Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS TUTURAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA SANDIAGA UNO Ali Kusno
tuahtalino Vol 12, No 1 (2018): TUAH TALINO
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.623 KB) | DOI: 10.26499/tt.v12i1.1103

Abstract

Sandiaga Uno’s statements (Sandi) attract public attention because they are considered ridiculous. This research is to reveal the use of language or the meaning of the speech that often creates confusion and laughter by the people. This research is qualitative descriptive. The collection of data are using document analysis. The data source are the speech document that is published in the online media. This research is using the discourse analysis. Data analysis techniques is using interactive model. The results showed that the various uses and definition of the language of the speech is that he represents the new government of DKI Jakarta has not had a clear concept for development. The speeches that was delivered by Sandi to the public described the inability of DKI Jakarta’s government for dealing with various issues. As a public official should be able to be professional. If the problem has not got a solution, it should be not declared the statements that could be confusing and just shows the inability of the DKI Jakarta government. 
Perbandingan Pesan Politik dalam Konferensi Pers Jokowi dan Prabowo Pascapendaftaran Capres 2019 Ali Kusno
SUAR BETANG Vol 14, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v14i1.99

Abstract

Presidential and vice presidential candidates, Joko Widodo-Ma’ruf Amin and Prabowo-Sandi have been officialy registered as president and vice president candidates for Indonesia Presidential Election 2019. Both of president candidates gave a political speeches after registering at the KPU. Those speeches become a representation of their perception regarding presidential election 2019. That is why it is so important to reveal their political speech. This research used Fairclough’s critical discourse analysis. They both realize if the registration for presidential election just for the importance of Indonesian. Prabowo just give a different emphasis about KPU which have to guard the presidential election of 2019 that free from cheating. That point based on consideration if Prabowo as the president candidate who ever lose in presidential election of 2014 and has an argument if the defeat caused by cheating. Unfortunately, the commitment of pair of presidential and vice presidential candidate is still far from hope. The fact is everyday the community get a treated of bad political. Political that abuse each other and emmity. There is a parts who played the issues SARA to catch a sympathy the electors to get a dominance. 
PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PENULARAN PANDEMI KORONA DI INDONESIA KLUSTER GOWA Ali Kusno
Masyarakat Indonesia Vol 46, No 2 (2020): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Kedeputian Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmi.v46i2.880

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi publik yang berkembang terhadap eks peserta Ijtima Ulama di Gowa yang dianggap sebagai salah satu kluster persebaran pandemi korona di Indonesia. Pendekatan penelitian menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough. Pendekatan itu memungkinkan penggunaan bahasa dalam wacana ditempatkan sebagai praktik sosial; wacana atau penggunaan bahasa dihasilkan dalam sebuah peristiwa diskursif tertentu; dan wacana yang dihasilkan berbentuk sebuah genre tertentu. Data penelitian  berupa  wacana tanggapan para pengguna Facebook terhadap pemberitaan tentang pandemi korona kluster Gowa. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah kegiatan Ijtima Ulama di Gowa, para eks peserta kegiatan tersebut mendapat beragam stigma negatif. sebagian besar warganet beranggapan bahwa eks kegiatan Gowa sebagai salah satu penyebar wabah korona di Indonesia. Meskipun para eks peserta kegiatan Gowa sudah menjalani proses karantina dan pengobatan, tetap mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari masyarakat sekitar, terkesan eks kegiatan Gowa dan keluarga dikucilkan meskipun sebenarnya masyarakat lebih menarik diri. Pemahaman agama yang trerkesan membabi buta akan sangat berbahaya bagi kehidupan umat Islam. Penanganan lebih tegas terhadap kejadian serupa agar masyarakat agar lebih patuh terhadap kebijakan pemerintah.
ANALISIS WACANA KRITIS PEMBENTUKAN STEREOTIP PEMERINTAH OLEH HTI Ali Kusno; Abd. Rahmad; Nur Bety
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 45, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.323 KB)

