Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Karakteristik Tafsir al-Bahru al Muhith (telaah Metodologi Penafsiran Abu Hayyan al-Andalusy) Muhammad Hasdin Has
Shautut Tarbiyah Vol 18, No 2 (2012): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.923 KB) | DOI: 10.31332/str.v18i2.74

Abstract

Tafsir al Bahrul al Muhit adalah sebuah tafsir yang melambungkan nama Abu Hayyan al Andalusiy dalam literature khazanah ilmu tafsir. Menjadi unik melihat latarbelakang keilmuan penulisnya yang terkenal menguasai berbagai ilmu khususnya dalam Bahasa Arab, fikih, Qiraat al-Qur’an dan sejarah karena karakteristik penafsir dalam menafsirkan al Qur'an tidak terlepas dari kondisi permasalahan yang mereka hadapi. Dalam makalah ini penulis memaparkan sejarah hidup dan metodologi yang dikembangkan atau dijadikan sebagai rel oleh Abu Hayyan al Andalusiy dalam menulis tafsirnya al Bahrul al Muhit. Hasilnya terlihat bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidisipliner dengan didominasi oleh pendekatan kebahasaan. Abu Hayyan menggunakan ayat al Quran sebagai sumber data utama begitupula hadis nabi SAW. Tapi ia juga banyak menggunakan kaedah kebahasaan dalam menafsirkan, sehingga tafsir ini selain digolongkan sebagai tafsir bi al Ra'yi juga digolongkan dalam tafsir bi al Ma'sur.Kata kunci: Tafsir, al bahru al Muhith, Abu Hayyan al Andalusiy
METODOLOGI TAFSIR AL-MUNIR KARYA WAHBAH ZUHAILY Muhammad Hasdin Has
Al-MUNZIR No 2 (2014): Vol. 7 No. 2 November 2014
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.074 KB) | DOI: 10.31332/am.v7i2.278

Abstract

Abstrak: Kitab tafsir al-Munir fi al-"Aqidah wa al-Syari'ah wa al al-Manhaj karya Syekh Wahba Zuhailyadalah sebuah tafsir modern yang menjawab tantanganzaman ini dan menjadi karya rujukan berbagai universitasdi dunia Islam.Corak dan warna penulisan kitab tafsir ini menawarkansebuah sistem penulisan yang sangat sederhana dan polasusunan redaksi kalimat yang mudah dipahami denganmempertahankan konsistensi serta pemaparan masalahyang sistematis dalam lingkup tema pembahasan yangdiurai dengan kemampuan dan kapabilitas pengetahuanpenulis, yang dimulai dengan menuliskan ayat ayatbahasan dengan tema sentral, mengurai ayat dalambentuk klausa dan frase yang dianggap penting pada subjudul I'rab, balagha, mufradat lugawy, menjelaskanasbab al-nuzul ayat (jika ada riwayat hadis sahih yangmendukung), tafsir dan bayan dan fiqh alhayat (konsephidup) atau hukum.Kata Kunci: Tafsir al-Munir
STUDI PENAFSIRAN SAYID QUTUB TENTANG NASAKH DALAM TAFSIR FĪ ZILĀL AL-QUR’ĀN Muh. Hasdin Has
Al-MUNZIR No 2 (2015): VOL 8 NO.2 NOVEMBER 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.072 KB) | DOI: 10.31332/am.v8i2.755

Abstract

Sayid Qutub adalah seorang ulama kontemporer yang kaya ilmu dan pengalaman hidupnya, membuat dirinya tetap di bawah naungan al-Qur’an. Itulah sebabnya karya tafsir yang ditulisnya, diberinya judul Fī Zilāl al-Qur’ān.Tafsir Fī Zilāl al-Qur’ān menggunakan metode tahlīliy yang menjelaskan kandungan al-Qur’an dari berbagai aspeknya secara runtut sebagaimana yang tersusun dalam mushaf. Sumber penafsirannya adalah dalil-dalil ma’śūr dan ra’yu dengan menganalisis ayat berdasarkan cara tashwīr, tajsīm, juga mengungkap kisah, dan ayat-ayat tersebut yang diuraikannya dengan menggunakan sastra yang indah.Menurut Sayid Qutub, nasakh dalam Al-Qur’an bukan sebagai penghapus, tetapi nasakh adalah identik dengan teori al-munāsabah, yakni keterkaitan siyāq al-āyah yang turun sebelumnya dengan ayat yang datang sesudahnya, sebagai penyempurna kandungan hukum dalam upaya memperkuat akidah umat. Jadi, esensi teori nasakh adalah mendatangkan hukum yang lebih baik (na’ti bikhairin minhā). Kata Kunci: Nasakh, fī zilāl al-Qur’ān
RIBA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN Muhammad Hasdin Has
Li Falah: Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Vol 1, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/lifalah.v1i2.481

