Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN PAKANBERBEDA KUALITAS TERHADAP PRODUKSI PROTEIN MIKROBA RUMEN PADA KAMBING KACANG JANTAN Sunarno, Sunarno; Arifin, Mukh; Rianto, Edy
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 3 (2014): Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.045 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi protein mikroba di dalam rumen kambing kacang jantan pada pemberian pakan berbeda kualitas. Materi yang digunakan adalah 15 ekor kambing kacang jantan, umur 6-18 bulan dengan bobot badan  rata-rata 14,96 kg  ± 3,40 kg (CV = 23,55%). Pakan penelitian berupa mash yang tersusun dari rumput gajah, bungkil kedelai, onggok dan dedak padi. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok bobot badan awal ternak. Perlakuan pakan yang diterapkan adalah kandungan protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN), yaitu T1 (9,20% PK dan 54,67% TDN); T2 (11,67% PK dan 58,61% TDN), dan T3 (18,33% PK dan 65,23% TDN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi nitrogen mikroba tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan (rata-rata 5,01 g/hari), sementara efisiensi produksi nitrogen mikroba (EPNM) pada T1: 18,47 g N/kg konsumsi bahan organic tercerna (KBOT) lebih tinggi (P<0,05) dari T2: 14,10 g N/kg KBOT dan T3: 13,00 g N/kg KBOT. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian pakan dengan kualitas pakan 9,20% PK sudah mampu untuk mendukung kinerja mikroba di dalam rumen kambing kacang jantan.Kata kunci: produksi mikroba; efisiensi produksi nitrogen mikroba; kambing kacang ABSTRACT             A research was carried out to investigateproduction of microbial nitrogen production in the rumen of kacangbuck given feed of different quality. Fifteen kacangbucks, 6-18 months old, with initial body weight of 14.28 +3.36  kg (CV = 23.55%), were used in this research. The feed stuffs used in this research were napier grass, soybean meal, cassava by product and rice bran that were formed into a mash. This research used a randomized block design with 3 different feed treatments and 5 groups of initial body weight.  The feed treatment applied was the content of dietary crude protein (CP) and total digestible nutrients (TDN), i.e. T1:  9.20% CP and 54.67% TDN, T2: 11.67% CP and 58.61% TDN, and T3: 18.33% CP and 65.23% TDN. The results showed that microbial nitrogen production was not significantly different (P>0.05) among the treatments,  averaged 5.01 g/day.On the other hand the efficiency of microbial nitrogen production (EMNP) was significantly different (P<0.05) among the treatments; EMNP of T1: 18.47 g N/kg digestible organic matter (DOM) was higher thanthose of T2: 14.10 g N/kg DOM and T3: 13.00g N/kg DOM. The conclusion from this study is that feeding the feed quality 9.20% CPis able to support the performance of microbes in the rumen of kacangbuck.Keywords:      microbial production; efficiency of microbial nitrogen production; kacang bucks
PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN Laksana, Agusta Ari; Rianto, Edy; Arifin, Mukh.
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 4 (2013): Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.208 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan dengan pemberian kualitas ransum yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa 15 ekor kambing Kacang jantan dengan bobot badan awal rata-rata 15,49 ± 3,39 kg (CV = 21,95%). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok bobot badan. Perlakuan pakan yang diterapkan adalah kandungan protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN), yaitu T1 (PK 9,20% : TDN 54,67%), T2 (PK 11,67% : 58,61%), dan T3 (PK 18,33% : TDN 65,23%). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi BK, konsumsi PK, kecernaan PK, dan retensi PK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kualitas ransum yang berbeda menghasilkan konsumsi PK, kecernaan PK, dan retensi PK yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Pengelompokan kambing Kacang berdasarkan bobot badan menghasilkan konsumsi BK dan konsumsi PK yang berbeda nyata (P<0,05). Simpulan penelitian ini adalah, semakin tinggi kualitas ransum semakin tinggi pula nilai kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan.
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR DADA DENGAN BOBOT BADAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN KENDAL (Correlation between Chest Girth and Body Weight of Female Jawarandu Goat in Kendal Regency) Purwanti, Aprilia Intan; Arifin, Mukh; Purnomoadi, Agung
Animal Agriculture Journal Vol 3, No 4 (2014): Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.712 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menduga bobot badan (BB) kambing Jawarandu betina melalui pengukuran lingkar dada (LD). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Jawarandu betina yang berumur 3-12 bulan sebanyak 25 ekor dan >12-48 bulan sebanyak 75 ekor. Pengambilan sampel kambing dilakukan dengan cara purposive sampling. Variabel yang diamati adalah bobot badan dan lingkar dada kambing Jawarandu betina. