Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

SALURAN PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA SENTRA PRODUKSI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR Nina Lisanty; Tutut Dwi Sutiknjo; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati
Jurnal Imiah Management Agribisnis (Jimanggis) Vol 1 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Management Agribisnis (Jimanggis)
Publisher : Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Sjakhyakirti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.138 KB) | DOI: 10.48093/jimanggis.v1i2.44

Abstract

Pemasaran memegang peranan vital dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Penelitian di sentra produksi bawang merah, Desa Sumberjo Kabupaten Nganjuk dilakukan untuk mengkaji tingkat efisiensi ekonomis masing-masing saluran pemasaran bawang merah berdasarkan pola pemasaran yang terbentuk, nilai persentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani bawang merah, dan mengkaji tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran bawang merah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat tiga saluran pemasaran bawang merah, yaitu saluran pemasaran I yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang luar kota; saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen rumah tangga; saluran pemasaran III terdiri dari petani, pedagang besar, dan pabrik/industri. Total biaya yang dikeluarkan saluran pemasaran I sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan sebesar Rp900/kg, sementara untuk total biaya saluran II sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan Rp1300/kg, dan untuk saluran III total biaya sebesar Rp800/kg dengan total keuntungan Rp700/kg. Berdasarkan marjin harga, saluran III merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dengan bagian yang diterima petani sebesar 90,47.
PREPARATION AND CHARACTERISTICS OF PACIFIC CODFISH (Gadus macrocephalus) MYOFIBRIL FOR SURIMI Agustia Dwi Pamujiati; Yuli Witono; Nina Lisanty
Food ScienTech Journal Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : University of Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/fsj.v2i1.8346

Abstract

Myofibril is contributing to gel-forming. Every species of fish have different myofibril concentration. Pacific codfish has white flesh which is expected to make surimi. The objective of this research was to analyze the characteristics of surimi prepared from Pacific codfish myofibril (SPM). The method of this research was used ionic strength by using NaCl. The observe parameters of this research were protein solubility, color, microstructure, molecular weight,and texture.the results showed that SPM have 3-dimensional network with rigid and porous structure than other surimi gels. The major molecular weights were 150 kDa (zetalin) and 40 kDa (tropomyosin). The hardness, cohesiveness and adhesiveness of SPM were 0.071338 N/cm2, 0.259 gf/sec and 116 gf.mm respectively. These results were shown that Pacific codfish was suitable to be used as surimi raw material because it can make a good gel to form surimi.
Analisis Kelayakan Usaha Tiwul Instan Di Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek Agustia Dwi Pamujiati; Ahmad Haris Hassanudin Slamet; Wim Ambawati
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2020): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v4i1.798

Abstract

The business prospect of instant tiwul prospects has recently been promising, as different kind of aroma and flavors of the product being developed. One of the areas producing instant tiwul is Trenggalek Regency. The purpose of this research was to analyse the cost and income as well as business feasibility of instant tiwul in Bendunan District, Trenggalek Regency. The methodology employed in this research was descriptive and qualittive for the analysis. Parameters observed in this research included production costs, revenue, net prsent value, IRR, net B/C ratio, and BEP. The research results showed that production costs of cassava processing to instant tiwul was IDR 445.430 / production process of with production capacity of 170 kg of raw material cassava producing instant tiwul of 100 kg. The revenue was IDR 650.000 and income of IDR 204.570 per production process. The BEP unit was 69 kg and BEP of price was IDR 4.551 /kg. The feasibility of instant tiwul processing enterprises in the district was profitable and worthy for having provide the NPV of 43.948.219, the IRR was larger than bank rate (33,10 % / year and 12 %/year), and having the Net B/C Ratio more than 1 of 1.62.Tiwul instan mempunyai prospek bisnis yang cukup menjanjikan dengan berbagai macam cita rasa yang berbeda. salah satu daerah yang memproduksi tiwul instan yaitu Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui biaya dan pendapatan serta kelayakan usaha tiwul instan yang sudah dikembangkan di Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Metode penelitian ini menggunakan analisis deskripstif dan kualitatif. Parameter pengamatan yang diamati yaitu biaya produksi, penerimaan, Net Present Value, IRR, Net B/C Ratio, dan BEP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi usaha pengolahan singkong menjadi tiwul instan sebesar Rp. 445.430/proses produksi dengan kapasitas produksi 170 kg bahan baku singkong dan menghasilkan 100 kg tiwul instan. Penerimaan yang didapat dari usaha tiwul instan sebesar Rp. 650.000 dan pendapatan sebesar Rp. 204.570 per satu kali proses produksi. Jumlah BEP produksi sebanyak 69 kg, sedangkan BEP harga sebesar Rp. 4.551/kg. Tingkat kelayakan usaha pengolahan tiwul instan di Desa Suren Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek menguntungkan dan layak diusahakan karena memiliki nilai NPV positif (43.948.219), nilai IRR lebih besar (33,10%/tahun) daripada suku bunga bank (12%/tahun), dan memiliki nilai Net B/C ratio lebih dari 1 (1,62). 
Nilai Tambah Pasca Panen Singkong di Kabupaten Trenggalek Agustia Dwi Pamujiati; Widi Artini; Nina Lisanty
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 6, No 1 (2022): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v6i1.2333