Abstract

his paper aims to understand the meaning and essence of usury in the Koran, thus providing a complete understanding to distinguish transactional practices that have prevailed in the Arab community, including the sale and purchase and to understand the Qoran solutions to combat the practice of usury. Using descriptive analysis method with socio-historical approach to interpretation, verses that discuss usury, analyzing and linking (absurd) between verses on usury. The first result, that usury question is ad'afan mudh'afatan happens to contain elements of economic practices ekploitasi. secondly, usury actors experience the chaos and confusion in life and last the Qoran offers charity (including alms) as a concept ta'awwun (help) to those in need
MEMBUKA TABIR SUMPAH DALAM AL-QUR’AN (Studi Analisis Penafsiran ‘A’isyah Bint Al-Syati’ Tentang Ayat-Ayat Sumpah) Muhammad Hasdin Has
Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Vol 11, No. 2, November 2016
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.608 KB) | DOI: 10.31332/ai.v11i2.453

Abstract

AbstractThis study discusses al-Aqsam fi al-Qur'an (Interpretation of 'A'isyah bint al-Shati 'in Kitab al-Tafsir al-Baya ni li al -Qur'a al-Karim). This research conducted library research by using the hermeneutics, philology, sociology, historical, and psychological approach. Results of this study conclude that curse in Tafsir al-Bayani is composed two aspects, the etymology and terminology. In terms of etymology, curse is true meaning and earnest pronounced by the reciter. As for the aspects of terminology, curse is a verse by way of sensory reasoning. It is diverting attention (la fitah) of something that can be felt (Hissi) to something abstract. The forms of curse are two, the oath with the letter wau al-qasam and vows with the letter la. The function of curse in al-Tafsir al-Bayani has shifted from its original function of which is to exalt or glorify oath object into a rhetorical aged in which aims to analogize between muqsam bih with Javab al-qasam.Keyword: curse, Bint Syati, interpretation. AbstrakTulisan ini membahas topik al-Aqsam fi al-Qur’an (Studi Penafsiran ‘A’isyah bint al-Syati’ dalam Kitab al-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim tentang Ayat-ayat sumpah). Untuk menjawab permasalahan pokok di atas maka dilakukan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan ilmu tafsir, filologi, sosiologi, historis, dan psikologis. Hasil Penelitian ini menyimpulkan: 1) Hakikat qasam dalam al-Tafsir al-Bayani terdiri dari dua aspek, yaitu etimologi dan terminologi. Dari segi etimologi qasam bermakna sumpah yang benar berbeda dengan kata half yang mengandung arti kebohongan sumpah dan ketidaksungguhan si pengucapnya. Secara terminologi, qasam adalah gaya bahasa dalam al-Qur’an yang menjelaskan makna sebuah ayat dengan cara penalaran indrawi yaitu pengalihan perhatian (lafitah) dari sesuatu yang dapat dirasakan (hissi) kepada sesuatu yang abstrak. 2) Bentuknya ada dua, yaitu sumpah dengan huruf wau al-qasam dan sumpah dengan huruf la. 3) Fungsi qasam dalam al-Tafsir al-Bayani telah beralih dari fungsi asalnya yakni untuk mengagungkan atau memuliakan objek sumpah menjadi sebuah retorika bayani yang bertujuan menganalogikan antara muqsam bih dengan jawab al-qasam.Keyword: Qasam, Bint Syati, tafsir.
KAJIAN FILSAFAT HUKUM ISLAM DALAM Al-QURAN Muhammad Hasdin Has
Al-'Adl Vol 8, No 2 (2015): Al-'Adl
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.655 KB) | DOI: 10.31332/aladl.v8i2.359

