Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh tata guna lahan, tipe vegetasi riparian, dan sumber pencemar terhadap kualitas air Sungai Winongo di Daerah Istimewa Yogyakarta Runchly Kudubun; Kisworo Kisworo; Djoko Rahardjo
Prosiding Seminar Biologi Vol 6 No 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DI ERA PANDEMI COVID-19 (OKTOBER 2020)
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v6i1.15902

Abstract

Sungai Winongo merupakan salah satu sungai yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai ini memiliki peran secara ekologis, biologis dan ekonomis yang sangat berpengaruh bagi manusia. Vegetasi riparian merupakan vegetasi yang tumbuh di sempadan sungai dengan memiliki fungsi untuk menjaga kualitas air, konservasi alami dan sebagai tempat berlindung habitat sungai. Tata guna lahan di sekitar Sungai Winongo dapat memberikan dampak buruk terhadap vegetasi riparian dan dapat memengaruhi kualitas air sungai. Dampak dari tata guna lahan yang tidak tepat guna yaitu banyak ditemukan saluran pembuangan limbah yang menjadi sumber pencemar disekitar sungai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tata guna lahan, tipe vegetasi riparian dan sumber pencemar terhadap kualitas air Sungai Winongo. Diketahui bahwa tipe vegetasi riparian di Sungai Winongo di dominasi oleh Famili Poaceae. Kualitas air Sungai Winongo pada parameter nitrat dan fosfat telah melebihi standar baku mutu berdasarkan pada Pergub DIY No. 20 tahun 2008. Hasil perhitungan indeks pencemar menunjukan kualitas air Sungai Winongo termasuk dalam kategori cemaran ringan. Secara kualitatif tata guna lahan dan sumber pencemar memiliki pengaruh secara langsung terhadap kualitas air. Tipe vegetasi riparian memiliki hubungan yang kuat (sig < 0,05) dengan pola korelasi negatif terhadap parameter debit air, suhu, kekeruhan, pH, DO dan nitrat. Kemudian untuk parameter kedalaman, kecerahan, TDS, TSS dan fosfat memiliki hubungan yang sangat kuat (sig < 0,01) dengan pola korelasi negatif terhadap tipe vegetasi riparian.
KEANEKARAGAMAN DAN POTENSI MAKROFUNGI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI Aniek Prasetyaningsih; Djoko Rahardjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang MIPA dan Kesehatan The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.218 KB)

Abstract

Makrofungi atau jamur yang memiliki tubuh buah merupakan komponen utama dalam ekosistem terestrial dan mempunyai kontribusi penting terhadap ekosistem. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), sebagai sebuah taman nasional yang relatif baru ditetapkan (2004) dan sangat dipengaruhi oleh aktivitas erupsi merapi, menjadi hal yang menarik mengkaji keanekaragaman makrofunginya baik di lereng selatan maupun utara untuk mengetahui keragaman jenis, distribusi, pemanfaatan dan potensi pengembangannya serta strategi konservasinya. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2013 hingga Desember 2014, di dua kawasan TNGM yaitu lereng selatan (Telaga Muncar, Telaga Nirmolo dan Turgo) dan lereng utara (Selo dan Stabelan). Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu observasi awal untuk menentukan jalur observasi dan plot untuk penelitian, pengambilan sampel serta pemetaan distribusi makrofungi, dan identifikasi makrofungi. Deskripsi makromorfologi mengikuti deskripsi Bolete and Agaric annotation sheet (B.Ortiz-Santana and D.J. Lodge and Cantrell) Lodge et.al. 2004 dalam Mueller, 2004., sedangkan deskripsi mikromorfologi dilakukan dengan mengamati kharateristik spora (bentuk, warna dan ukuran) Untuk pengklasifikasian digunakan Dictyonary of the Fungi oleh : Kirk, et all. 2008 dan Buku Morphology of Plants and Fungi oleh Bold et all., 1909. Uji potensi senyawa aktif dilakukan dengan metode HTS. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif-kualitatif untuk menjelaskan hubungan antara keragaman, sebaran serta potensi masing-masing spesimen yang ditemukan dan keterkaitannya dengan tipe vegetasinya. Dari hasil observasi dan identifikasi, untuk lereng selatan kawasan TNGM ditemukan 129 spesies, 122 spesies diantaranya teridentifikasi dan 7 spesies sisanya belum teridentifikasi. Dari spesies yang teridentifikasi, dikelompokan kedalam 14 ordo dan 41 famili, sementara untuk lereng utara hanya ditemukan 37 spesies. Spesies yang ditemukan didominasi dari ordo Agaricales dan ordo Aphyllophorales. Keragaman makrofungi paling banyak ditemukan di kawasan Lereng Selatan dibanding dengan Lereng Utara, dan faktor yang paling berpengaruh adalah tipe vegetasi, dan ketersediaan bahan organik bagi pertumbuhan makrofungi. Beberapa spesies makrofungi dari famili Mycenaceae, Polyporaceae, Arauculariaceae dan Tremellaceae memiliki potensi sebagai antibakteri, sedangkan beberapa jenis dari ordo Polyporaceae berpotensi sebagai antioksidan. Bahkan untuk Ganoderma applanatum merupakan spesies yang paling potensial untuk digunakan sebagai biokontrol terhadap bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae ; R.s : Ralstonia solanacearum ; P.c: Pectobacterium carotovorum, dengan nilai MIC 1 mg/ml. a dan terdistribusi secara spesifik sesuai dengan karakteristik lingkungan.Keyword : HTS (High Troughput Screening).makrofungi, makromorfologi, TNGM
KONSERVASI AIR DAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAWASAN TELAGA MOTOINDRO Djoko Rahardjo; Aniek Prasetyaningsih
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang Sosial Ekonomi dan Psikologi The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.882 KB)

