Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

KEBUTUHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus Terhadap Kelompok Petani Padi Organik di Kabupaten Kediri) ARTINI, WIDI
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 1, No 1 (2017): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v1i1.303

Abstract

RINGKASANTujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kebutuhan petani dan dan menganalisis kendala dalam mengembangkan padi organik.  Konsep dasar yang digunakan yaitu  konsep perubahan sosial Talcott Parson yaitu sistem fungsional struktural yang dikenal dengan AGIL. Mengigunakan  pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Jumlah responden diambil secara sensus (sampling jenuh) terhadap populasi petani padi aktif.  Metode yang digunakan metode survey terhadap seluruh populasi yaitu petani padi organik sebanyak 60 petani aktif yang sedang menjalankan budidaya padi organik baik yang koversi maupun yang telah sertifikasi.Pelaksanaan penelitian Desember 2015-Maret 2016. Analisis data dilakukan secara diskriptif analitik kualitatif melalui pengelompokan pada tabel analisis (tabulating analysis).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan petani untuk mengembangkan padi organikmeliputi : 1) modal  : 2) keterampilan dan pengetahuan tentang teknologi organik: 2) sarana produksi organik secara lokal  : 3) kepastian harga standar gabah organik yang memadai :  4) kelancaran pasar hasil : 5) sertifikasi organik atau pengakuan organik. Berdasarkan hasil penelitian disarankan ada intervensi atau kebijakan dari pihak pemerintah untuk meningkatkan penerapan sistem organik pada padi terutama dalam kepastian pasar dan ketentuan harga , mengingat tujuan penerapan padi organik adalah untuk rehabilitasi  sumberdaya alam tanah dan lingkungannya.Kata Kunci: inovasi.
SALURAN PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA SENTRA PRODUKSI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR Nina Lisanty; Tutut Dwi Sutiknjo; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati
Jurnal Imiah Management Agribisnis (Jimanggis) Vol 1 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Management Agribisnis (Jimanggis)
Publisher : Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Sjakhyakirti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.138 KB) | DOI: 10.48093/jimanggis.v1i2.44

Abstract

Pemasaran memegang peranan vital dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Penelitian di sentra produksi bawang merah, Desa Sumberjo Kabupaten Nganjuk dilakukan untuk mengkaji tingkat efisiensi ekonomis masing-masing saluran pemasaran bawang merah berdasarkan pola pemasaran yang terbentuk, nilai persentase marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani bawang merah, dan mengkaji tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran bawang merah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan terdapat tiga saluran pemasaran bawang merah, yaitu saluran pemasaran I yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang luar kota; saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen rumah tangga; saluran pemasaran III terdiri dari petani, pedagang besar, dan pabrik/industri. Total biaya yang dikeluarkan saluran pemasaran I sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan sebesar Rp900/kg, sementara untuk total biaya saluran II sebesar Rp1000/kg dengan total keuntungan Rp1300/kg, dan untuk saluran III total biaya sebesar Rp800/kg dengan total keuntungan Rp700/kg. Berdasarkan marjin harga, saluran III merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dengan bagian yang diterima petani sebesar 90,47.
Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Salak Pondoh (Salaca edulis) di Desa Watulimo Kabupaten Trenggalek Widi Artini; Nina Lisanty; Eko Yuliarsha Sidhi
Jurnal Imiah Management Agribisnis (Jimanggis) Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Management Agribisnis (Jimanggis)
Publisher : Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Sjakhyakirti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.336 KB) | DOI: 10.48093/jimanggis.v2i2.70

