Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Diplomasi Hak Asasi Manusia Sukawarsini Djelantik
Jurnal Hukum PRO JUSTITIA Vol. 24 No. 4 (2006)
Publisher : Jurnal Hukum PRO JUSTITIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13307.822 KB)

Abstract

Diplomasi Hak Asasi Manusia
KEKUATAN NASIONAL TIONGKOK DALAM SENGKETA LAUT TIONGKOK SELATAN Sukawarsini Djelantik
Indonesian Journal of International Relations Vol 5 No 2 (2021): INDONESIAN JOURNAL OF INTERNATIONAL RELATIONS
Publisher : Indonesian Association for International Relations

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32787/ijir.v5i2.248

Abstract

The South China Sea (LTS) has a strategic position and rich in natural resources. These waters are claimed by several countries such as China, the Philippines, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, and Taiwan. The overlapping claims have not yet reached a resolution, even though tensions have increased and potentially to become an open conflict. The United States (US) and China have economic, political and strategic interests in winning the competition in the South China Sea. This paper answers the question what is China's position in the dispute in the South China Sea? Has China as a great power succeeded in utilizing its national power to control the waters? China's position is analyzed using the concept of national power consisting of Diplomacy, Information, Military and Economics (DIME), which is commonly used to assess state power. China's strength is compared indirectly with the US, which is the main competitor in the region from a diplomatic, military and economic point of view. From the diplomatic aspect, China controls countries in Southeast Asia which are part of the Belt and Road Initiative (BRI) infrastructure project, whose various projects are funded through the Asian Investment Infrastructure Bank (AIIB). To confirm the claim, China has carried out various constructions of artificial islands in the disputed area, which are equipped with military facilities. From an economic perspective, China's rapid growth in recent decades has made it one of the most respected world powers. These facts indicated that China is a great power that has managed to match the power and influence of the US in the region. In the case of the LTS dispute, it is likely that China will win the competition, influence and support from the disputing countries. China; South China Sea; diplomacy, information, military, economy
PROGRAM REVITALISASI SUNGAI CITARUM; SEBUAH ANALISIS STRENGTH, WEAKNESS, ADVOCATES, ADVESARIES (SWAA) Dissa Erianti; Sukawarsini Djelantik
Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Ilmu Administrasi
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31113/jia.v16i1.209

Abstract

Sungai Citarum yang terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, dijuluki sungai yang paling tercemar sedunia. Pencemaran lingkungan terjadi sejak akhir 1980-an, ketika industrialisasi berlangsung pesat, mengakibatkan penumpukan limbah buangan pabrik yang tidak dikelola secara profesional. Berbagai program perbaikan tidak membawa hasil karena tidak didukung perubahan perilaku masyarakat. Meskipun berbagai program telah dijalankan, tidak membawa hasil nyata. Tulisan ini bertujuan menganalisis peran pemerintah, non-pemerintah dan publik melalui pendekatan SWAA (Strength, Weakness,Advocates, Adversaries), atau kekuatan, kelemahan, advokasi dan ancaman. Belum ada penelitian terkait pencemaran lingkungan yang menganalisis dari empat aspek tersebut, sehingga tulisan ini akan berkontribusi untuk lebih memahami kompleksitas masalah dari sudut pandang pemerintah dan pihak- pihak swasta sebagai pemangku kepentingan. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah dan anggota masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran sungai lebih banyak disebabkan tingginya factor kelemahan (weakness), berupa kurangnya koordinasi dan kerjasama antar para pihak yang terlibat dalam pengelolaan sungai. Implikasi dari penelitian ini, dari segi praktis adalah sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pengelolaan program pengelolaan lingkungan yang lebih berhasil dan berdampak langsung. Sedangkan dari aspek teoritis adalah sebagai contoh dari implementasi dari pendekatan SWAA dalam kebijakan publik.
Film Sebagai Media Edukasi: Peningkatan Kesadaran Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan Elvy Maria Manurung; Sukawarsini Djelantik; Indraswari Indraswari
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.123 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.552