Abstract

Telaga Motoindro merupakan telaga yang sangat penting bagi masyarakat Girisuko khususnyaPadukuhan Temuireng II sebagai sumber air bersih. Ketika musim hujan, telaga ini penuh denganair namun pada musim kemarau air telaga seperti menghilang dan dalam waktu semalam airtelaga sudah mulai habis. Kejadian ini terjadi sejak tahun 2012, yang diperkirakan akibat bencanaalam (gempa bumi) serta kerusakan kondisi lingkungan sekitar kawasan telaga akibat praktekperubahan peruntukan lahan, dan penebangan pohon. Mempertimbangkan hal tersebut, mendesakuntuk segera dilakukan program konservasi air dan lingkungan kawasan telaga Motoindro,dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran, partisipasi masyarakat untuk menjaga kawasantelaga serta secara sadar melakukan gerakan konservasi lingkungan serta memulihkan kondisilingkungan kawasan telaga dan konservasi air.  Program dilakukan selama 4 bulan, dimulai dariobservasi dan identifikasi kebutuhan, pendampingan kelompok masyarakat, penyusunan program,pengembangan kemitraan, pelaksanaan aksi konservasi disekitar kawasan dan pelatihan sertapembentukan kader konservasi. Dari program ini, masyarakat, yang diwakili oleh kelompokpemuda dan beberapa tokoh masyarakat menyadari bahwa masyarakatlah yang harusbertanggung jawab untuk memulihkan kondisi lingkungan telaga, dan melalui pendampinganprogram pengabdian, masyarakat mampu menyusun program, menjalin kemitraan sertamempunyai ketrampilan dalam melakukan konservasi telaga yang ditunjukan dengan terbentuknyakader konservasi. Keyword : Konservasi, lingkungan, telaga
PERBANDINGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI MUSIM KEMARAU DAN MUSIM PENGHUJAN DI KECAMATAN SUKOMORO Djoko Rahardjo; Galuh adi Wijaya
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 2, No 1 (2018): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v2i1.397