Abstract

Salak pondoh adalah jenis buah salak yang disukai karena rasa buah yang manis meskipun dalam keadaan belum matang, memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi dibanding buah lainnya, mampu berproduksi secara terus menerus sepanjang tahun, memiliki lebih kurang dua puluh hari masa simpan, dan cukup ramah dengan perut apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Desa Watulimo Kabupaten Trenggalek terkenal sebagai wilayah produsen dan sentra budidaya salak pondoh, khususnya bagi para konsumen di Jawa Timur dan sekitarnya. Penelitian dilakukan di lokasi tersebut untuk mengetahui jumlah produksi, tingkat efisiensi usahatani, dan pendapatan petani salak pondoh. Pengambilan sampel petani dilakukan secara acak, namun proporsional berdasarkan lima strata usia tanaman salak pondoh yang diusahakan, berkisar 10 hingga 23 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun usahatani salak pondoh untuk luas lahan 1 hektar dengan populasi tanaman 1.600 pohon adalah Rp25.478.995. Biaya tersebut merupakan biaya yang meliputi biaya sewa lahan, tenaga kerja, pajak, pupuk, dan biaya lainnya. Adapun dari biaya tersebut, rerata penerimaan petani adalah Rp49.366.940. Dari hasil tersebut, petani mendapatkan keuntungan/pendapatan bersih sebesar Rp23.887.945 per hektar yang sekaligus juga menunjukkan rasio antara penerimaan dan biaya sebesar 1,94, yang bermakna bahwa usahatani tersebut efisien dan menguntungkan.
Analisa Keuntungan UKM Tenun Bandar Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Wiwiek Andajani; Widi Artini
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 3, No 1 (2019): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v3i1.632

Abstract

SMEs or MSMEs have an important role for the Indonesian economy, this can be seen and proven when the Indonesian monetary crisis occurred in 1997, when one by one large companies collapsed, the SME or MSME business did not waver, even became the backbone of the economy at that time, because more dynamic than large companies. Based on BPS data in 2014, the number of MSMEs in Indonesia was 57.89 million units and provided 96.99% job opportunities. According to the World Bank, Indonesia's livelihoods depend heavily on the SME sector. Seeing this, the Kediri City Government really cares about and encourages the development of industrial potential, one of which is the bandar ikat industry, as well as preserving the culture of ikat weaving. This is interesting to do research. The objectives of this study are (1) to determine the advantages of the bandar ikat producer and (2) to determine whether the bandar ikat producer business is worthy of obtaining venture capital. The method of determining the area is purposive, namely Bandar Kidul Village, Mojoroto District, Kediri City, because it is a centre for weaving production, while the sampling is purposive sampling and saturated sampling, namely 10 (ten) weavers who are members of the Joint Venture. The results and the discussion show that the profit per day for the bandar ikat producer; cotton material IDR819,846.19; silk material IDR775,690.97 and rayon material IDR384,771.48 and are eligible for capital or additional capital.UKM atau UMKM mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia, ini bisa dilihat dan terbukti ketika terjadi krisis moneter yang Indonesia di tahun 1997, di saat satu persatu perusahaan besar tumbang, bisnis UKM atau UMKM tidak goyah, bahkan menjadi tulang punggung perekonomian saat itu, karena lebih dinamis daripada perusahaan besar. Berdasarkan data BPS tahun 2014 jumlah UKM di Indonesia 57,89 juta unit dan memberikan kesempatan kerja 96,99 %. Menurut World Bank, Indonesia sumber penghidupannya sangat bergantung pada sektor UKM. Melihat ini Pemerintah Kota Kediri sangat peduli dan mendorong perkembangan potensi industri, salah satunya industri tenun ikat bandar, sekaligus melestarikan budaya tenun ikat. Ini yang menarik untuk dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui keuntungan produsen tenun ikat bandar dan (2) untuk mengetahui apakah usaha produsen tenun ikat bandar tersebut layak memperoleh modal usaha. Metode penentuan daerahnya secara purposive, yaitu Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, karena merupakan sentra produksi tenun ikat, sedang pengambilan sampelnya secara purposive sampling dan sampling jenuh, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) penenun yang tergabung dalam Usaha Bersama. Hasil dan pembahasan diperoleh bahwa keuntungan per harinya untuk produsen tenun ikat bandar; bahan katun Rp819.846,19; bahan sutra Rp775.690,97 dan bahan rayon Rp384.771,48 serta layak untuk mendapatkan modal atau tambahan modal. 
Optimalisasi Dan Pemerataan Pendapatan Petani Pada Usahatani Padi Sistem Bagi Hasil Tutut Dwi Sutiknjo; Widi Artini
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 3, No 2 (2019): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v3i2.726