Abstract

Sungai Citarum dinobatkan sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Sungai yang terletak di Jawa Barat ini memiliki peran yang cukup besar bagi kehidupan penduduknya. Selain sebagai sumber air minum, irigasi pertanian, perikanan, pembangkit tenaga listrik untuk kota Bandung, Jakarta, Purwakarta dan sekitarnya, Citarum juga merupakan pemasok air utama untuk kegiatan industri. Lebih dari 27 juta orang memanfaatkan sungai ini sebagai sumber kehidupan, termasuk sekitar 1.500 pabrik yang ada di sekitarnya serta beberapa waduk PLTA. Sudah banyak pengabdian kepada masyarakat dilakukan untuk wilayah sungai Citarum, namun belum Nampak hasil yang signifikan dan belum ada yang menggunakan film sebagai media pendidikan. Film sebagai media pendidikan diharapkan dapat meningkatkan transfer ilmu pengetahuan, mengubah mindset yang selama ini berlaku tentang polusi sungai Citarum –dari yang semula membiarkan bahkan menerima dengan “pasrah” kehidupan yang terpolusi seperti itu—berubah menjadi kesadaran yang lebih meningkat dari masyarakat di tepi sungai Citarum. Film sebagai kritik sosial juga diharapkan dapat mendorong masyarakat di sekitar wilayah sungai Citarum untuk menciptakan sendiri ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan baru untuk mengubah lingkungan yang tidak sehat, sebelumnya, menjadi lingkungan yang sehat dengan air bersih sebagai sumber kehidupan. Menggunakan Taxonomy Bloom sebagai kerangka dan strategi pengabdian, pelaksanaan pengabdian ini akan memiliki dua tahapan kegiatan, yaitu aktivitas sayembara dan aktivitas penghargaan (awarding) - pemutaran (movie screening). Aktivitas pertama (UNPAR Movie Award 2019) diadakan mulai bulan Februari sampai Juli 2019. Sayembara UNPAR Movie Award ini ditujukan untuk mahasiswa di Perguruan Tinggi di Bandung dan masyarakat umum. Faktor utama yang dinilai dari pembuatan film adalah kreativitas, orisinalitas, dan pesan yang hendak disampaikan. Dari 65 peserta yang mendaftar, 33 materi film pendek telah diterima oleh panitia, dan sedang dilakukan penilaian terhadap film-film tersebut oleh para juri yang kompeten di bidangnya. Selama proses penjurian, panitia juga telah melakukan movie gathering and film screening, dengan mengundang Jay Subijakto dan Oscar Matulloh sebagai pembicara. Jay merupakan sutradara film dokumenter berjudul “Banda: The Dark Forgotten Trails” yang piawai di bidangnya. Pada acara movie gathering sekaligus technical meeting tersebut, pembicara membagikan tips mengenai cara-cara membuat film pendek (documentary) yang baik. Aktivitas kedua dilaksanakan sesudah pemilihan pemenang diumumkan di bulan Agustus, yaitu mulai bulan September sampai November 2019; dengan melakukan yaitu pemutaran film-film pemenang sayembara di lokasi –kampus UNPAR dan wilayah pemukiman Citarum-- tertentu. Melalui pesan dan nilai-nilai yang disampaikan melalui film-film ini diharapkan masyarakat penonton, khususnya masyarakat di Jawa Barat yang hidup dan dihidupi sungai Citarum, dapat menambah dan meningkatkan aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotoriknya. Dengan demikian, kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan dengan sumber air yang bersih sebagai konsumsi keseharian dapat dijiwai dan diterapkan. Pemberdayaan masyarakat di Jawa Barat, khususnya yang bermukim di sepanjang sungai Citarum, dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan dapat ditingkatkan. Pengabdian kepada masyarakat ini direncanakan untuk dilanjutkan di tahun 2020, dengan menayangkan film-film baru (dokumenter atau fiksi –based on true story) hasil produksi bersama dengan masyarakat yang tinggal di wilayah Citarum, untuk diputar di stasiun televisi lokal atau nasional. Dengan begitu, masyarakat diharapkan memiliki pilihan tontonan yang lebih bervariasi dan mengedukasi. Kata kunci: sungai Citarum, film, media pendidikan, pemberdayaan masyarakat
PROGRAM REVITALISASI SUNGAI CITARUM; SEBUAH ANALISIS STRENGTH, WEAKNESS, ADVOCATES, ADVESARIES (SWAA) Dissa Erianti; Sukawarsini Djelantik
Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi Vol. 16 No. 1 (2019): Jurnal Ilmu Administrasi
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31113/jia.v16i1.209