Abstract

RINGKASANTujuan penelitian adalah menganalisa perbandingan Kelebihan dan kekurangan di musim hujan dan musim kemarau pada usahatani bawang merah. penggunaan metode survei pada penelitian ini dilaksanakan di kecamatan sukomoro bulan oktober-november  2016. 100 petani sebagai responden dipilih secara purposive dengan mendatangi satu-persatu. Alat analisanya dengan metode statistik deskriptif. Hasil dari penelitian Perbandingan penanaman bawang merah pada musim penghujan mempunyai keunggulan yakni rata-rata biaya usahatani bawang lebih kecil dari musim kemarau, umur memanen yang lebih cepat dengan 50-60 hari saja, penanaman yang cocok dengan varietas bauji dengan segala kelebihan varietas ini saat penghujan, serta pemberian pupuk dan pestisida yang lebih sedikit dibanding pada musim kemarau. Sedangkan kelemahannya adalah menunggu waktu lebih untuk mengeringkan bawang merah yang basah atau dijual dengan harga selisih dibanding saat bawang merah kering. Kata kunci: komparatif, bawang merah, musim hujan, musim kemarau.
KOLABORASI AKSI KONSERVASI UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE BAROS Aniek Prasetyaningsih; Djoko Rahardjo
Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) Vol 1 (2018): PROSIDING SINAPTEK
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.945 KB)