Abstract

Abstract: This study aims to reveal the stereotypes about government formed by HTI in the propaganda bulletin articles published in Al-Islam. This study uses descriptive qualitative critical discourse analysis approach of Fairclough’s models. Based on textual analysis (micro analysis), discourse practical analysis and socio-cultural practical dimension (macro) the buletin indicates that HTI provides a solution by building a positive stigma against the struggle doctrine of HTI, namely the application of Islamic law and the need for Godly Muslim leaders. To reinforce the positive stigma about the ideology and the concept, HTI formed a variety of negative stereotypes of the Government by pointing at the Government’s inability, liberal economic system, capitalist government partisanship, transactional politics and the Government’s partisanship to foreign advantages. The formation of the various stereotypes may result in public antipathy towards the GovernmentPermalink/DOI: dx.doi.org/10.17977/um015v45i22017p143
ANALISIS WACANA PERCAKAPAN WARGA DALAM GRUP FACEBOOK BUBUHAN SAMARINDA: IDENTIFIKASI POTENSI KONFLIK SOSIAL Ali Kusno
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 19 No. 1 (2017)
Publisher : LIPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmb.v19i1.391

Abstract

Samarinda, the capital city of East Kalimantan province are inhabited by various ethnic groups. Friction between residents and groups are frequent. Small conflict between residents involving different ethnic groups may widen into conflict of ethnic, religion, race, and inter group relationship called SARA. This study aims to identify potential conflicts with SARA nuances in Samarinda city through citizens’ conversation discourse in Facebook group called ‘Bubuhan Samarinda’ (FBS). Identification of conversation was analyzed through FBS group. The FBS discourse represents the issue within Samarinda citizens. On the contrary, the opinion within FBS group influences citizens’ life. This paper used critical discourse analysis from Fairclough. The data were gathered from the discourse conversation among FBS group members. The result shows that the conversations tend to use primordial statement dominated by ethnic factor. The primordialism sounds like propaganda of one ethnic group. There are the provocations of conflict between indigenous and the migrants, that shows social jealousy. There is also a stigma that immigrants only exploit the wealth of Borneo, which becomes a main problem in Samarinda. The potential violence arises from the existence of ethnic organization. Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang dihuni oleh beragam suku. Gesekan-gesekan antarwarga dan kelompok sering terjadi. Konflik kecil antarwarga melibatkan kesukuan dapat melebar ke konflik SARA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi konflik bernuansa SARA di Kota Samarinda melalui wacana percakapan warga dalam grup Facebook ‘Bubuhan Samarinda’ (FBS). Identifikasi percakapan warga melalui grup FBS.Wacana yang terbentuk dalam FBS merepresentasikan isu yang berkembang dalam kehidupan warga Kota Samarinda. Begitu pula sebaliknya, opini yang terbentuk dalam grup FBS mempengaruhi kehidupan warga. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough.Data penelitian diambil dari wacana percakapan anggota grup FBS. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya potensi konflik bernuansa SARA yang didominasi faktor kesukuan. Hal itu didukung oleh tingginya primordialisme warga. Munculnya propaganda bahwa suku tertentu harus disegani. Adanya provokasi antara suku asli dengan pendatang yang lebih banyak dipicu kecemburuan sosial. Terbentuknya stigma bahwa pendatang menjadi biang masalah di Kota Samarinda karena hanya mengeksploitasi kekayaan Kalimantan. Potensi kekerasan menguat karena keberadaan organisasi massa yang mendasarkan pada kesukuan.
Teks Berita Republika Terkait Perceraian Ahok dan Veronica Tan Ali Kusno
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v9i2.34

