Limbang Kustiawan Nuswantara
Faculty Of Animal And Agricultural Sciences, Universitas Diponegoro

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PRODUKSI VOLATILE FATTY ACIDS DAN AMONIA (NH3) HIJAUAN PAKAN KAMBING SECARA IN VITRO Okta Filasari; Marry Christiyanto; Limbang Kustiawan Nuswantara; Eko Pangestu
JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH Vol 17 No 1 (2019): Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36762/jurnaljateng.v17i1.791

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai nutrien hijauan yang biasa diberikan sebagai pakan kambing dilihat dari produksi volatile fatty acids dan Amonia (NH3). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari perlakuan 8 jenis bahan pakan hijauan dengan 3 ulangan. Produksi NH3 daun mangga, daun nangka, daun pisang, daun lamtoro, daun turi, daun gamal dan daun kaliandra sudah mencukupi untuk kebutuhan sintesis mikrobia secara optimal. Produksi VFA daun mangga, daun nangka, daun pisang, daun turi, daun gamal, daun mahoni, dan daun kaliandra sudah mencukupi kebutuhan ternak rumen sebagai sumber energi utama untuk kebutuhan hidup pokok guna pertumbuhan.
KECERNAAN SERAT BERBAGAI JENIS PAKAN PRODUK SAMPING PERTANIAN (BY PRODUCT) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA YANG DI UJI SECARA IN VITRO Siti Athiya Wibowo; Marry Christiyanto; Limbang Kustiawan Nuswantara; Eko Pangestu
JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36762/jurnaljateng.v17i2.797

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecernaan serat bahan pakan hasil samping pertanian sebagai pakan alternatif pengganti hijauan untuk ternak ruminansia. Penelitian dilakukan dengan metode in vitro menggunakan cairan rumen kambing Peranakan Etawa (PE). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 jenis bahan pakan (kulit kacang, kulit kopi, kulit pisang, sabut kelapa, onggok dan janggel jagung) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai macam bahan pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan Neutral Detergent Fiber (NDF), kecernaan Acid Detergent Fiber (ADF) dan kecernaan Hemiselulosa. Kecernaan bahan kering dan kecernaan NDF menunjukkan bahwa onggok dan janggel jagung memiliki kecernaan yang paling baik, kecernaan ADF menunjukkan bahwa onggok, janggel jagung dan kulit kopi memiliki kecernaan yang paling baik dan kecernaan hemiselulosa menunjukkan onggok, janggel jagung dan kulit pisang memiliki kecernaan yang paling baik. Onggok, janggel jagung, kulit kopi dan kulit pisang memiliki kecernaan serat yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pakan hijauan untuk pemenuhan kebutuhan ruminansia.
KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, LEMAK KASAR DAN TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS BERBAGAI HIJAUAN SECARA IN VITRO Farah Faradilla; Limbang Kustiawan Nuswantara; Marry Christiyanto; Eko Pangestu
JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36762/jurnaljateng.v17i2.798

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering, bahan organik, lemak kasar dan Total Digestible Nutrients (TDN) beberapa hijauan secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 – Januari 2019 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 jenis hijauan pakan sebagai perlakuan masing-masing 3 ulangan. Parameter yang diamati kecernaan bahan kering, bahan organik, lemak kasar dan TDN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis hijauan menghasilkan nilai kecernaan dan TDN yang berbeda (P<0,05). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kecernaan bahan kering, bahan organik dan lemak kasar dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam bahan pakan, sedangkan nilai TDN berkorelasi dengan nilai kecernaan nutrien dalam bahan pakan.
KECERNAAN NEUTRAL DETERGEN FIBER (NDF), ACID DETERGENT FIBER (ADF) DAN HEMISELULOSA HIJAUAN PAKAN SECARA IN VITRO Isnaini Nurkhasanah; Limbang Kustiawan Nuswantara; Marry Christiyanto; Eko Pangestu
JURNAL LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH Vol 18 No 1 (2020): Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36762/jurnaljateng.v18i1.809