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka korelasi (r) pada kelompok umur 3-12 bulan sebesar 0,840, pada kelompok umur >12-48 bulan sebesar 0,902 dan pada semua kelompok umur sebesar 0,938. Hasil korelasi antara lingkar dada dengan bobot badan diperoleh persamaan regresi linier untuk kambing Jawarandu betina kelompok umur 3-12 bulan BB = -22,500+0,693LD, pada kelompok umur >12-48 bulan BB = -47,523+1,109LD dan pada semua kelompok umur BB = -45,145+1,074LD. Persamaan regresi linier tersebut dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing Jawarandu betina yaitu pada semua kelompok umur dengan tingkat keakuratan sebesar 99,95%. Simpulan hasil penelitian ini yaitu persamaan regresi linier dengan variabel lingkar dada  dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing Jawarandu betina pada semua kelompok umur dengan akurat.Kata kunci : Bobot badan; Kambing Jawarandu; Lingkar dada ABSTRACT             This study was aimed to estimate the body weight of female Jawarandu goats based on the chest girth (CG) measurement. The materials used in this study were females Jawarandu goat aged 3-12 months and 12-48 months old as many as 25 and 75 heads, respectively. Goats were selected based on purposive sampling methods. The variables measured were body weight (BW) and CG of age group of goats. The results found that, the correlation (r) between CG and BW in the 3-12 month age group was 0.840, while in the age group >12-48 months was 0.902, while   for all age groups was 0,938 respectively. The correlation between CG and BW was formed in linear regression equations of BW (kg) = 0.693CG (cm) -22.500 for age of 3-12 months, and BW (kg)= 1.109CG (cm) - 47.523 for the age group of >12-48 months, and for all groups age was BW (kg) = 1.074CG(cm) -45.145. These linear regression equations could be used to estimate the body weight of the female Jawarandu goats in all age groups with the accuracy of 99.95%. Conclusion of this study was the linear regression equation with variable chest girth can be used to estimate the body weight of female Jawarandu goats in all age groups accurately.Keywords : Body weight, chest girth, Jawarandu goat.
POLA PERTUMBUHAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN GROBOGAN (The Growth Pattern of Kacang Goat Bucks in Grobogan District) Septian, Andhika Dwi; Arifin, Mukh; Rianto, Edy
Animal Agriculture Journal Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.203 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memetakan pertumbuhan kambing Kacang jantan yang dipelihara secara tradisional oleh petani peternak di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini menggunakan metode survei. Lokasi penelitian di tentukan dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan populasi kambing Kacang terbanyak dari masing-masing kecamatan Tegowanu, Godong, Penawangan, Purwodadi, dan Gubuk. Ternak yang dijadikan objek penelitian adalah 145 ekor kambing Kacang jantan milik peternak rakyat, dengan umur yang berbeda-beda, yakni 1 sampai 12 bulan, 15, 24, 36, dan 42 bulan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan tumbuh mengikuti pola kurva sigmoid (S) dengan persamaan regresi y=0,001x3-0,120x2+2,902x+0,552 dengan nilai koefisien determinan sebesar 97,2%, sedangkan ukuran-ukuran tubuh lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak mengikuti pola polynomial dengan persamaan regresi berturut-turut y=-0,030x2+1,744x+42,92; y=-0,020x2+1,293x+37,07; dan y=-0,014x2+0,919x+45,33 dengan nilai koefisien determinasi berturut-turut sebesar 64,4; 70,1; dan 46,2%. Simpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi umur ternak, bobot badan dan ukuran tubuh kambing Kacang juga bertambah. Nilai koefisien determinasi tertinggi diperoleh pada bobot badan.Kata kunci : kambing kacang jantan; bobot badan, lingkar dada; panjang badan; tinggi pundakABSTRACTThis research was aimed to make a chart of growth of Kacang bucks which were traditionally heaver by farmers in Grobogan District. This research used a survey method. The locations were determined using a purposive sampling method based on Kacang goat population of the sub-districts Tegowanu, Godong, Purwodadi, Penawangan, and Gubuk. The objects of research were 145 Kacang bucks belonging to small scale farmers, with different ages, i.e. 1 to 12 month, 15, 24, 36, and 42 months. The variables measured in this research were body weight, chest girth, body length, and shoulder height. The results showed that body weight followed sigmoid pattern formed a sigmoid (S) curve and the regression equation y= 0.001x3-0.120x2 +2.902x + 0.552 with the value of coefficient determinant of 97.2%. Whereas chest girth, body length, and shoulder height of the shoulders follow a pattern of successive polynomial regression equation y =-0.030x2+1.744x + 42.92; y =-0.020x2 +1.293x + 37.07; and y =-0.014x2 + 0.919x + 45.33 with successive determination of coefficients of 64.4; 70.1; and 46.2%, respectively. It is concluded that as the bucks getting older, the body weight and measurements of bucks also increased. The highest value of coefficient determination was obtained from the body weight.Key words : Kacang goat males; chest circumference, body weights; the length of the body; shoulder height
PENGARUH IMBANGAN PROTEIN DAN ENERGI PAKAN TERHADAP PRODUK FERMENTASI DI DALAM RUMEN PADA SAPI MADURA JANTAN Putri, Lisa Dwi Nur Aini; Rianto, Edy; Arifin, Mukh
Animal Agriculture Journal Vol 2, No 3 (2013): Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013
Publisher : Animal Agriculture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.203 KB)

