukoneogenesis dan menghambat kerja insulin.  Rendahnya pengetahuan tentang penyakit menyebabkan seseorang enggan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, sehingga meningkatkan angka kesakitan dan kematian.Pendidikan kesehatan tentang penyakit dirasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar upaya promotif dan preventif dapat ditingkatkan.Focus grup discussion merupakan metode yang tepat untuk menggiring seseorang membahas masalah secara terfokus.
Model Mother-Baby Care (M-BC) untuk Memandirikan Ibu Postpartum dalam Merawat Bayi Baru Lahir Isfaizah Isfaizah; Moneca Dyah Listiani; Ita Puji Lestari; Ari Widyaningsih
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT (IJCE) Vol. 4 No. 2 (2022): Indonesian Journal of Community Empowerment November 2022
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.336 KB) | DOI: 10.35473/ijce.v4i2.1956

Abstract

Newborn care is very important after the baby is born and is very beneficial for both mother and baby such as the rapid recovery of the mother's organs that experience changes during pregnancy and the establishment of a loving relationship between mother and baby. This community service activity includes socializing on how to care for newborns independently properly and correctly, providing counseling about the stages of caring for newborns and practicing directly on postpartum mothers. In addition, it also provides guidelines so that it is easy for cadres to deliver to postpartum mothers, with the hope that all cadres can know how to properly care for newborns which is then applied to postpartum mothers so that mothers can take care of their babies independently. Baby care cannot be separated from family participation. Good and correct baby care will be able to prevent the baby from an unwanted situation and can make the baby fit and healthy. Therefore, baby care must be started as early as possible by involving the family, especially people who are close to the baby such as the mother. The approach that can be taken is to use the mother and baby care model or better known as mother-baby care (M-BC). The use of an approach with the right model is expected to contribute to the reduction of maternal and infant mortality in Indonesia, especially in Sumowono Village. The provision of counseling using the Mother-Baby Care (M-BC) model approach, namely Mother-Baby Care (M-BC) is a patient independence model that aims to teach patients so that their needs are met. In addition, M-BC is also an approach that can be taken by health workers such as nurses to provide emotional support to new families. This service was attended by 20 pregnant women and health cadres in the working area of the Sumowono Public Health Center. All participants were enthusiastic in participating in the training activities, this was proven by the increase in the pre-test to post-test scores from 85.71% to 90% of mothers who had good knowledge of newborn care. Apart from this, mothers also have a supportive attitude to take care of their own baby when it is born.ABSTRAKPerawatan bayi baru lahir sangat penting dilakukan setelah bayi lahir dan sangat bermanfaat baik untuk ibu maupun bayi seperti cepatnya pemulihan organ tubuh ibu yang mengalami perubahan pada saat kehamilan serta terbinanya hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi sosialisasi tentang cara perawatan bayi baru lahir secara mandiri dengan baik dan benar, memberi penyuluhan tentang tahapan perawatan bayi baru lahir dan mempraktekkan langsung terhadap ibu postpartum. Selain itu juga memberikan pedoman agar para kader mudah dalam penyampaian kepada ibu postpartum, dengan harapan seluruh kader dapat mengetahui cara perawatan bayi baru lahir dengan benar yang kemudian di aplikasikan kepada ibu postpartum agar ibu dapat merawat bayinya secara mandiri. Perawatan bayi tidak terlepas dari peran serta keluarga. Perawatan bayi yang baik dan benar akan dapat mencegah bayi dari suatu keadaan yang tidak diinginkan dan bisa membuat bayi menjadi bugar dan sehat. Oleh karena itu, perawatan bayi haruslah dimulai sedini mungkin dengan melibatkan keluarga terutama orang yang dekat dengan bayi seperti ibu. Pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan mengunakan model perawatan ibu dan bayi atau lebih dikenal dengan mother-baby care (M-BC). Penggunaan pendekatan dengan model yang tepat diharapkan dapat berkonstribusi terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia khususnya Desa Sumowono. Pemberian penyuluhan menggunakan pendekatan model Mother-Baby Care (M-BC), yaitu Mother-Baby Care (M-BC) merupakan model memandirikan pasien yang bertujuan untuk membelajarkan pasien agar kebutuhannya terpenuhi. Disamping itu, M-BC juga merupakan pendekatan yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti perawat untuk memberikan dukungan emosional kepada keluarga baru. Pengabdian ini diikuti oleh 20 ibu hamil dan kader kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas sumowono. Seluruh peserta antusias mengikuti kegiatan pelatihan, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai pre test ke postest dari dari 85,71% meningkat menjadi 90% ibu berpengetahuan baik dalam perawatan bayi baru lahir. Selain ini ibu-ibu juga memiliki sikap yang mendukung untuk merawat bayinya sendiri kelak jika sudah lahir.