Abstract

This study aims to determine the effect of various types of forage on the fiber qualty for goat. The experimental design used was a randomized complete block design (RCBD) consisting of 7 treatment types of forage feed ingredients with 3 block rumens. The treatment was T1: indigofera leaves, T2: insulin leaves, T3: jambu biji leaves, T4: melinjo leaves, T5: rambutan leaves, T6: singkong leaves and T7: waru leaves. The results showed that the effect types of forage on NDF, ADF and hemicellulose digestibility was significantly different (P<0,5). The highest digestibility value of NDF is Indigofera leaves (61,48% dan 50,42%). The highest digestibility value of hemicellulase is Singkong leaves (74,21%).
Beef Cattle Sustainability Determinants Using Structural Equation Modeling in Pati Regency, Central Java Agus Setiadi; Aldonny Nurdiansyah; Siwi Gayatri; Siswanto Imam Santoso; Suryani Nurfadillah; Kadhung Prayoga; Joko Mariyono; Limbang Kustiawan Nuswantara
Agriekonomika Vol 10, No 2: Oktober 2021
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v10i2.10813

Abstract

The research objective was to create a structural model to link social, economic, and environmental variables to the sustainability of the beef cattle business. One hundred twenty beef cattle farmers in Pati Regency were taken as respondents. The exogenous variables studied were social, economic, and environmental factors. Endogenous variables were taken, namely beef cattle sustainability. The model was created using Structural Equation Modeling. The results show that social factors have a positive and significant effect on sustainability, while economic and environmental factors have a negative and significant effect. The net income obtained is low, and the investment return period takes nine years, nine months, and nine days. The number of beef cattle farmers who process dung is only 27.2%. To improve economic and environmental performance, it is necessary to provide training to improve skills in processing feed based on local resources and training in processing livestock manure into fertilizer and biogas.
PEMBATASAN ENERGI RANSUM PADA SAPI BALI YANG DIBERI PELEPAH SAWIT PADA LEVEL BERBEDA TERHADAP KOMPOSISI TUBUH DIANA DELVIA NANDA; AGUNG PURNOMOADI; LIMBANG KUSTIAWAN NUSWANTARA
Jurnal Peternakan Vol 10, No 2 (2013): September 2013
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v10i2.2310

Abstract

Nowadays the livestock industries are required to produce a low-fat meat, because fat has a negative effect on the healthof consumers. Efforts to address the accumulation of fat is done by energy restriction in animal feed. If the feed does not meetthe needs of energy, then these requirements will be met by dismantling the body fat stores. Feed given to cows intended toproduce maximum production performance. The productivity of an animal to be seen apart from the weight gain, it can alsobe reflected by the composition of body components. One way to look at the composition of the animal body components withurea space techniques. The aim of this research was to determine the potency of palm frond as a grass field alternative to balicattle diet. The experimental design used was a randomized complete block design consisted of 4 treatments and 4replications. Feed treatments were : A = 60% field grass + 40% palm cake, B = 40% field grass and 20% palm frond + 40%palm cake, C = 20% field grass and 40% palm frond + 40% palm cake, D = 60% palm frond + 40% palm cake. The resultsshowed that the use of palm frond various levels did not significantly (P>0,05) affect the value of the body composition.Average water body on treatment A, B, C and D were 51.15%, 51.24%, 50.61% and 50.85%, respectively. An average bodyprotein on treatment A, B, C and D were 13.22%, 13.23%; 13.0% and 13.15%, respectively. Average body fat in treatmentA, B, C and D were 30.49 %, 30.37 , 31.19 and 30.88 %, respectively. This study demonstrated that administration palmfrond could be used as grass field alternative to cattle diet.
Evaluasi Pakan Komplit Berbasis Sabut Kelapa Terfementasi terhadap Profil Nitrogen Urea Darah dan Kreatinin Sapi Brahman Cross Eko Susilo; Eko Pangestu; Limbang Kustiawan Nuswantara
Jurnal Veteriner Vol 22 No 3 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.925 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.3.333