Abstract

Tulisan ini mengungkap hakikat , sejarah dan fungsi hukum Islam serta hubungannyadengan al-Quran dan Hadis. Hukum Islam selalu terpojok oleh opini negatifemasyarakat non muslim dan memposisikannya sebagai hukum irrasional dan penuhkekerasan. Tulisan ini menggambarkan hikmah dan bagaimana seharusnya hokumIslam dipahami. Dengan pendekatan sejarah dan tafsir, penulis menggunakan motedediskriptif analisis tentang filsafat hukum Islam dan hasilnya bahwa filsafat hukumislam terbagi kepada dua rumusan, yaitu falsafah tasyri dan falsyafah syariah.Falsafah tasyri: Falsafah yang memancarkan hukum Islam atau menguatkannya danmemeliharanya. Falsafat syari’ah: Filsafat yang di ungkapkan dari materi-materihukum Islam, seperti ibadah, muamalah, jinayah, uqubah dan sebagainya. Filsafat inibertugas membicarakan hakikat dan rahasia hukum Islam. Dalam perkembangannyafilsafat hukum Islam ini berdasar dari al-Quran dan hadis yang berusahamempertemukan ajaran Islam dengan hasil-hasil pemikiran para filosuf Yunani, dantasawuf Islam yang berbaur dengan berbagai macam unsur: India, Parsi, Cina danYunani. Sehingga mengindikasikan bahwa mempergunakan akal dan pikiran atauberpikir falsafi itu sangat perlu dalam memahami berbagai persoalan.Kata Kunci: filsafat, hukum, Islam, al-Quran.
KESETARAAN DALAM JODOH (PENDEKATAN TAFSIR MAQASIDI Q.S. AN-NUR : 26 Riska Riska; Hasdin Has; Abdul Gafar; Ni’matu zuhrah
EL-MAQRA' Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.808 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v1i1.3318

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengkaji kesetaraan dalam jodoh Q.S. al-Nu>r [24] : 26 dengan pendekatan tafsi>r maqa>sidi> Q.S. al-Nu>r[24]:26 dengan tiga sub masalah; 1) Tafsir Q.S. al-Nu>r[24:26. 2) Subtansi tafsi>r maqa>s}idi> Q.S. al-Nu>r [24] : 26. 3) Konsep kesetaraan jodoh dalam al-Qur’an dan Masyarakat. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif, menggunakan metode tah}lili yang mengumpulkan muna>sabah, asba>b al-nuzu>l, makna lugawi, i’ra>b dan bala>gah serta penafsiran ulama tentang Q.S. al-Nu>r [24] : 26. Kemudian diinterpretasi dengan interpretasi tekstual, kontekstual dan intertekstual. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Tafsir Q.S. al-Nu>r [24] : 26 adalah tentang pembelaan Allah terhadap A<isyah ra. dan Safwan dalam hadi>s} al-ifkih, 2) Subtansi tafsi>r maqa>s}idi> Q.S. al-Nu>r [24] : 26 adalah bagaimana kesetaraan jodoh akan memberi peluang yang lebih besar untuk membentuk keluarga yang langgeng, saki>nah mawaddah warrahmah.Kata Kunci: kesetaraan, jodoh, tafsi>r maqa>s}idi>.
MAKNA KHALIFAH DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR MUQARAN QS. AL-BAQARAH/2:30 DAN QS. SAD/38:26) Muh. Lubis; Muhammad Hasdin Has, Hasdin Has
EL-MAQRA' Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.388 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v1i2.3603