Abstract

Suatu penelitian telah dilaksanakan dari bulan Juli – Oktober 2012 dengan tujuan mengetahui imbangan protein dan energi dalam pakan yang tepat dilihat dari konsentrasi VFA dan amonia di dalam rumen. Penelitian ini menggunakan 12 ekor sapi Madura jantan umur sekitar 2 tahun dengan bobot badan rata-rata 153,75 ±  5,98 kg (CV = 7,78%). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Sapi-sapi tersebut diberi pakan hay rumput gajah dan konsentrat berupa campuran antara bungkil kedelai, pollard, dedak padi dan gaplek. Pakan yang diberikan adalah konsentrat (70%) dan hay rumput gajah (30%) secara bersamaan. Perlakuan yang diterapkan adalah imbangan antara protein dan energi pakan, yaitu T1= 14% : 50%; T2 = 14% : 60%; dan T3 = 14% : 70%. Data yang telah didapat dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Cairan rumen dikumpulkan pada minggu terakhir (minggu ke-10), pada jam ke 0, 3 dan 6 setelah makan. Parameter yang diamati adalah konsentrasi VFA dan amonia. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varians, dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf 5% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan imbangan protein dan energi yang diberikan tidak berpengaruh (P≥0,05) terhadap konsentrasi VFA (rata-rata 60,49 mmol), rasio asetat/propionat (rata-rata 3,45), dan konsentrasi amonia (rata-rata 17,13 mg N/100 ml). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada level protein pakan 14%, imbangan energi cukup diberikan sebesar 50% saja, karena peningkatan imbangan energi sampai dengan 70% tidak memperbaiki produk fermentasi rumen.
PARTIAL DIALLEL CROSS ANALYSIS AMONG THREE BREEDS OF PIG FOR PRODUCTIVE AND REPRODUCTIVE TRAITS kurnianto, edy; Arifin, Mukh; Nugroho, Prasetyo
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12 No. 1 (2010)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.477 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v12i1.846