Abstract

Penelitian bertujuan mengevaluasi efek pemberian pakan komplit berbasis sabut kelapa fermentasi, terhadap konsumsi nutrient, nitrogen cross urea darah dan kreatinin. Materi penelitian menggunakan 12 ekor sapi brahman jantan umur sekitar 8-10 bulan dengan bobot badan 134-187 kg, ditempatkan di dalam kandang individual berukuran (210 x 120 cm). Pakan komplit diberikan pada pukul 07.00 dan air minum secara ad libitum. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga kelompok sapi sebagai ulangan. Perlakuan yang diterapkan berupa pakan komplit berbasis sabut kelapa terfermentasi R1, R2, R3, R4 (15%, 20%, 25%, 30%). Perhitungan konsumsi dan pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir masa pemeliharaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam taraf 5%, adanya pengaruh nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Perlakuan pakan komplit berbeda nyata (P<0.05) terhadap konsumsi serat kasar/SK dan bahan ekstrak tanpa nitrogen/BETN dan rasio nitrogen urea darah dan kreatinin, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering/BK, bahan orgaik/BO, protein kasar/PK, kreatinin, nitrogen urea darah dan nitrogen urea darah/kreatinin. Simpulan penelitian adalah perlakuan R1 pakan komplit munujukan konsumsi SK tertinggi sedangkan konsumsi BETN terendah dan hasil rasio nitrogen urea darah/kreatinin terendah tetapi masih dalam kisaran normal. Perlakuan pakan komplit dari hasil data parameter nitrogen urea darah dan kreatinin sebagai indikator penting fungsi ginjal, pakan komplit aman dan tidak menyebabkan ganggan fungsi ginjal.
Peningkatan Kualitas Sabut Kelapa Melalui Teknologi Fermentasi Menggunakan Mikroba Pencerna Serat Terseleksi dari Cairan Rumen Kerbau Siti Aminah; Limbang Kustiawan Nuswantara; Baginda Iskandar Moeda Tampoebolon; Sunarso Sunarso
Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan Vol 18, No 1 (2020): Sains Peternakan
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.029 KB) | DOI: 10.20961/sainspet.v18i1.35976

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kultur mikroba pencerna serat terbaik dari cairan rumen kerbau dan mengkaji pengaruh perbedaan lama pemeraman dan persentase penggunaan starter mikroba pencerna serat terseleksi terhadap komponen proksimat sabut kelapa fermentasi. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap I adalah seleksi mikroba pencerna serat dari cairan rumen kerbau menggunakan substrat yang berbeda. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Peubah yang diamati adalah aktivitas dan aktivitas spesifik enzim endoglukanase, eksoglukanase dan xilanase. Tahap II adalah perlakuan fermentasi sabut kelapa menggunakan kultur terseleksi dengan perbedaan persentase penggunaan inokulum (0, 2,5 dan 5%) dan lama peram (0, 7 dan 14 hari). Percobaan menggunakan RAL faktorial 3x3 dan 4 ulangan. Peubah yang diamati adalah komponen proksimat. Data dianalisis menggunakan analisis ragam, dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian tahap I menunjukkan aktivitas spesifik enzim endoglukanase, eksoglukanase dan xilanase tertinggi(P<0,05) pada penggunaan substrat kulit kacang, berturut-turut sebesar 0,020; 0,022; 0,018unit/ml/menit. Hasil penelitian tahap II menunjukkan kadar serat kasar (SK) terendah(P<0,05) terjadi pada kombinasi perlakuan P1H2, P2H1 dan P2H2, berturut-turut sebesar 51,70; 49;90; 49,91%. Kadar lemak kasar (LK) dan abu tertinggi(P<0,05) secara berturut-turut terjadi pada kombinasi perlakuan P2H2 sebesar 16,03% dan P1H2 sebesar 16,99%. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan substrat kulit kacang menghasilkan kultur mikroba pencerna serat terbaik dan meningkatkan kualitas sabut kelapa. Peningkatan kualitas terjadi seiring dengan peningkatan penggunaan inokulum dan lama pemeraman. Kualitas sabut kelapa terbaik terjadi pada penggunaan inokulum sebanyak 5% dan pemeraman selama 14 hari ditinjau dari kadar protein kasar (PK) dan SK.
Kandungan Serat Kasar, Kecernaan Serat Kasar, dan Fermentabilitas Bonggol Singkong yang Difermentasi Menggunakan Aspergillus niger Aris Budi Prasetyo; Baginda Iskandar Moeda Tampoebolon; Limbang Kustiawan Nuswantara
Jurnal Agripet Vol 22, No 2 (2022): Volume 22, No. 2, Oktober 2022
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v22i2.24805