Abstract

The production sharing system for food crops that have been regulated in the UUBH for a long time is still not implemented by all parties. From the existing production function, it can be seen whether the production factors usage has been optimal or not, if it is not optimal, how much is the production factors usage for optimal use. The data collection method was proportionate stratified random sampling with soil class strata as many as 90 respondents who implemented the profit-sharing system of Cultivator Owners, Maro, and Mertelu in Sembon Village, Karangrejo District, Tulungagung Regency. Data were analyzed using multiple regression analysis, efficiency index formula, and Gini Ratio. The results showed that there was a significant effect on the production factors usage with the product produced by the Cobb-Douglas production function estimation model. For the owner cultivator system: R2 = 91.10%; for the Maro system: R2 = 89.07%; for the Mertelu system: R2 = 85.46%. The production process for all production-sharing systems can physically be considered to be in the rational area, for the tenant owner system; Ʃbi = 1.1076; for the Maro system: Ʃbi = 1.0430; for the Mertelu system: Ʃbi = 1.0832. The production factors used for the entire Profit Sharing system is efficient because the Efficiency Index = 1. Productivity, there is no significant difference between the Cultivator Owners, Maro and Mertelu system. Income equalization in the Cultivator System is high on the inequality scale, while for the Maro and Mertelu systems it is low.Sistem bagi hasil untuk tanaman pangan yang sudah lama diatur dalam UUBH sampai saat ini masih belum diterapkan oleh semua pihak. Dari fungsi produksi yang ada dapat diketahui apakah penggunaan faktor produksi sudah optimal atau belum, jika belum optimal seberapa banyak penggunaan faktor produksi agar penggunaannya menjadi optimal. Metode pengambilan data secara proportionate stratified random sampling dengan strata kelas tanah sebanyak 90 responden yang melaksanakan sistem bagi hasil Pemilik Penggarap, Maro, dan Mertelu di Desa Sembon kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, rumus Index efisiensi, dan Gini Ratio. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang nyata penggunaan faktor produksi dengan produk yang dihasilkan dengan model dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, Untuk sisem pemilik penggarap: R 2 = 91,10%; untuk sistem Maro: R2 = 89,07%; untuk sistem Mertelu: R2 = 85,46%. Proses produksi untuk semua sistem bagi hasil secara fisik dapat dianggap berada dalam daerah rasional, untuk sisem pemilik penggarap ; Ʃbi = 1,1076; untuk sistem Maro : Ʃbi = 1,0430; untuk sistem Mertelu : Ʃbi = 1,0832. Penggunaan faktor produksi untuk seluruh sistem Bagi Hasil sudah efisien karena Indeks Efisiensinya = 1. Produktivias tidak ada perbedaan yang nyata antara sistem bagi Pemilik Penggarap, Maro dan Mertelu. Pemerataan pendapatan pada sistem Pemilik Penggarap pada skala ketimpangan tinggi, sedang untuk sistem Maro dan Mertelu ketimpangannya rendah.  
Nilai Tambah Pasca Panen Singkong di Kabupaten Trenggalek Agustia Dwi Pamujiati; Widi Artini; Nina Lisanty
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 6, No 1 (2022): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v6i1.2333