Abstract

AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode muqa>ran bertujuan untuk menganalisis makna khali>fah dalam dua ayat yang berbeda yaitu QS. Al-Baqarah/2:30 Dan QS. S{a>d/38:26, jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) Sumber data, berupa al- Qur’an dan kitab tafsir al-Tabari>, Mafa>tih al-Gaib al-Misbah dan lain-lain. Pengumpulan data menggunakan tehnik observasi dan analisis literatur tafsir, data kemudian dikelompokkan berdasarkan kesamaan kategori kemudian disimpulkan dengan metode muqa>ran (perbandingan) dengan menggunakan pendekatan kebahasaan bersifat denotatif dan konotatif. Dari hasil analisis, peneliti menemukan bahwa: 1). Para mufassir menjelaskan makna khali>fah pada QS. Al- Baqarah/2:30 antara lain: penciptaan manusia tanpa melibatkan makhluk,manusia pilihan yang memiliki tanggung jawab secara pribadi terhadap dirinya dan makhluk disekitarnya dan memiliki kehendak dan perilaku yang tidak terbatas bahkan diberi ilmu untuk menentukan sikap yang benar dan tepat dalam memilih kehendak dan perilaku tersebut. Lain halnya dengan penafsiran khali>fah pada QS.S}a>d}/38:26 yakni pemimpin yang dipilih oleh Allah dan diangkat rakyatnya serta memiliki tanggung jawab menegakkan keadilan dan tidak mengambil kepentingan secara sepihak dalam jabatannya dan tidak terikat pada sistem tertentu. 2). Persamaan makna khali>fah yaitu menjadi pengganti dari sebelumnya dan meneruskan tanggung jawab sebagai khalifah, objek penugasan khalifah dan tempat penugasannya adalah bumi dan makhluk yang ada didalamnya, nabi Adam maupun nabi Daud telah melakukan kesalahan dan menjadi lebih baik dengan diangkatnya menjadi khalifah. Sedangkan perbedaannya yaitu makna khali>fah dalam QS.al-Baqarah/2:30 diangkat oleh Allah Swt. tanpa melibatkan manusia di dalamnya sedangkan pada QS.S}a>d}}}/38:26, khali>fah diangkat Allah dan melibatkan manusia di dalamnya. Khali>fah dalam QS.al-Baqarah/2:30 bermakna lebih umum mencakup semua pemimpin sedangkan khali>fah pada QS.S}a>d}}}/38:26 lehih khusus yaitu pemimpin dalam organisasi, suku atau negara.Kata Kunci: Khalifah, al-Qur’an, Muqarran.
TRADISI PENGGUNAAN BUSANA HAJI DALAM SUKU BUGIS (STUDI LIVING QUR’AN TERHADAP PEREMPUAN DESA PUUREMA SUBUR KABUPATEN KONAWE SELATAN) Nirwanti Nirwanti; Hasdin Has; Muh. Ikhsan
EL-MAQRA' Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : IAIN KENDARI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.389 KB) | DOI: 10.31332/elmaqra.v1i1.3314

Abstract

Abstrak Penelitian ini mendeskripsikan praktik tradisi penggunaan busana haji dalam masyarakat Bugis dan mengaitkan dengan dalil QS. al-Nur [24] : 31. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode living Qur’an dengan pendekatan tafsir yaitu pendekatan kebahasaan, historis, fikih (hukum), dan sosial budaya (kemasyarakatan). Tekhnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara partisipatif dan mendalam serta analisis dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemahaman perempuan yang sudah berhaji perihal aurat dan batasannya terbagi menjadi dua jenis. Pertama, sebagian besar perempuan yang sudah berhaji di desa Puurema Subur Kabupaten Konawe Selatan memahami tentang aurat dan batasannya dalam syari’at Islam, akan tetapi status sosial menjadi perhatian yang paling penting bagi mereka daripada perolehan predikat haji mabrur yang sesungguhnya. Kedua, sebagian kecil dari mereka sama sekali tidak memahami perkara aurat dalam Islam.Kata Kunci: Busana, Haji, Bugis, Desa Puurema Subur.
Pekerjaan dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kasus Pekerja Disabilitas pada Konten YouTube Helmalia; Faizah Binti Awad; Asliah Zainal; Nurdin; Muhammad Hasdin Has
Gunung Djati Conference Series Vol. 14 (2022): Mercusuar 2022: Studi Keislaman dan Pemberdayaan Umat
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.331 KB)

Abstract

This study aims to discuss work in the perspective of the Qur'an, case studies of disabled workers on Youtube content. So that no one else has a bad stigma against people with disabilities. This type of research is qualitative, by obtaining data sources from books of interpretation, YouTube content and other sources. One of the suras that discusses work is surah al-Mulk: 15. The interpretation of surah al-Mulk:15 explains that Allah SWT has made the earth easy for humans. So man's job is to travel all over to try to find sustenance. People with disabilities are able to work well when they manage time to develop themselves, have high enthusiasm and persistence to achieve their desires or goals. So, he can work like people in general who do not have disabilities.