Abstract

Sungai Citarum yang terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, dijuluki sungai yang paling tercemar sedunia. Pencemaran lingkungan terjadi sejak akhir 1980-an, ketika industrialisasi berlangsung pesat, mengakibatkan penumpukan limbah buangan pabrik yang tidak dikelola secara profesional. Berbagai program perbaikan tidak membawa hasil karena tidak didukung perubahan perilaku masyarakat. Meskipun berbagai program telah dijalankan, tidak membawa hasil nyata. Tulisan ini bertujuan menganalisis peran pemerintah, non-pemerintah dan publik melalui pendekatan SWAA (Strength, Weakness,Advocates, Adversaries), atau kekuatan, kelemahan, advokasi dan ancaman. Belum ada penelitian terkait pencemaran lingkungan yang menganalisis dari empat aspek tersebut, sehingga tulisan ini akan berkontribusi untuk lebih memahami kompleksitas masalah dari sudut pandang pemerintah dan pihak- pihak swasta sebagai pemangku kepentingan. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah dan anggota masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran sungai lebih banyak disebabkan tingginya factor kelemahan (weakness), berupa kurangnya koordinasi dan kerjasama antar para pihak yang terlibat dalam pengelolaan sungai. Implikasi dari penelitian ini, dari segi praktis adalah sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pengelolaan program pengelolaan lingkungan yang lebih berhasil dan berdampak langsung. Sedangkan dari aspek teoritis adalah sebagai contoh dari implementasi dari pendekatan SWAA dalam kebijakan publik.
MENINGKATKAN KESADARAN MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN MELALUI SOSIALISASI FILM CITARUM Elvy Maria Manurung; Sukawarsini Djelantik; Adelbertus Irawan J. H
Jurnal Abdimas Bina Bangsa Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Abdimas Bina Bangsa
Publisher : LPPM Universitas Bina Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46306/jabb.v4i2.712

Abstract

Industrialization on the one hand has opened up a large number of job opportunities but on the other hand, it has led to pollution which is very dangerous for life. The tragedy of the Citarum River as the dirtiest river in the world in 2018 became one of the milestones of the Citarum Harum Program's launching. This community service activity has been carried out from 2019 until 2022, focusing on building awareness regarding the importance of maintaining cleanliness in the community surrounding the Citarum River through socializing movies that won the Citarum Movie Award competition by UNPAR in 2019. Six schools and one community near Citarum River were visited and invited to discuss how to keep the environment especially Citarum River clean, after watching screenings of Citarum Movie Winner. The results of this Community Service show a positive impact in building public awareness about environmental cleanliness. Some schools that have been visited even started to apply the 3R Principles (reduce-reuse-recycle) and make recycled products from plastic waste that are useful and generate income
Indonesia Diplomacy in Protecting the Rights of Indonesian Migrant Domestic Workers in Malaysia (2017-2022) Novia, Hana; Djelantik, Sukawarsini
Insignia: Journal of International Relations Vol 11 No 1 (2024): April 2024
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.ins.2024.11.1.10087

Abstract

This research aims to discuss the diplomatic efforts made by the Indonesian government to protect Indonesian Migrant Workers (PMI) in the domestic sector in Malaysia, where the majority of PMI are undocumented. In this case, the Indonesian Embassy in Kuala Lumpur is the representative of the Republic of Indonesia in Malaysia, which provides services and protection for Indonesian Citizens (Indonesian citizens) who stay in Malaysia, including human rights and migrant worker rights that every worker must have. This research will use qualitative methods with data collection techniques from observation, interviews, participation, and literature study originating from books, journals, articles, official reports, and online news. This research implements the track one diplomacy, negotiations, and international migration concept. The findings of this study show that the Indonesian government is making diplomatic efforts with Malaysia to provide maximum protection for PMI in the domestic sector of Malaysia. One of the ways the government provides PMI protection is through lengthy negotiations with Malaysia, which eventually resulted in a Memorandum of Understanding (MoU) on the Placement and Protection of Indonesian Migrant Domestic Workers in Malaysia in April 2022. Keywords: Track One Diplomacy, Indonesian Migrant Workers, Protection of Human Rights, Workers Rights
The Environmental Security and International Relations: The Case of Citarum River Water Pollution Djelantik, Sukawarsini
Insignia: Journal of International Relations Vol 12 No 1 (2025): April 2025
Publisher : Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.ins.2025.12.1.14849

Abstract

Environmental security as part of human security is a very significant global issue. Environment security became the concern of the Sustainable Development Goals (SDGs) achievement, namely securing the source of ground water which is an important problem in developing countries. This paper analyses the Citarum River, the longest river in West Java, Indonesia, which is heavily polluted due to various economic activities along the riverbanks. The process of industrialization, development and demands to meet the needs of life, as well as population growth have not succeeded in maintaining the river as a source of life. Economic interests and various political conflicts were unable to maintain environmental sustainability. The river pollution comes from factory waste operating along the river, without a process through the Wastewater Treatment Plant (WTP). The research would focus on the government securitization programs in Citarum River, by implementing four components of securitization namely referent objects, scope, mean, and actors. The analysis observed various government efforts and private sectors to restore the river. The research started in 2000, which is the beginning of “Citarum Harum” restoration until the end of the program in January 2025. The research found that securitisation efforts failed due to three issues; the corruption, collusion and nepotism (CCN) issues, lack of law enforcement, and weakness of bureaucracy and leadership. As a conclusion, various securitisation efforts need to be carried out more firmly and earnestly by providing adequate legal sanctions for the perpetrators of environmental damage. Keywords: security, environment security, Citarum River, restoration