Abstract

The agroindustry of cassava chips has been popular in Dompyong Village, Bendungan District, Trenggalek Regency. However, the value-added resulting from the agroindustry remains unknown. A study aimed to identify the added value of cassava chips in the location. The study employed a quantitative research method. The research area was determined purposively. Respondents of the research included actors in cassava chips agroindustry, comprised of 12 respondents. Interviews carried out the data collection using the questionnaire. The data analysis method was calculated by the Hayami method. The results implied that most of the respondents considered the cassava chips agroindustry as their side job. The average age of respondents was 35–40 years old, with the intermediate educational level being junior high school. The cassava chips agroindustry provided positive added value. The added value was IDR5,900, with the IDR7,400 margin. The ratio of added value was 49,58%.Agroindustri keripik singkong di Desa Dompyong Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek sudah banyak diusahakan oleh beberapa orang, namun belum diketahui seberapa besar nilai tambah dari usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk lebih tahu tentang nilai tambah singkong menjadi keripik singkong di Desa Dompyong Kec. Bendungan yang ada di Kab. Trenggalek. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yang pelaksanaannya mewawancarai pengusaha agroindustri keripik singkong  sebanyak 12 responden. Dalam mengumpulkan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner sedangkan analisis data dihitung menggunakan metode Hayami dengan bantuan perangkat lunak Ms. Office Excel 2010. Hasil penelitian adalah mayoritas responden menjadikan agroindustri keripik singkong ini sebagai pekerjaan sampingan. Umur rata-rata responden yaitu 35–40 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata SMP. Usaha agroindustri keripik singkong berkontribusi positif terhadap hasil olah singkong menjadi keripik. Nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp5.900 dengan keuntungan sebesar Rp7.400 sedangkan rasio nilai tambah yang dihasilkan sebesar 49,58%. 
DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP PROKDUTIVITAS INDUSTRI TAHU RUMAHAN Widi Artini; Aditya perdana Mahardika
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 1, No 2 (2017): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v1i2.318

Abstract

RINGKASANPenelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana karakteristik industri, kelayakan usaha dan pengaruhnya terhadap penerimaan pengusaha tahu akibat dari naiknya harga kedelai. Penelitian ini adalah studi kasus di Desa Mojoagung, Kecamatan Prambon, Kabupaten Ngajuk dengan menggunakan metode survei langsung ke pengusaha tahu dengan disebar sebanyak 15 responden, Analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis Usahatani. Dari Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa melonjaknya harga kedelai menjadi penyebab turunya volume produksi tahu, sehingga menyebabkan total penerimaan pengusaha juga turun akan tetapi usaha tersebut masih dinilai layak untuk dijalankan.  Agar tidak mengalami kerugian usaha, maka pengusaha harus meningkatkan produksi tahu sehingga total penerimaan tetap ada peningkatan.Kata Kunci: Inflasi, Home Industri.
Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Produk Tempe Di Sentra Produksi Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Jawa Timur Andika Putra Setiawan; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 4, No 1 (2020): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v4i1.797

Abstract

Observing the high interest of the Indonesian people towards the consumption of tempe, a research focused on the analysis of consumer behavior towards the purchase of tempe products was carried out in the tempe production centers. The research was focused on the reasons of consumers purchasing tempe products which include price factors, quality factors, service factors, and psychological factors. The analysis was based on interview data collected from 60 respondents, taken from the criteria of 30 consumers who bought few tempe product and 30 consumers who bought a large quantity of tempe products. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the consumer purchasing behavior of tempe products in tempe production centers in Kampak District, Trenggalek Regency was influenced by the dominant factor of affordable prices, the quality of products packaged with hygienic packaging, friendly sales service, and subscription factors. These four factors are expected to be taken into consideration for producers and marketers to determine their marketing strategy in a fairly tight industrial competition in the future.Melihat animo masyarakat Indonesia yang cukup tinggi terhadap konsumsi tempe, maka dilakukan penelitian yang dititikberatkan pada analisis perilaku konsumen terhadap pembelian produk tempe di sentra produksi tempe. Penelitian difokuskan kepada alasan konsumen membeli produk tempe yang meliputi faktor harga, faktor kualitas, faktor pelayanan, dan faktor psikologis. Analisis didasarkan pada data wawancara yang dikumpulkan dari 60 responden, yang diambil dari kriteria 30 konsumen yang membeli produk tempe sedikit dan 30 yang membeli produk tempe dalam jumlah banyak. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik garis besar bahwa perilaku pembelian konsumen atas produk tempe di sentra produksi tempe di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek dipengaruhi oleh faktor dominan harga yang terjangkau, kualitas produk yang dikemas dengan kemasan yang higienis, pelayanan penjualan yang ramah, dan faktor langganan. Keempat faktor ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen dan pemasar untuk dapat menentukan strategi pemasaran dalam persaingan industri yang cukup ketat di masa yang akan datang.
RAGAM KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PEDESAAN DI DESA MARGOPATUT KECAMATAN SAWAHAN KABUPATEN NGANJUK WIDI ARTINI
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 1, No 1 (2017): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v1i1.304