Abstract

The agroindustry of cassava chips has been popular in Dompyong Village, Bendungan District, Trenggalek Regency. However, the value-added resulting from the agroindustry remains unknown. A study aimed to identify the added value of cassava chips in the location. The study employed a quantitative research method. The research area was determined purposively. Respondents of the research included actors in cassava chips agroindustry, comprised of 12 respondents. Interviews carried out the data collection using the questionnaire. The data analysis method was calculated by the Hayami method. The results implied that most of the respondents considered the cassava chips agroindustry as their side job. The average age of respondents was 35–40 years old, with the intermediate educational level being junior high school. The cassava chips agroindustry provided positive added value. The added value was IDR5,900, with the IDR7,400 margin. The ratio of added value was 49,58%.Agroindustri keripik singkong di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek sudah banyak diusahakan oleh beberapa orang, namun belum diketahui seberapa besar nilai tambah dari usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk lebih tahu tentang nilai tambah singkong menjadi keripik singkong di Desa Dompyong Kec. Bendungan yang ada di Kab. Trenggalek. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yang pelaksanaannya mewawancarai pengusaha agroindustri keripik singkong  sebanyak 12 responden. Dalam mengumpulkan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner sedangkan analisis data dihitung menggunakan metode Hayami dengan bantuan perangkat lunak Ms. Office Excel 2010. Hasil penelitian adalah mayoritas responden menjadikan agroindustri keripik singkong ini sebagai pekerjaan sampingan. Umur rata-rata responden yaitu 35–40 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata SMP. Usaha agroindustri keripik singkong berkontribusi positif terhadap hasil olah singkong menjadi keripik. Nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp5.900 dengan keuntungan sebesar Rp7.400 sedangkan rasio nilai tambah yang dihasilkan sebesar 49,58%. 
Budidaya Perikanan Skala Kecil: Studi Kasus Ternak Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) di Desa Mojosari Kecamatan Kras Kabupaten Kediri Tri Widayatsih; Nina Lisanty; Agustia Dwi Pamujiati; Satriya Bayu Aji
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2020): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v4i1.796