Sekolah Zero Bullying dengan Penguatan Pendidikan Karakter di SMK Nusa Persada Tengaran Isfaizah; Risma Aliviani Putri; Ari Widyaningsih
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT (IJCE) Vol. 5 No. 1 (2023): Indonesian Journal of Community Empowerment Mei 2023
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/ijce.v5i1.2281

Abstract

The rise of cases of violence that occur, especially at school age, makes parents and educators worry about their children's future. According to the Program for International Students Assessment (PISA) in Indonesia in 2018 as many as 41% of students had experienced bullying (bullying). In the same year, Indonesia was also in 5th position out of 78 countries with the most bullied students. This figure is truly ironic in the midst of the function of schools as a place to seek knowledge, develop one's potential and achievements, educate personal character, but instead they are used as a place to show off and bully their friends which causes the destruction of our generation. One way to prevent and create schools that have zero bullying is to strengthen character education among students. This community service aims to strengthen and increase students' knowledge about character education. This community service activity was held on March 7 2023 at Nusa Persada Tengaran Vocational School, which was attended by 46 class XI students with great enthusiasm. The methods used are lectures, discussions and character strengthening games. Activities given to strengthen the character of students is to provide strengthening of character education with character development material, forms of juvenile delinquency and bullying. Knowledge of students before being given health education about strengthening character education has a minimum value of 6 and a maximum of 9 and an average value of 7.75, and after being given health education there is an increase in adolescent knowledge about strengthening character education with an average score of 8.85, with a minimum score of 7 and a maximum of 10. This shows that this service activity is able to strengthen and increase students' knowledge about character education. It is hoped that activities that build the character of students like this can be carried out continuously to increase the positive character of students.   ABSTRAK                 Maraknya kasus kekerasan yang terjadi khususnya pada usia anak sekolah membuat kalangan orang tua dan para pendidik khawatir terhadap masa depan anak. Menurut Programme for Internasional Students Assesment (PISA) di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 41% siswa pernah mengalami perundungan (bullying). Di tahun yang sama, Indonesia juga berada pada posisi ke-5 dari 78 negara dengan murid yang mengalami perundungan paling banyak. Angka ini sungguh menjadi ironi di tengah fungsi sekolah sebagai tempat mencari ilmu, mengembangkan potensi dan prestasi seseorang, mendidik karaktek pribadi, namun dijadikan malah menjadi tempat ajang unjuk gigi dan membully temannya yang menyebabkan hancurnya generasi kita. Salah satu cara untuk mencegah dan mewujudkan sekolah yang zero bullying adalah dengan menguatkan pendidikan karakter di kalangan siswa/siswi. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menguatkan dan meningkatkan pengetahuan siswa/siswi tentang pendidikan karakter. Kegiatan pengabdian masyarakat ini pada tanggal 7 maret 2023 di SMK Nusa Persada Tengaran, yang diikuti oleh 46 siswa/siswi kelas XI dengan antusiasme yang tinggi. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan game penguatan karakter. Kegiatan yang diberikan untuk menguatkan karakter siswa/siswi adalah dengan memberikan penguatan pendidikan karakter dengan materi pengembangan karakter, bentuk kenakalan remaja dan bullying.  Pengetahuan siswa/siswi sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penguatan pendidikan karakter nilai minimal 6 dan maksimal 9 serta nilai rata-rata 7.75, dan setelah diberikan Pendidikan kesehatan terjadi peningkatan pengetahuan remaja tentang penguatan Pendidikan karakter dengan rata-rata nilai sebesar 8.85, dengan nilai minimal 7 dan maksimal 10. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian ini mampu menguatkan dan meningkatan pengetahuan siswa/siswi tentang pendidikan karakter. Diharapkan kegiatan yang membangun karakter siswa/siswi seperti ini dapat dilakukan secara continue untuk meningkatkan karakter positif peserta didik.