Abstract

Kabar perceraian Ahok membuat lini massa bergejolak. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, Ahok sudah muncul dengan kasus penistaan agama yang menyita perhatian publik. Ia bahkan dipenjara akibat kasus ini. Persoalan Ahok tersebut mengundang beragam respons dari warganet. Pemberitaan di berbagai media pun tidak pernah putus, termasuk Republika. Beragam pula model pemberitaan yang bermunculan. Untuk itu, pada penelitian ini, penulis tertarik melakukan analisis terhadap pemberitaan terkait perceraian Ahok dan Veronica Tan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur teks, praktik wacana, dan ideologi pemberitaan terkait perceraian Ahok melalui pendekatan analisis wacana kritis Fairclough. Data penelitian berupa dokumen pemberitaan di www.republika.com. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis tekstual pada bagian pembuka terlihat pemilihan judul yang tidak menyudutkan Ahok dan bagian penutup menggunakan argumentatif untuk menetralkan isu-isu negatif. Dimensi praktik wacana menunjukkan pemberitaan Republika tidak bisa dilepaskan dari sosok pribadi Ahok. Dimensi praktik sosial budaya menunjukkan Ahok menyita perhatian publik ketika terkait kasus penistaan agama dan dipenjara. Ahok kembali mencuat ke publik terkait perceraian. Ideologi menempatkan kasus Ahok tidak terkait kepentingan politik dan mencoba memberitakan perceraian Ahok secara objektif. Kata kunci: analisis wacana kritis; teks berita; Republika; perceraian Ahok
Gaya Bahasa Pidato Jokowi dalam Pembukaan Annual Meetings Imf-World Bank Group di Bali Ali Kusno; Wenni Rusbiyantoro
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 9, No 1 (2020): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v9i1.995

Abstract

This study aims to describe the use of language within President Jokowi's Game of Thrones speech in opening Annual Meetings IMF-World Bank Group. The research method is descriptive qualitative. Data and sources data in the form of speech transcript published in TribunJabar.id. The results of the analysis showed that overall using official language style, mixed codes, medium language, high pitch, anaphoric reps, mesodiplosis reps, long analogies, rhetorical questions, hyperbole, metaphors, fresh humor, antithesis, and climax in closing. In substance and packaging, President Jokowi's speech was so good. The speech was able to amaze the audience. The listeners of the speech will understand better if they also master the Game of Trones reference series. Further research on the language style of President Jokowi's speech in different forums will reveal different language styles according to the forum that was delivered. AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa dalam pidato Presiden Jokowi Game of Thrones saat pembukaan Annual Meetings IMF-World Bank Group. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data dan sumber data berupa transkrip pidato yang dimuat di Tribun Jabar.id. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan menggunakan gaya bahasa resmi, campur kode, bahasa menengah, nada suara tinggi, repetisi anafora, repetisi mesodiplosis, analogi yang panjang, pertanyaan retoris, hiperbol, metafora, humor-humor segar, antitesis, dan klimaks sebagai penutup.  Secara substansi dan kemasan, pidato Presiden Jokowi begitu baik. Pidato tersebut mampu memukau hadirin. Bagi pendengar pidato tersebut akan lebih memahami apabila juga menguasai referensi serial Game of Trones. Penelitian lanjutan tentang gaya bahasa pidato Presiden Jokowi dalam forum yang berbeda akan mengungkapkan gaya bahasa yang berbeda sesuai dengan forum yang disampaikan. 
Analisis Wacana Kritis Cuitan Fahri Hamzah (FH) Terkait Hak Angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ali Kusno; Nur Bety
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 6, No 2 (2017): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.451 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v6i2.462