Abstract

This study examined a small-scale gourami cultivation system based on soil ponds at a gourami cultivation center in Kediri Regency, namely Mojosari Village, Kras District. The economic analysis was based on interview, observation, and documentation data collected from 30 gourami farmers. Preliminary data documentation showed that gourami cultivation was characterized by a fairly long cultivation period. Although from observations, the cultivation of gourami was performed traditionally with minimal use of appropriate technology, less attention to the quality of cultivation techniques, and less efficient use of production costs, the results of data analysis show that this cultivation was profitable and feasible to continue. The total business cost of gourami on the criteria for a narrow pond was IDR 25,855,334.00 and in the criteria for an average pool area was IDR 44,170,834.00. The average production of gourami in small-size pond was 1342 kg and in large-size pond was 2157 kg with fish price of IDR 32,000 per kilogram. The total average income of gourami farming on the criteria for small-size and large-size pond area were IDR 42,944,000.00 and IDR 69,024,000.00 respectively, with an average income of IDR 17,088,666.00 and IDR 24,853,666.00 respectivelyStudi ini meneliti sistem budidaya ikan gurami skala kecil berbasis kolam tanah di sentra budidaya ikan gurami di Kabupaten Kediri, yaitu Desa Mojosari Kecamatan Kras. Analisis ekonomi didasarkan pada data wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dikumpulkan dari 30 peternak ikan gurami di lokasi penelitian. Dokumentasi data awal menunjukkan bahwa budidaya ikan gurami ditandai oleh periode budidaya yang cukup panjang. Meski dari observasi tampak bahwa budidaya ikan gurami ini dilakukan secara tradisional dengan sangat minimnya penggunaan teknologi tepat guna, kurang memperhatikan aspek mutu teknik budidaya, dan kurang efisien dalam penggunaan biaya produksi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa budidaya ini menguntungkan dan layak untuk diteruskan. Biaya total usaha rata–rata ternak ikan gurami pada kriteria luas kolam sempit sebesar Rp25.855.334,00 dan pada kriteria luas kolam luas rata–rata sebesar Rp44.170.834,00. Produksi rata–rata usaha ternak ikan gurami pada luas kolam sempit sebesar 1342 kg dan pada luas kolam luas sebesar 2157 kg dengan harga ikan sebesar Rp32.000,00 per kilogram. Total penerimaan rata–rata usaha ternak ikan gurami pada kriteria luas kolam sempit dan luas masing-masing sebesar Rp42.944.000,00 dan Rp69.024.000,00 dengan pendapatan rata–rata masing-masing sebesar Rp17.088.666,00 dan Rp24.853.666,00. 
Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Produk Tempe Di Sentra Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Jawa Timur Andika Putra Setiawan; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2020): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v4i1.797

Abstract

Observing the high interest of the Indonesian people towards the consumption of tempe, a research focused on the analysis of consumer behavior towards the purchase of tempe products was carried out in the tempe production centers. The research was focused on the reasons of consumers purchasing tempe products which include price factors, quality factors, service factors, and psychological factors. The analysis was based on interview data collected from 60 respondents, taken from the criteria of 30 consumers who bought few tempe product and 30 consumers who bought a large quantity of tempe products. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the consumer purchasing behavior of tempe products in tempe production centers in Kampak District, Trenggalek Regency was influenced by the dominant factor of affordable prices, the quality of products packaged with hygienic packaging, friendly sales service, and subscription factors. These four factors are expected to be taken into consideration for producers and marketers to determine their marketing strategy in a fairly tight industrial competition in the future.Melihat animo masyarakat Indonesia yang cukup tinggi terhadap konsumsi tempe, maka dilakukan penelitian yang dititikberatkan pada analisis perilaku konsumen terhadap pembelian produk tempe di sentra produksi tempe. Penelitian difokuskan kepada alasan konsumen membeli produk tempe yang meliputi faktor harga, faktor kualitas, faktor pelayanan, dan faktor psikologis. Analisis didasarkan pada data wawancara yang dikumpulkan dari 60 responden, yang diambil dari kriteria 30 konsumen yang membeli produk tempe sedikit dan 30 yang membeli produk tempe dalam jumlah banyak. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik garis besar bahwa perilaku pembelian konsumen atas produk tempe di sentra produksi tempe di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dipengaruhi oleh faktor dominan harga yang terjangkau, kualitas produk yang dikemas dengan kemasan yang higienis, pelayanan penjualan yang ramah, dan faktor langganan. Keempat faktor ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen dan pemasar untuk dapat menentukan strategi pemasaran dalam persaingan industri yang cukup ketat di masa yang akan datang.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN HOME INDUSTRI TEMPE KRIPIK KELOMPOK USAHA JAJANAN KHAS KABUPATEN TRENGGALEK Wiwiek Andajani; Nina Lisanty; Agustia Dwi Pamujiati; Eko Yuliarsha Sidhi
Jurnal AGRIBIS Vol. 7 No. 1 (2021): April 2021
Publisher : Univeritas Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.254 KB) | DOI: 10.36563/agribis.v7i1.288