Abstract

Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi general combining ability (GCA) dan specific cobining ability (SCA) untuk sifat produksi dan reproduksi pada babi. Materi yang digunakan adalah catatan keturunan hasil persilangan tiga bangsa babi (Duroc, Landrace, Yorkshire) sebanyak 573 anak babi yang berasal dari 13 pejantan dan 65 induk. Formula yang digunakan untuk menganalisis parameter adalah Partial Diallel Cross Metode II dari Griffings. Parameters yang diamati pada anak adalah litter size, bobobt lahir, jumlah puting, pertambahan bobot badan (PBB) sebelum dan sesudah sapih dan bobot sapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCA Duroc lebih tinggi dibandingkan Yorksire and Landrace, yang nilai GCA untuk litter size, bobot lahir, jumlah puting, jumlah anak pada saat sapih, bobot sapih, PBB sebelum sapih, PBB setelah sapih dan bobot badan pada umur 42 hari masing-masing -0,18; -0,02; -0,52; -0,13; -0,21; -0,01; 0,01 dan 0,03. Persiilangan antara Duroc x Yorkshire menunjukkan SCA paling tinggi untuk bobot lahir (0.30), jumlah puting (3.60), bobot sapih (1.10) dan PBB sebelum sapih (0.04). Persilangan antara Yorkshire x Landrace menghasilkan SCA paling tinggi untuk litter size (2.47), jumlah anak waktu sapih (2.23), PBB sebelum sapih (0.04), PBB setelah sapih (0.06) and bobot badan pada umur 42 hari (2.30). Kesimpulan penelitian ini adalah nilai paling baik untuk GCA ditunjukkan oleh Duroc, sementara itu SCA oleh persilangan antara Yorkshire x Landrace.
Prevalensi dan Faktor Resiko Repeat Breeding Sapi Perah Pada Tingkat Peternak Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Adyatama, Aqil; Arifin, Mukh; Laura, Yosephine
Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian Vol 18, No 33 (2021): Juli 2021
Publisher : UPPM Politekik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36626/jppp.v18i33.608

Abstract

Repeat breeding adalah keadaan sapi betina yang mengalami kegagalan bunting setelah dilakukan perkawinan tiga kali atau lebih dengan pejantan fertil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi dan faktor resiko repeat breeding pada tingkat peternak sapi perah di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Sebanyak 336 ekor sapi perah milik 216 peternak digunakan sebagai responden. Penentuan besaran sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode pengambilan data dengan wawancara dan survei lapang. Data yang diambil adalah pemberian hijauan dan konsentrat, ketersediaan air minum, nilai BCS, bentuk kandang, sumber air dalam kandang, suhu dan kelembaban, kebersihan kandang, pengamatan estrus dan pelaporan IB ke inseminator. Data yang terkumpul di analisis secara deskriptif dan di uji Chi Square (X2) untuk mengukur hubungan faktor resiko kejadian repeat breeding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian repeat breeding pada tingkat peternak sebesar 27,67%. Faktor yang signifikan dengan kejadian repeat breeding adalah pemberian hijauan, pemberian konsentrat, ketersediaan air minum, nilai BCS, sumber air, suhu dan kelembaban, kebersihan kandang, pengamatan estrus dan pelaporan IB ke inseminator memiliki (P=0,00S). Kesimpulan dari penelitian ini data yang diambil sebagai faktor resiko berpengaruh nyata terhadap kejadian repeat breeding.
The Utilization of Coconut Coir as Supplementary Feed for Beef Cattle Production Nuswantara, Limbang Kustiawan; Sunarso, Sunarso; Arifin, Mukh; Setiadi, Agus
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture Vol 37, No 1 (2022): April
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/carakatani.v37i1.55136

Abstract

High feed price is a major problem in the production of beef cattle. Therefore, this study aims to determine coconut coir's technical and economic potential for beef cattle feed. This is an in vivo and in vitro study that involved 95 days trial period and 16 male Brahman crossbreed cattle weighing 134±12.1 kg. The coconut coir was fermented using buffalo rumen liquid and was termed fermented coconut coir (FCC). A randomized block design was used in this research, including four feed treatments, namely complete feed D1 using 15% FCC, D2 using 20% FCC, D3 using 25% FCC and D4 using 30% FCC. The parameters observed were technical performance (protein, dry and organic matter intake), ruminal fermentability, purine derivatives and economic performance. The data were analyzed using analysis of variance and Duncan's multiple range test for posthoc multiple comparisons. The results showed that the intake of beef cattle feed D1, D2 and D3 was higher than D4. Furthermore, the digestibility of D1, D2 and D4 was higher than D3. The purine derivatives of D2 were the highest but not significantly different (P > 0.05) from D1 and D4. In addition, the ruminal fermentability was not significantly different (P > 0.05) among treatments. Moreover, the beef cattle feed on D2 had the best economic performance. The performance results showed that ruminal fermentability, purine derivatives and economic performance of D2 (20% FCC) gave the best results but were not statistically different (P > 0.05) from other variables. Conclusively, coconut coir can be used as beef cattle feed without causing health problems.
Kadar Hematokrit, Urea dan Glukosa Darah Domba yang Diberi Pakan Mengandung Biji Carica Dieng Idayanti, Rahma Wulan; Dzakiyah Nur Aziza; Adi Rahman Satrio; Hakim, Aan Lukman; Suseno, Satrio Tegar; Arifin, Mukh; Purnomoadi, Agung; Purbowati, Endang
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan Vol 10 No 1 (2024): JUNI
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jiip.v10i1.46426

