Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi

PENGEMBANGAN WISATA KOPI BERBASIS MASYARAKAT DI DESA WARJABAKTI KABUPATEN BANDUNG Wahyu Gunawan
Sosioglobal Vol 1, No 1 (2016): SOSIOGLOBAL Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3525.667 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v1i1.11184

Abstract

Pengembangan desa wisata sebagai salah satu strategi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dewasa ini semakin banyak diminati. Sebagai negara dengan keragaman budaya, panorama alam, kearifan tradisi, dan juga sejarah peradaban yang tinggi menjadi daya tarik yang paling memungkinkan untuk dimunculkan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini adalah salah satu upaya untuk mengetahui sejauh apa pertanian dan budidaya kopi Arabica specialty yang dilakukan oleh masyarakat dapat menjadi daya tarik pariwisata yang akan mendorong meningkatnya kesejahteraan bagi masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori partisipatif sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan kultur masyarakat petani kopi arabica di desa Warjabakti sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata tematik berbasis pertanian kopi arabica. Hanya saja, hasil analisis partisipatif menunjukkan bahwa rencana pengembangan desa wisata tersebut belum secara luas diketahui oleh masyarakat bahwa desa mereka akan dijadikan salah satu desa wisata. Hal ini tentunya dapat menghambat, karena desa wisata merupakan suatu kesatuan gagasan yang dikembangkan bersama-sama oleh seluruh masyarakat. Kesimpulannya adalah bahwa meskipun secara potensi baik tradisi, panorama, ataupun aktivitas hariam masyarakat petani kopi sangat memungkinkan untuk dijadikan suatu aktivitas pariwisata namun untuk menjadi desa wisata tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya penunjuang untuk dapat mewujudkan rencana pengembangan desa wisata tersebut.
Partisipasi Komunitas Adat Kalitanjung Dalam Pengawasan Pemilu 2019 Di Kabupaten Banyumas Yon Daryono; Wahyu Gunawan; Ari Ganjar Herdiansyah
Sosioglobal Vol 7, No 1 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i1.31433

Abstract

Peran komunitas adat dalam pemilu di Indonesia sangat penting bagi legitimasi hasil pemilu. Peran komunitas adat selama ini sering dimanfaatkan sebagai partisipasi pemilih. Sementara fungsi komunitas adat sebagai pemantau pemilu atau pengawas pemilu jarang disentuh penyelenggara pemilu, partai politik dan pemerintah. Dalam tulisan ini diuraikan bagaimana pelibatan dan civic engagement yang dilakukan negara (Badan Pengawas Pemilu) terhadap partisipasi komunias adat Kalitanjung dalam pengawasan Pemilu 2019 di Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan masyarakat cenderung sangat mematuhi norma, budaya dan tradisi tentang perilaku baik yang sudah melekat erat dari pesan-pesan para lelulur dan adat. Sementara dari sisi lain mereka menghormati negara dengan perangkat regulasinya menjaga hukum positif sebagai bagian warga negara.  The role of indigenous communities in elections in Indonesia is very important for the legitimacy of the election results. The role of indigenous communities has been used as voter participation. Meanwhile, the function of indigenous communities as election observers or election supervisors is rarely touched by election organizers, political parties and the government. In this paper, it describes how the state (Election Supervisory Body) involved and civic engagement with the participation of the Kalitanjung traditional community in the supervision of the 2019 Election in Banyumas Regency. The method used in this research uses qualitative methods with data collection techniques through interviews and literature studies. The conclusion from the research results shows that people tend to adhere to norms, culture and traditions about good behavior which are closely attached to the messages of ancestors and customs. Meanwhile, on the other hand, they respect the state by means of its regulations to maintain positive law as part of citizens. 
Pengawasan Terhadap Masyarakat: Panopticon Dan Post-Panopticon (Analisis Diferensiasi Pemikiran Michel Foucault-Deleuze & Guattari) Andi Ainun Juniarsi Nur; Wahyu Gunawan; Saifullah Zakaria; Desi Yunita; Aditya Candra Lesmana
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.48331

Abstract

Menggunakan analisis diferensiasi berdasarkan gagasan Michel Foucault, Gilles Deleuze, dan Felix Guattari, artikel ini merinci metode yang digunakan dalam pengawasan panoptikon dan pasca-panoptikon. Tubuh adalah item bermasalah dalam pandangan pemantauan yang diilhami panoptikon Foucault. Alternatifnya, kontrol pasca-panoptikon merupakan indikasi kecenderungan otoritas yang tak terbatas untuk mengumpulkan dan menyandikan fakta ke dalam lingkup otoritas diskursifnya. Dalam artikel ini, menggunakan penelitian literature review, dengan data primer yang berasal dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, internet dan pustaka yang relevan.  Ada tema kunci lain dalam filosofi Deleuze yang dapat digunakan untuk mempelajari surveilans pasca-panoptikon, meskipun sebagian besar penelitian Deleuzian bersandar pada paradigma masyarakat kontrol. Penjelasan Deleuze dan Guattari tentang hubungan kekuasaan rhizomatik dalam masyarakat pasca-kapitalis bersandar pada gagasan ini, yang mereka sebut "reteritorialisasi". Berbeda dengan indikator terbatas dari masyarakat kontrol, reteritorialisasi dapat membantu penelitian kita ke dalam bentuk pemantauan individu dan masyarakat. Menggunakan gagasan reteritorialization, yang mengacu pada kekuatan cairan yang melewati tubuh, keinginan, dan sosial, esai ini berusaha membahas praktik pengawasan npanopticon dan pasca-panopticon. Using a differentiation analysis based on the ideas of Michel Foucault, Gilles Deleuze, and Felix Guattari, this article details the methods used in panopticon and post-panopticon surveillance. The body is a problematic item in Foucault's panopticon-inspired view of monitoring. Alternatively, post-panopticon control is indicative of an authority's boundless propensity to collect and encode facts into its discursive sphere of authority. There are other key themes in Deleuze's philosophy that may be utilized to study post-panopticon surveillance, even though most of the Deleuzian research relies on the control society paradigm. Deleuze and Guattari's explanation of rhizomatic power relations in post-capitalist society relies on this notion, which they term "reterritorialization." In contrast to the limited indicators of a control society, reterritorialization may aid our research into individual and societal forms of monitoring. Using the idea of reterritorialization, which refers to the fluid force that goes through the body, desire, and the social, this essay seeks to address npanopticon and post-panopticon surveillance practices.