Abstract

Fahri Hamzah (FH) is one of the leaders in parliament who often criticizes the Corruption Eradication Commision (KPK) through his Twitter account. One of them is the submission of the right of inquiry of KPK. This study will reveal the perception of FH through his tweet on July, 2—26, 2017. The perception disclosure is analyzed using the Fairclough model. Research content based on the textual analysis (micro analysis) shows that the text structure is short and directly convey the content of the speech. Substantially, the text reveals various perceptions of FH, such as the people treated to drama about KPK, KPK is always considered true and the media is not objective. The transitive aspect indicates that FH reinforces negative things and negates positive things. There is an emphasis on the wrack of KPK. The modalities function is in the form of a speech that strengthens the need for special committee’s of the right of inquiry of KPK. The use of vocabulary overall illustrates the negative opinion and pessimism related to the performance of the KPK. The use of cynicism, sarcasm and satire styles colors the entire FH’s tweets. The analysis based on the dimension of discourse practice (meso-level) indicates that FH’s views are contrary to the public opinion. The Special Committee of KPK is considered as an effort to protect the members of parliament who are involved in e-KTP case. The analysis based on the social cultural practice dimension (macro-level) indicates that FH is one of the politician who often criticizes the performance of KPK, including the handling of e-KTP case. AbstrakFahri Hamzah (FH) merupakan salah satu pimpinan di DPR yang sering mengkritisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui akun Twitter-nya. Salah satunya adalah masalah pengajuan hak angket KPK. Penelitian ini akan mengungkapkan persepsi FH melalui cuitan di Twitter pada tanggal 2—26 Juli 2017. Pengungkapan persepsi tersebut dianalisis menggunakan model Fairclough. Hasil penelitian berdasarkan analisis tekstual (analisis mikro) menunjukkan bahwa struktur teks pendek dan langsung menyampaikan isi tuturan. Adapun secara substansi teks mengungkapkan beragam persepsi FH, seperti masyarakat disuguhi drama tentang KPK, KPK selalu dianggap benar, dan media berlaku tidak objektif. Aspek ketransitifan menunjukkan FH menguatkan hal-hal negatif dan meniadakan hal positif. Terdapat penekanan tentang kebobrokan KPK. Fungsi modalitas berupa tuturan yang menguatkan perlunya Pansus Angket KPK. Penggunaan kosakata secara keseluruhan menggambarkan pandangan negatif dan pesimisme terkait kinerja KPK. Penggunaan gaya bahasa sinisme, sarkasme, dan satire mewarnai keseluruhan cuitan FH. Analisis berdasarkan dimensi praktik wacana (level menengah) menunjukkan bahwa pandangan FH berseberangan dengan opini publik. Pansus KPK dianggap sebagai upaya melindungi anggota DPR yang terlibat kasus e-KTP. Adapun analisis berdasarkan dimensi praktik sosial budaya (level makro) menunjukkan bahwa FH termasuk politisi yang sering mengkritik kinerja KPK, termasuk penanganan kasus e-KTP.
ANALISIS KRITIKAN PENGGUNA MEDIA SOSIAL TERHADAP KINERJA PEMERINTAH KOTA SAMARINDA [Analysis of Criticism the Use of Social Media Toward Performance of Goverment in Samarinda City] Ali Kusno
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.22

Abstract

Samarinda citizens were critical toward the performance of government. Citizens critical were seen through  the language that they used in social media, one of facebook’s group Samarinda Community (Facebook Bubuhan Samarinda). The use of language as criticism was important to be examined. The purpose of this research revealed textual analysis (micro), the dimensions of discourse practice, and the dimensions of discourse practice (macro). The approach of this research was critical discourse analysis. The research data in the form of copy of the group’s members uploaded at Facebook’s group Samarinda Community. The result showed: First, textual analysis (Micro Analysis). Generally, the text structure was divided into three parts, the opening, the content, and the closing. The opening related to the target critical and the meaning of critical regarding. The rest, the critics expressed their criticism directly on the substance. In the closing, the criticism was using argumentative with a variety expression, such as hopelessness, irritability, and anger. Generally, they use of transitive grammar. The critical was containing negative things of Mayor and staffs. The use of criticism vocabularies had characteristics that were criticizing directly, advising, using abusive language, teasing allusion, and accusing. Second, discourse practice dimension. Various complaints had been an accumulation over various issues. The criticism had positive impact on the improvement of Samarinda. Third, social and cultural practice dimension (macro).  Overall identifiable ideologies were built, such as the Mayor of Samarinda was not able to manage the government. The government was anti critical, not an independent, didn’t has the concept to build Samarinda.       Warga Samarinda kritis terhadap kinerja Pemerintah Kota. Kekritisan warga tampak dalam penggunaan bahasa di media sosial, salah satunya grup facebook Bubuhan Samarinda (FBM). Penggunaan bahasa kritikan tersebut penting untuk dikaji. Tujuan penelitian ini mengungkapkan analisis tekstual (mikro), dimensi praktik wacana, dan dimensi praktik wacana (makro). Pendekatan penelitian ini berupa analisis wacana kritis. Data penelitian berupa salinan unggahan anggota grup FBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, Analisis Tekstual (Analisis Mikro). Struktur teks secara umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Pembuka teks terkait dengan target kritikan dan perihal kritikan yang dimaksud. Selebihnya pengkritik menyampaikan kritikan langsung pada substansi. Penutup kritikan menggunakan argumentatif dengan beragam ekspresi, seperti keputusasaan, kejengkelan, dan kemarahan. Penggunan gramatika transitif secara umum kritikan yang dilontarkan berisi hal-hal negatif  Walikota Samarinda beserta jajaran. Penggunaan kosakata kritikan, memiliki kekhasan, yakni mengkritik secara langsung, dengan menasihati, bahasa kasar, sindiran, dan juga menyerang/menuduh; Kedua, Dimensi Praktik Wacana. Berbagai kritikan yang dilontarkan merupakan akumulasi atas berbagai persoalan.  Kritikan memberikan dampak positif untuk pembenahan Kota Samarinda; Ketiga, Dimensi Praktik Sosial Budaya (Makro). Secara keseluruhan dapat diidentifikasi ideologi yang dibangun, seperti Walikota Samarinda tidak mampu mengelola pemerintahan; Pemerintah Kota Samarinda antikritik, tidak independen, tidak memiliki konsep membangun Kota Samarinda.
REPRESENTASI MAKNA ADAT DALAM PAJAAQ DAYAK TONYOOI: ANALISIS WACANA KRITIS [Representation of Customary Meaning in Pajaaq Dayak Tonyooi: Critical Discourse Analysis] Ali Kusno
TOTOBUANG Vol. 7 No. 2 (2019): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/ttbng.v7i2.148