Abstract

This study aims to analyze the hematocrit, urea and blood glucose levels of thin-tailed sheep fed feed containing various levels of Carica Dieng seeds in complete feed. A total of 18 lams aged 3-4 months with an initial body weight of 10.68 ± 1.30 kg were fed treatment following a completely randomized design pattern: T1 = complete feed + 5% carica seeds, T2 = complete feed + 12,5% carica seeds, 5%, and T3 = complete feed + 20% carica seeds, with 6 repetitions. Blood samples for hematocrit levels were taken at weeks 2 and 9 of the treatment phase, while urea and blood glucose levels were taken at week 9, 0 hours before eating, 3 and 6 hours after being given morning food. Hematocrit levels were measured using a hematocrit reader, while blood glucose and urea levels used a scalvo analyzer. The results showed that various levels of carica seeds in complete feed had no significant effect (P>0.05) on the hematocrit, glucose and blood urea levels in sheep. The average hematocrit level at weeks 2 and 9 were 21.94 and 28.16%, the average glucose level at 0 hours was 71.22 mg/dL, and at 3 and 6 hours each was 79.00; 85.94 mg/dL. The average urea level at 0 hours, 3 and 6 hours was 30.21, 26.96 and 27.26 mg/dL. Based on the results of this study, it can be concluded that using Carica Dieng seeds in complete feed does not cause haematological disorders characterized by blood profile levels within normal limits.. Keywords: Thin-tailed Lamb, Carica Dieng, Blood Glucose, Blood urea, Hematocrit
Komponen Serat Sabut Kelapa yang Difermentasi Menggunakan Mikroba Pencerna Serat dari Rumen Kerbau Limbang Kustiawan Nuswantara; Sunarso Sunarso; Mukh Arifin; Agus Setiadi
Jurnal Agripet Vol 20, No 1 (2020): Volume 20, No. 1, April 2020
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v20i1.15545

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan lama pemeraman dan aras starter mikroba pencerna serat dari rumen kerbau terhadap komponen serat dan perubahan struktur jaringan sabut kelapa fermentasi. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3x3 dan 4 ulangan. Fermentasi sabut kelapa menggunakan mikroba pencerna serat dari rumen kerbau sebagai starter dengan perlakuan aras starter (0, 2,5 dan 5%) dan lama peram (0, 7 dan 14 hari). Parameter yang diamati adalah komponen serat dan perubahan struktur jaringan. Data dianalisis menggunakan analisis ragam, dilanjutkan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi (P0,05) antara perbedaan aras starter dan lama peram terhadap kadar neutral detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), hemiselulosa, selulosa dan lignin. Kesimpulan penelitian ini adalah penurunan kadar komponen serat serta peningkatan kerusakan jaringan seiring dengan peningkatan aras starter dan lama pemeraman. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar selulosa dan lignin sedangkan kadar hemiselulosa tidak dipengaruhi. Hal ini didukung oleh pengamatan terhadap perubahan struktur jaringan.(Fiber components of fermented coconut husk using fibre degrading microbes from buffalo rumen)ABSTRACT. This study aimed to examine the effect of different fermentation periods and levels of fiber-degrading microbial starter from buffalo rumen fluid on fiber component and tissue structure alteration of coconut husk. The experimental design used was factorial randomized complete 3x3 and 4 replications. The coconut husk fermentation was using fiber-degrading microbial obtained from buffalo rumen fluid as a starter with different treatments of starter levels (0, 2.5 and 5%) and fermentation periods (0, 7 and 14 days). Parameters observed were fiber component and tissue structure alteration. The data were analyzed by analysis of variance and continued by Duncans Multiple Range Test. The results of this research showed that there was no interaction effect (P0.05) between starter level and fermentation period on NDF, ADF, hemicellulose, cellulose and lignin contents. The conclusion of this research was decreased fiber component content and damage to tissue structure of coconut husk along with increased starter level and fermentation period. This is caused by decreased levels of cellulose and lignin while hemicellulose levels were not affected. This is supported by observations of changes in tissue structure alteration.