Abstract

ABSTRAK Usaha untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah yang selalu diusahakan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, dengan menggunakan berbagai programnya, yang tentu saja harus tetap memperhatikan potensi yang ada di daerah masing-masing.Agar potensi daerah dapat bermanfaat, maka masyarakat melakukan kegiatan ekonmi, dengan melihat peluang yang ada, sarana dan prasarana ekonomi yang dapat menunjang serta mendorong kegiatan ekonomi tersebut. Salah satunya adalah usaha produk olahan tempe, karena tempe adalah salah satu bahan makanan yang sudah merakyat, dan dikonsumsi hampir setiap hari oleh masyarakat Indonesia, dari masyarakat kalangan atas sampai bawah, yang tidak dibatasai oleh status sosial. Hal ini menarik bagi peneliti untuk mengetahui, berapa pendapatan produsen home industri tempe kripik, dan faktor yang mempengaruhinya. Dari faktor umur, tingkat pendidikan dan pengalaman atau lama usaha, manakah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan produsen home industri tempe kripik. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan melakukan survei, sedangkan penentuan daerahnya dilakukan secara sengaja, dengan alasan bahwa Kelurahan Tamanan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah sentra home industri tempe kripik yang ada di Jawa Timur. Dari hasil analisis dapat diketahui rata-rata pendapatan produsen home industri tempe kripik, dalam satu kali produksi adalah Rp 695.650,- sedangkan faktor umur, tingkat pendidikan dan lama usaha atau pengalaman ternyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan, baik secara bersama-sama, maupun secara parsial. Kata Kunci: Faktor Produksi,Home Industri Tempe Kripik, Pendapatan ABSTRACT Efforts to create public welfare are what the regional and central governments always strive to make, by using various programs and utilizing any potential in each region. In order for the regional potential to be useful, the community shall carry out economic activities, by looking at the opportunities, economic facilities and infrastructure that can support and encourage economic activity. One of the examples is the business of processed tempe products, because tempe is one of the most popular foodstuffs, and is consumed almost every day by Indonesians, from the upper class to the lower classes, who are not limited by social status. This is interesting for researchers to find out the income of the home industry producer of tempe chips, and the factors that influence it. From the factors of age, level of education, and experience or length of business, which one has the most influence on the income of the home industry tempe chips producers. In this study using a quantitative descriptive method, by conducting a survey, while the determination of the area was conducted purposively at Tamanan Village, Trenggalek District, Trenggalek Regency as one of the centers for the home industry for tempe chips in East Java. From the results of the analysis, it can be seen that the average income of the home industry tempe chips producers, in one production was IDR 695,650. The factors of age, education level, and length of business or experience did not significantly affect income, either jointly or partially. Keywords: Production Factor, Home Industry, Tempe Chips, Income
THE PROFILE OF LOCAL TOFU INDUSTRY IN TRENGGALEK REGENCY, EAST JAVA PROVINCE, INDONESIA Nina Lisanty; Eko Yuliarsha Sidhi; Agustia Dwi Pamujiati
Jurnal Hexagro Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Hexagro
Publisher : Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/hexagro.v6i1.874

Abstract

A study was aimed to determine the costs, revenues, and profits of the tofu industry in Nglongsor Village, Karangan District, Trenggalek Regency in one production period. The location was determined intentionally. The sampling method used was saturated sampling or census. The reason for choosing the area was because it is a well-known and distinctive tofu-producing area in Trenggalek. The results showed that the average value of soybean raw materials was 42 kilograms at the price of soybeans of IDR 8,500 per kilogram, producing 400 packs of tofu. The selling price of tofu per pack of 2 (or four pieces) of IDR 2,000. In one production period, the revenue earned was IDR800,000. With an average total production cost of IDR518,786, the profit earned was IDR 218.822. The value of the R/C Ratio was 1.38, which means that the tofu home industry business was declared feasible to be developed. The statistical tests for the profit and business feasibility variables stated that the research hypothesis was accepted.
PEMBIBITAN METODE BUD CHIPS DI POLYBAG UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEBU Nugraheni Hadiyanti; Agustia Dwi Pamujiati; Dektiyansyah Nusantara Sukoco
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v6i1.2007