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi beragam makna tentang hukum adat masyarakat adat Dayak Tonyooi yang terkandung dalam kesenian Pajaaq. Identifikasi melalui analisis dalam Pajaaq. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Model Fairclough. Data penelitian diambil dari  Pajaaq: Ungkapan Kearifan Lokal Dayak Tonyooi dan Benuaq. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat memegang teguh hukum adat. Berbagai persoalan diselesaikan dengan hukum adat. Adat istiadat selalu dijunjung tinggi. Adat mengatur berbagai realitas kehidupan yang jelas aturannya. Adat dan tradisi diikuti sesuai dengan keadaan setempat. Adat masing-masing suku sudah memiliki ketentuan. Dewan adat menjadi solusi persoalan yang objektif. Tanda adat pada wajah harus diikuti agar tidak terkena tulah dan bencana. Orang besar/bangsawan selalu menjadi panutan. Masyarakat adat dalam menyelesaikan persoalan mengutamakan musyarawah keluarga dan adat. Kalau ada yang perlu dirundingkan, semua keluarga, atau tetua adat berkumpul bersama di suatu tempat. Jalan musyawarah mencari kata sepakat.  Para pemangku adat harus berlaku adil. Meskipun demikian, dalam penerapan hukum adat, ketidakadilan penerapan adat juga dirasakan masyarakat adat yang berperkara.This research aims to reveal the representation of diverse meaning towards society’s customary law of Dayak Tonyooi indigenous contained in the Pajaaq arts. The Identification through analysis in Pajaaq. This research uses a critical discourse analysis of the Fairclough Model. The research was taken from Pajaaq: Local Wisdom expression of Dayak Tonyooi and Benuaq. Data analysis techniques use an interactive model. The result of this research shows that indigenous peoples adhere to customary law: various issues are solved by customary law. Customs are always glorified. Custom regulates various life realities with obvious rules. Custom and traditions are followed according to local conditions. The customs of each tribe already had provisions. The customary council is an objective solution for the problem. Custom marks on the face must be followed  as a sign to be spared of plagues and disasters. Great people/nobles are always be a role model. Indigenous people resolve the issues through prioritize family and customs discussion. If there is something that needs to be negotiated, all families or traditional elders will gathering in one place. Deliberation is a way to seek for agreement. The customary rulers must be just. However, in the application of customary law, the injustice of custom implementation is also felt by indigenous people who have litigation.