Abstract

ABSTRAKUntuk mewujudkan kawasan ekowisata Mangrove Dusun Baros Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul dibutuhkan kolaborasi dan sinergi semua pihak, membangun berkomitmen melakukan program pengembangan kawasan ekowisata mangrove. Program dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan Mei – Nopember 2017 di Desa Tirtohargo Kretek Kabupaten Bantul. Kegiatan yang dilakukan meliputi observasi, identifikasi kebutuhan secara partisipatif, pendampingan kelompok, pengembangan kemitraan, pelaksanaan aksi konservasi dengan penanaman mangrove, penebaran bibit ikan dan kepiting. Identifikasi kebutuhan dan penyusunan program dilakukan dengan metode observasi dan Focus Grup Discusion dengan kelompok pemuda. Program pengembangan kemitraan dilakukan dengan penyelenggaraan serangkaian rapat koordinasi yang melibatkan multi pihak baik yang diselenggarakan di Fakultas Bioteknologi UKDW, di Desa Baros dan di Bappeda Kabupaten Bantul. Pelaksanaan aksi konservasi dilakukan dengan mobilisasi mahasiswa, masyarakat, dan aparat pemda terkait untuk membangun komitmen kolaborasi. Pelaksanaan program Kolaborasi Aksi Konservasi untuk mengembangkan Kawasan Ekowisata Mangrove Baros Kabupaten Bantul telah berhasil mempertemukan dan membangun komitmen para pihak untuk bersinergi melakukan aksi konservasi dan pendampingan kelompok masyarakat dalam pengembangan kawasan ekowisata mangrove.Kata kunci: Baros, kolaborasi, konservasi, mangrove
Aplikasi Ipteks Bagi Masyarakat Melalui Budidaya Jamur Pada Kelompok Wanita Tani Di Desa Klitren Aniek prasetyaningsih; Djoko Rahardjo; Sisnuhadi Sisnuhadi
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hantaman pandemic Covid-19 berpengaruh besar terhadap aktivitas dan perekenomian masyarakat.Hadirnya kelompok wanita tani diperkotaan diharapkan dapat menjadi pintu keluar dari krisisketahanan dan keamanan pangan di kota. Desa klitren, meski posisinya berada di tengah kota Jogjanamun belum banyak mendapatkan perhatian khususnya dalam aspek peningkatan produkstivitas,diversifikasi produk, managemen kelembagaan dan pemasaran secara digital. Oleh karena itu menjadipenting untuk melakukan program pengabdian kepada masyarakat di desa Klitren khusunya padakedua kelompok wanita tani yaitu Asoka dan Weda Asri. Kegiatan penguatan kelompok wanita tanimelalui pengembangan usaha budidaya jamur dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2021  di DesaKlitren kecamatan Gondokusuman kota Yogyakarta. Pelaksanaan program pengabdian dilakukanberdasarkan analisis situasi dan permasalahan yang ditemukan pada kelompok wanita tani Asoka danWeda Asri desa Klitren yang belom optimal memanfaatkan lahan serta belum menguasai teknikbudidaya jamur. Berdasar diskusi yang dilakukan baik oleh Penyuluh Pertanian Lapang sertapengurus kedua kelompok wanita tani maka pendekatan pelatihan dan pendampingan dipilih sebagaipendekatan yang mampu menyelesaikan permasalahan di kedua kelompok. Beberapa program yangdilakukan yaitu koordinasi pelaksanaan program, workshop pengembangan kewirausahaan melaluibudidaya jamur, pelatihan budidaya, pembentukan kelembagaan usaha, pendampingan kelompokuntuk pengembangan usaha dan jejaring.  Program penguatan kelompok wanita tani perkotaanmelalui pengembangan usaha budidaya jamur telah dilakukan dan kedua kelompok sasaran  telahberhasil menguasai teknik budidaya jamur, pengolahan dan pemasarannya. Belajar dari programbudidaya jamur ini diharapkan kedua kelompok termotivasi mengembangkan usaha pertanianperkotaan secara terpadu dan kapasitas kelembagaannya  agar mampu meningkatkan kapasitasproduksi dan ekonomi masyarakat di tengah pandemi covid-19 ini.  Kata kunci : Budidaya jamur,   Klitren, Asoka,  Weda Asri
Pengaruh Aktivitas Pembuangan Limbah Cair Industri Kulit Terhadap Profil Pencemar Kromium di Lingkungan serta Moluska, Ikan dan Padi Di Sepanjang Aliran Sungai Opak Bagian Hilir Djoko Rahardjo; Aniek Prasetyaningsih
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian tentang pengaruh aktivitas pembuangan limbah cair industri kulit terhadap profil pencemarkromium di lingkungan dan akumulasinya pada biota dilakukan dikawasan aliran pembuangan limbahcair industri kulit desa Banyakan hingga muara sungai Opak yang meliputi 16 titik pengambilansampel. Jenis sampel yang diambil meliputi air sungai, sedimen, tanah sawah, tanaman padi, moluska,ikan, rambut dan air seni. Besarnya konsentrasi logam berat dianalisis dengan menggunakan AtomicAbsorption Spectrometer (AAS), tipe flame. Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakanMicrosoft Excel 2010 untuk menghasilkan grafik serta uji Anova untuk mengetahui perbedaankonsentrasi dan akumulasi kromium pada berbagai komponen antar stasiun pengambilan sampel.Hadirnya Kawasan Industri Piyungan, secara khusus aktivitas pembuangan limbah cair industri kulitke sungai Opak telah menjadi faktor penyebab terdistribusinya pencemar kromium pada berbagaikomponen lingkungan. Konsentrasi pencemar kromium tertinggi ditemukan pada sampel sedimensungai dengan kisaran dan rata- rata sebesar 0,0004-71,926 mg/Kg dan 4,623 mg/Kg, kemudian diikutisampel padi ( 0,665- 8,793 dan 2.4817 mg/Kg), sampel tanah sawah (0,856-2,010 dan 1,164 mg/Kg),moluska 0,0004 – 3,627 dan 1,065 mg/Kg ; ikan (0,0004-1,4850 dan 0.6144 mg/Kg), air irigasi (0,1200.369dan0,260mg/L0danyangpalingkecilditemukanpadasampelairsumurdanurinedenganrataratasebesar 0.0004 mg/L. Ditemukannya pencemar kromium pada pada berbagai biota yangdikonsumsi masyarakat seperti moluska, ikan dan padi berpotensi menimbulkan gangguan kesehatanmasyarakat. Kata kunci : ikan, kromium, lingkungan,  moluska,  padi
Analisis Kelayakan Usaha Alpukat dalam Pot di Desa Wisata Jambu Kabupaten Kediri Fauzan, Muhammad Bishma; Artini, Widi; Sidhi, Eko Yuliarsha; Satriya Bayu Aji; Djoko Rahardjo
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 5 No. 1 (2025): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v5i1.6335