Pengetahuan Lansia Tentang Pentingnya Mengikuti Posyandu Lansia Risma Ramadhanty; Ari Widyaningsih; Dewi Novitasari
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 1 No. 1 (2022): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The elderly (elderly) are the final stage of the aging process. A process that will be experienced by everyone. At this time a person will experience a gradual physical, mental and social deterioration so that he cannot perform his daily duties (stage of decline). Posyandu for the elderly is an integrated service post for the elderly community in a certain area that has been agreed upon, driven by the community where they can get health services through the puskesmas program by involving the participation of the elderly, families, community leaders and social organizations in the organizers. Lack of knowledge about the importance of posyandu for the elderly affects health. Community midwifery care activities are community service activities in fulfilling daily needs and solving problems experienced by the community. The health counseling method is one of the methods used to increase a person's knowledge, abilities through learning practice techniques or instruction with the aim of changing or influencing human behavior individually, in groups, or society. The results of the study were obtained (94%) of the elderly did not participate in the posyandu for the elderly. Related to this problem, the community service program, especially in RT 13 RW 05 Langensari Village, provided a solution to the problem by conducting counseling on the importance of elderly posyandu. The purpose of this activity is to provide increased knowledge about the importance of posyandu for the elderly by comparing knowledge before and after being given information. The counseling activity was held on Thursday, May 6, 2022, at the house of the head of RT 13 RW 05 Langensari Village with the target of the elderly. The activity is carried out with 3 stages, namely opening, delivering material, and evaluating. The results of the knowledge of the elderly before being given counseling were 35% and increased to 100% after being given counseling on the importance of posyandu for the elderly. Conclusion on the importance of increasing knowledge about posyandu for the elderly so that the problems experienced by the elderly can be resolved. AbstrakLansia (lanjut usia) merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Sebuah proses yang akan dialami oleh setiap orang. Pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggara. Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya posyandu lansia berpengaruh terhadap kesehatan. Kegiatan asuhan kebidanan komunitas merupakan aktivitas pengabdian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pemecahan masalah yang dialami oleh masyarakat. Metode penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menambah pengetahuan, kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok, maupun masyarakat. Hasil pengkajian didapatkan (94%) lansia tidak mengikuti posyandu lansia. Berkaitan dengan masalah tersebut program pengabdian masyarakat khususnya di RT 13 RW 05 Kelurahan Langensari memberikan solusi untuk permasalahan tersebut dengan melakukan penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia. Adapun tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya posyandu lansia dengan cara membandingkan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan informasi. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Mei 2022 bertempat di rumah ketua RT 13 RW 05 Kelurahan Langensari dengan sasaran Lansia. Kegiatan dilakukan dengan 3 tahapan yaitu pembukaan, penyampaian materi, dan evaluasi. Hasil pengetahuan Lansia sebelum diberikan penyuluhan sebesar 35% dan meningkat menjadi 100% setelah diberikan penyuluhan tentang pentingnya posyandu lansia. Kesimpulan pentingnya peningkatan pengetahuan mengenai posyandu lansia agar masalah yang dialami oleh lansia bisa teratasi.