Abstract

ABSTRACT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh aras konsentrasi Aspergillus niger dan lama waktu pemeraman yang berbeda terhadap kandungan serat kasar, kecernaan serat kasar, dan fermentabilitas bonggol singkong secara in vitro. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial (RALF) 3x3 dengan 3 ulangan. Fermentasi menggunakan kapang Aspergillus niger dengan 3 aras konsentrasi (A0: 0%, A1: 2,5% dan A2: 5%) dan 3 lama pemeraman (T0: 0 hari, T1: 2 hari dan T2:4 hari). Variabel yang dikaji adalah kandungan serat kasar, kecernaan serat kasar, asam lemak terbang/volatile fatty acid (VFA) parsial berupa asam asetat, propionat, butirat serta VFA total. Data dianalisis ragam kemudian dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi (p0,05) antara aras starter dan lama waktu pemeraman yang berbeda terhadap kandungan serat kasar, kecernaan serat kasar dan fermentabilitas secara in vitro bonggol singkong yang difermentasi dengan kapang Aspergillus niger. Pada kombinasi perlakuan A2T2 menghasilkan kadar serat kasar terendah (20,12%), peningkatan kecernaan serat kasar tertinggi (41,00%), peningkatan VFA parsial tertinggi meliputi asam asetat (58,40%), propionat (26,16%), butirat (12,73%) dan VFA total tertinggi (95,33%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan aras starter Aspergillus niger dan lama pemeraman dapat meningkatkan kecernaan serat kasar, produksi VFA parsial dan VFA total, serta menurunkan serat kasar bonggol singkong. Kecernaan serat kasar, produksi VFA parsial dan VFA total terbaik, serta kandungan serat kasar bonggol singkong terendah terjadi pada kombinasi perlakuan A2T2 dengan penggunaan aras Aspergillus niger 5% dan lama pemeraman 4 hari.(Crude fiber content, crude fiber digestibility and fermentability of fermented Cassava cobs using Aspergillus niger)ABSTRAK. The purpose of this study was to determine the effect of Aspergillus niger levels and fermentation duration on crude fiber content, crude fiber digestibility, and fermentability in vitro cassava cobs. This experiment used a completely randomized design with 3x3 factorial pattern and 3 replications. Fermentation used 3 Aspergillus niger levels (A0: 0%, A1: 2,5% dan A2: 5%) and 3 duration (T0: 0 days, T1: 2 days and T2: 4 days). Observed variables were crude fiber content, crude fiber digestibility, partial volatile fatty acid (VFA) involving acetate, propionate, and butyrate, and total VFA. Data were analyzed using the analysis of variance, then followed by Duncans Multiple Region Test. The results showed that there was an interaction (p0.05) between different starter levels and the fermentation duration on crude fiber content, crude fiber digestibility, and fermentability in vitro cassava cobs. The A2T2 treatment combination shows the lowest level of crude fiber content (20.12%), the highest level of crude fiber digestibility (41.00%), the highest level of acetate (58.40%), propionate (26.16%), and butyrate (12.73%), and the highest total VFA (95.33%). It can be concluded that the combination of A. niger levels and fermentation duration can increase crude fiber digestibility, partial VFA, and total VFA, as well as reducing crude fiber content of cassava cobs. The highest level of crude fiber digestibility, partial VFA, and total VFA, and the lowest crude fiber contents occurred in the combination of A2T2 treatment using 5% level of A. niger with 4 days of fermentation duration.
Kecernaan, Fermentabilitas dan Produksi Protein Mikrobia Secara In Vitro pada Complete Feed Berbasis Pelepah Sawit Fermentasi Limbang Kustiawan Nuswantara; Eko Pangestu; Sunarso Sunarso; Marry Christiyanto
Jurnal Agripet Vol 21, No 2 (2021): Volume 21, No. 2, Oktober 2021
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v21i2.20554