Abstract

RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan pola konsumsi masyarakat yang berkembang pada saat ini. Melalui pendekatan konsep indikator pola konsumsi pangan yaitu PPH dan AKG. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey terhadap kelompok masyarakat tertentu yang dianggap mempunyai keragaman pola konsumsi pangan, dengan metode penentuan sampel menggunakan stratified random sampling dengan jumlah 60 responden terpilih. Analisis data dilakukan secara diskriptif analitik. Lokasi penelitian di Desa Margopatut Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat yaitu : 1). jenis sumber karbohidrat  di dominasi oleh jenis padi-padian beras yaitu sebesar 86.6 % ; 2). jenis sumber protein  hewani dan nabati di dominasi oleh tahu sebesar 73.3 % dan tempe 76.6% ; 3) jenis mineral : sayur kacang panjang, sawi, daun singkong, mentimun, buah pisang sebesar 68.3 % ; 4) jenis gula yaitu gula pasir putih sebesar 96.6 % ; 5). pangan jenis minyak dan lemak yakni minyak curah sebesar 68.3 %; 6). jenis biji berminyak yakni bahan pangan kelapa sebesar 46.6 %; 7). rempah-rempah 100 % sebagai bumbu masak , obat tradisional. Dari hasil penelitian disarankan gerakan dan sosialisasi tentang pola makan yang beragam dan bergizi, seimbang dan aman (B2SA) secara terus menerus kepada masyarakat.Kata Kunci: Ragam Pangan, Masyarakat Pedesaan
BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN MANGGA PODANG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BOLU KUKUS DI KELURAHAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Tjatur Prijo Rahardjo; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati; Djoko Rahardjo; Eko Yuliarsha Sidhi; Mariyono
Jurnal Abadimas Adi Buana Vol 6 No 02 (2023): Jurnal Abadimas Adi Buana
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/abadimas.v6.i02.a6444

Abstract

Pemanfaatan mangga podang di Kelurahan Mojoroto Kota Kediri masih terbatas hanya untuk buah meja dan jus. Padahal mangga podang berpotensi dijadikan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi seperti bolu kukus. Selain itu, bolu mangga juga dapat dijadikan oleh-oleh khas daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pemanfaatan mangga podang sebagai bahan baku bolu kukus. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan pendampingan serta tahap evaluasi. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakta ini adalah ibu PKK Kelurahan Mojoroto Kota Kediri. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa peserta bimbingan teknis antusias terhadap sosialisasi yang telah diberikan. Selan itu, peserta juga dibimbing untuk melakukan uji kesukaan terhadap produk bolu mangga podang yang telah diproduksi. Peserta bimbingan teknis juga mendapatkan nilai diatas 80 untuk hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa proses transfer ilmu telah berhasil dilakukan. Peserta bimbingan teknis juga ada yang berkeinginan untuk mengembangkan pembuatan bolu mangga podang sebagai bisnis skala kecil.