Abstract

Avocado Kelud cultivation in Jambu Tourism Village, Kediri Regency, using the Tabulampot technique (fruit plants in pots), shows great potential as an agribusiness. This training aims to analyze the financial feasibility of the farming business by highlighting the main problems, such as the limitations of optimal application of the Tabulampot technique and the lack of research on its financial feasibility. Data were obtained from farmers' financial records during 2024 through a purposive sampling method. The analysis was carried out to calculate production costs, income, and financial feasibility indicators, such as Break-Even Point (BEP), Revenue-Cost Ratio (R-C Ratio), and Benefit-Cost Ratio (B-C Ratio). The results showed a total production cost of IDR 18,705,815, resulting in a total income of IDR 51,041,250 with a net profit of IDR 32,335,435. BEP was recorded at IDR 19,108 per kilogram, far below the selling price of IDR 45,000 per kilogram. The R-C Ratio value of 2.97 and B-C Ratio of 1.72 indicate that this business is efficient and profitable. This study emphasizes the importance of innovative marketing strategies, production cost management, and optimization of Tabulampot techniques to maintain product competitiveness in the premium market. This study provides practical recommendations for farmers and stakeholders to increase the productivity and sustainability of Tabulampot-based agribusiness, which can become a model for sustainable farming. Budidaya Alpukat Kelud di Desa Wisata Jambu, Kabupaten Kediri, menggunakan teknik Tabulampot (tanaman buah dalam pot) menunjukkan potensi besar sebagai usaha agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha tani tersebut dengan menyoroti permasalahan utama, seperti keterbatasan penerapan teknik Tabulampot secara optimal dan minimnya penelitian mengenai kelayakan finansialnya. Data diperoleh melalui metode purposive sampling dari catatan keuangan petani selama tahun 2024. Analisis dilakukan untuk menghitung biaya produksi, pendapatan, serta indikator kelayakan finansial, seperti Break-Even Point (BEP), Revenue-Cost Ratio (R-C Ratio), dan Benefit-Cost Ratio (B-C Ratio). Hasil menunjukkan total biaya produksi sebesar Rp18.705.815 menghasilkan total pendapatan Rp51.041.250 dengan keuntungan bersih Rp32.335.435. BEP tercatat sebesar Rp19.108 per kilogram, jauh di bawah harga jual Rp45.000 per kilogram. Nilai R-C Ratio sebesar 2,97 dan B-C Ratio sebesar 1,72 mengindikasikan bahwa usaha ini sangat efisien dan menguntungkan. Studi ini menekankan pentingnya strategi pemasaran inovatif, pengelolaan biaya produksi, dan optimalisasi teknik Tabulampot untuk mempertahankan daya saing produk di pasar premium. Penelitian ini memberikan rekomendasi praktis bagi petani dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan agribisnis berbasis Tabulampot, yang berpotensi menjadi model usaha tani berkelanjutan.  
Library administrative service strategy on archives and library department in murung raya district Panjaitan, Hendri; Broto, Mani Festati; Djoko Rahardjo
Enrichment : Journal of Management Vol. 13 No. 5 (2023): December
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/enrichment.v13i5.1803

Abstract

Mobile library services in Murung Raya Regency have not been carried out optimally. One of the main obstacles is geographical conditions, which causes mobile library services to be inefficient. The purpose of this study is to analyze the mobile library services carried out by the Archives and Libraries Office, especially at the mobile library itself. Qualitative descriptive methods are used with SWOT data analysis techniques, as well as Internal Factory Analysis Summary (IFAS) and External Factory Analysis Summary (EFAS) matrices, to determine the position of library administration services. The results of this study indicate that the wide geographical area requires an adequate number of librarians, so that scheduled training is necessary. The low budget allocation from the government makes mobile library services less than optimal, and the low reading interest of the community is a factor that must be improved. To achieve library services, it is necessary to increase collaboration between volunteers and employees, involve employees in visits to new locations, plan to open mini libraries, and use social media to convey important information to the publicMobile library services in Murung Raya Regency have not been carried out optimally. One of the main obstacles is geographical conditions, which causes mobile library services to be inefficient. The purpose of this study is to analyze the mobile library services carried out by the Archives and Libraries Office, especially at the mobile library itself. Qualitative descriptive methods are used with SWOT data analysis techniques, as well as Internal Factory Analysis Summary (IFAS) and External Factory Analysis Summary (EFAS) matrices, to determine the position of library administration services. The results of this study indicate that the wide geographical area requires an adequate number of librarians, so that scheduled training is necessary. The low budget allocation from the government makes mobile library services less than optimal, and the low reading interest of the community is a factor that must be improved. To achieve library services, it is necessary to increase collaboration between volunteers and employees, involve employees in visits to new locations, plan to open mini libraries, and use social media to convey important information to the public.