Abstract

ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengetahui kualitas complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi berdasarkan kecernaan bahan kering, bahan organik, produksi N-NH3, produksi volatile fatty acids (VFA) dan produksi biomassa protein mikrobia serta protein total secara in vitro. Materi yang digunakan adalah complete feed tersusun atas konsentrat dan pelepah sawit fermentasi dengan berbagai level yaitu 0, 10, 20 dan 30%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi yang berbeda. Data diolah menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji beda wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa complete feed dengan level pelepah sawit fermentasi yang berbeda berpengaruh nyata (p0,05) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik, produksi N-NH3, produksi VFA, dan produksi protein total, sedangkan pada biomassa protein mikrobia tidak terdapat perbedaan yang nyata (p0,05). Rata-rata nilai kecernaan bahan kering pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 adalah 69,59; 71,9; 69,05; dan 62,58%. Rata-rata nilai kecernaan bahan organik pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 adalah 63,59; 63,15; 65,50; 52,66 %. Rata-rata produksi VFA pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 sebesar 105,8; 142,7; 136,4; dan 135,7 mM. Rata-rata produksi NH3, biomassa protein mikrobia dan produksi protein total pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 6,48mM, 15,04mg/ml;, 34,10mg/g; 7,36mM, 15,75mg/ml, 23,72mg/g; 8,18mM, 12,59mg/ml, 33,72mg/g); dan 6,60mM, 15,31mg/ml, 40,80mg/g. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan pelepah sawit fermentasi dengan level 20% dalam complete feed menghasilkan produksi VFA, kecernaan bahan kering dan bahan organik yang cukup baik sehingga dapat menjadi pakan alternatif sumber serat pengganti rumput.(Digestibility, fermentability and in-vitro production of microbial protein on complete feed based on fermented palm frond) ABSTRAK. This study aimed to determine the quality of a complete feed containing fermented palm fronds based on the digestibility of dry matter, organic matter, N-NH3, VFA, microbial protein biomass, and total protein in vitro. The material used was complete feed composed of concentrates and fermented palm fronds at various levels, i.e., 0, 10, 20, and 30%. The experiment was conducted as a completely randomized design (CRD) with four complete feed treatments containing different levels of fermented palm fronds. The data were processed using analysis of variance, followed by Duncans multiple range test. The results demonstrated that the complete feed with different levels of fermented palm fronds had a significant effect (p0.05) on the digestibility of dry matter and organic matter, N-NH3 production, essential fatty acids production, and total protein production, whereas there was no significant difference (p 0.05) on microbial protein biomass. The average dry matter and organic matter digestibility values of T0, T1, T2, and T3 treatments were 69.59; 63.59, 71.9; 63.15, 69.05; 65.50, and 62.58%; 52.66% respectively. The average production of volatile fatty acids of T0, T1, T2, and T3 treatments were 105.8; 142.7; 136.4; and 135.7 mM. respectively, while the average N-NH3 production, microbial protein biomass, and total protein production of the T0, T1, T2, and T3 treatments were 6.48, 7.36, 8.18, 6.60 mM; 15.04, 75, 12.59, 15.31 mg/ml; and 34.10, 23.72, 33.72, 40.80 mg/g. In conclusion, the use of fermented palm fronds at a 20% level in complete feed gave the best result in the production of volatile fatty acids, improved digestibility of dry matter, and organic matter, so it can be used as an alternative feed to replace grass fiber.