Abstract

Inovasi metode pembibitan dengan satu mata tunas disebut dengan bud chips. Metode bud chips dapat meningkatkan kualitas bibit tebu karena jumlah anakan banyak dan pertumbuhannya seragam. Kegiatan ini bertujuan memberikan keilmuan tentang metode bud chips dan pelatihan pembibitan bud chips di polybag bagi petani tebu di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Kegiatan awal adalah tim berkoordinasi dengan pihak terkait di Desa tanon untuk menjelaskan maksud, tujuan, dan teknis pelaksanaan. Penyuluhan dilakukan di aula Kelurahan Desa Tanon dengan dihadiri para petani dan warga sekitar. Pendampingan setelah penyuluhan adalah praktek langsung pembibitan metode bud chips. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan dengan wawancara sederhana. Peserta penyuluhan menyambut baik dan antusias mengikuti penyuluhan dan pendampingan pembibitan tebu metode bud chips di polybag. Peserta tertarik mencoba metode bud chips di polybag untuk meningkatkan produktitivas tanaman tebu Kegiatan ini juga sebagai sarana transfer teknologi dalam membantu pemecahan permasalahan di masyarakat khususnya dalam budidaya tanaman tebu
Pengelolaan Sampah Terpadu Dan Bank Sampah Al-Ikhlas, di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri Wiwiek Andajani; Agustia Dwi Pamujiati; Yesy Nur Gunariyati
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2021): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v1i2.2093

Abstract

Garbage is a social problem that requires appropriate solutions because waste is generated all the time and occurs anywhere, whether in the village or the city. Both the situation at the source (at the temporary waste disposal site (TPS), as well as the problem at the final waste disposal site (TPA)) and the problem of not segregating the waste cause unpleasant smells. Based on this situation, community service was carried out in the RW 06 Rejomulyo Village, Kota Subdistrict, Kediri City, with the aim of (1) providing education about sorting organic waste and inorganic waste from the source, (2) providing waste management training with the 4 R principles, namely Reduce, Reuse, Recycle and Replant, and (3) to get social and economic benefits from the existence of a waste bank. An example is the Al-Ikhlas waste bank in the RW 06 Rejomulyo Village, Kota Subdistrict, Kediri City. Using the Community Development method is an effort to develop community empowerment by making the community as subjects and objects directly, to increase their participation in development for their interests. The implementation method uses emancipatory participation so that there is interaction, communication, and dialogue with residents through training or counseling activities with four stages: (1) preparation stage, (2) preliminary socialization, (3) implementation of training and practice, and (4) evaluation. The Al-Ikhlas waste bank, in early 2015, consisted of 16 women. However, with increasing awareness of the benefits of waste bank activities, from waste sorting and the implementation of 4Rs that have economic value, in 2021, its members increased dramatically to 55 women.Sampah merupakan masalah sosial yang membutuhkan solusi yang tepat, karena sampah dihasilkan setiap waktu, dan terjadi di mana saja, baik di desa atau di kota. Baik masalah di sumbernya, di tempat pembuangan sampah sementara (TPS), maupun masalah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), juga masalah belum terpilahnya sampah yang pada waktu musim hujan akan tercium aroma yang tidak sedap dan tidak nyaman akibat sampah yang tidak terurai dengan baik. Dari pemikiran tersebut pengabdian masyarakat dilakukan di rukun warga 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri, dengan tujuan : (1) memberikan edukasi tentang pemilahan sampah organik dan sampah an-organik dari sumbernya, (2) memberikan pelatihan pengelolaan sampah dengan prinsip 4 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle dan Replant, dan (3) untuk mendapatkan manfaat secara social, ekonomi dengan adanya bank sampah. Dalam hal ini sebagai percontohannya adalah bank sampah Al-Ikhlas di rukun warga 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Menggunakan metode Community Development, merupakan upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan menjadikan masyarakat sebagai subyeks sekaligus obyek secara langsung, dalam upaya meningkatkan peran serta mereka dalam pembangunan demi kepentingan mereka sendiri. Untuk metode pelaksanannya memakai partisipasi emansipatoris, sehingga terjadi interaksi, komunikasi, dan dialog dengan warga melalui kegiatan pelatihan atau penyuluhan dengan 4 tahapan : (1) tahap persiapan, (2) sosialisasi pendahuluan, (3) pelaksanaan pelatihan dan praktek, dan (4) evaluasi. Bank sampah Al-Ikhlas, awal tahun 2015 beranggotakan 16 ibu, tetapi dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat kegiatan bank sampah, dari pemilahan sampah dan pelaksanaan 4R yang mempunyai nilai ekonomi, maka tahun 2021 anggotanya meningkat drastis menjadi 55 ibu.