Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan antara Problem Focus Coping dan Tipe Kepribadian Extrovert dalam Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan di Periode Awal Perkawinan Ellen Aprillia; IGAA Noviekayati; Sahat Saragih
Jurnal Al-Tatwir Vol. 7 No. 1 (2020): JURNAL AL-TATWIR
Publisher : Fakultas Dakwah IAIN Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/altatwir.v7i1.15

Abstract

Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris 1.) hubungan antara problem focus coping dan tipe kerpibadian extrovert dengan penyesuaian perkawian pada pasangan di periode awal perkawinan. 2.) hubungan antara problem focus coping dengan penyesuaian perkawian pada pasangan di periode awal perkawinan. 3.) hubungan antara tipe kepribadian extrovert dengan penyesuaian perkawian pada pasangan di periode awal perkawinan. Penelitian ini dilakukan pada 72 orang yang berstatus suami dan istri yang berusia 18-40 tahun, terdiri dari 33 pria dan 39 wanita yang yang memiliki usia pernikahan di bawah 10 tahun atau periode awal perkawinan. Alat pengumpul data berupa kuesioner skala problem focus coping dan skala tipe kepribadian extrovert dan skala penyesuaian perkawinan. Reliabilitas kuesioner skala problem focus coping adalah 0,867dan skala tipe kepribadian extrovert adalah 0,889 dan skala penyesuaian perkawinan adalah 0,898. Dalam penelitian ini menggunakan uji non-parametrik spearman. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil menunjukkan bahwa; 2.) Ada Hubungan yang signifikan antara Penyesuian Perkawinan dengan Problem Focus Coping dengan nilai p= 0.565, sig= 0.000. 3.) Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian extrovert dengan penyesuaian perkawian pada pasangan di periode awal perkawinan dengan nilai p= -0,143, sig= 0.231.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSPRESIF WRITING THERAPY TERHADAP KECENDERUNGAN SELF INJURY DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT Laila Faried; IGAA Noviekayati; Sahat Saragih
PSIKOVIDYA Vol 22 No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.437 KB) | DOI: 10.37303/psikovidya.v22i2.108

Abstract

Self injury merupakan bentuk perilaku yang disengaja untuk melukai atau menyakiti diri sendiri, yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan secara psikologis. Self injury juga dipengaruhi oleh tipe kepribadian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian ekspresif writing therapy terhadap kecenderungan self injury dan hubungan antara kepribadian introvert dengan kecenderungan self injury. Metode penlitian ini jenis Quasi Eksperimen dengan one group pretest postest design. Subjek dalam penelitian ini ada 10 remaja perempuan. Manfaat penelitian sebagai sarana untuk merefleksikan pikiran dan perasaan terdalam terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan pada subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang disusun oleh peneliti. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test diketahui nilai z =2,670, dengan Signifikansi sebesar 0.008 , yang artinya < 0.05 maka disimpulkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan kecenderungan sebelum dan sesudah pemberian Terapi Ekspresif Writing pada kecenderungan self Injury. Hasil uji spearman ditemukan koefisien korelasi sebesar 0,497 dengan signifikansi sebesar 0,072 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepribadian introvert dengan kecenderungan self injury. Kata kunci : Self injury, Ekspresif Writing Therapy, Introvert, remaja
Penerapan Konseling Kelompok Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Siswa Sekolah Menengah Pertama Fifqi Alrais Siswanto; Suroso Suroso; Sahat Saragih
Indonesian Psychological Research Vol. 3 No. 1 (2021): IPR Januari 2021
Publisher : Program Studi Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/ipr.v3i1.431

Abstract

Remaja adalah waktu dimana seseorang mempunyai tingkah laku negatif, fasa sukar anak-anak. Ketidakseimbangan emosi terwujud pada masa remaja. Ketidakselarasan emosi pada remaja menyebabkan remaja bertindak responsif berlebih seperti tingkah laku agresif, memberontak, tidak patuh, mengganggu, yang memicu masalah sosial. Tingkah laku agresif pelajar di sekolah telah menjadi masalah universal, dan baru ini cenderung meningkat. Tujuan kajian ini adalah melihat penerapan konseling kelompok terhadap penurunan tingkah laku agresif pelajar sekolah menengah. Objektif lain dari kajian adalah mengkaji perbedaan penerapan konseling kelompok sebelum dan selepas diberi perlakuan. Pensampelan Purposive dan skala agresif diterapkan pada eksperimen ini, untuk mendapat 20 sampel yang terdiri dari 10 pelajar dalam kelompok kontrol dan 10 pelajar dalam kelompok eksperimen di SMP Negeri 13 Surabaya yang dicatatkan telah melakukan agresi di sekolah. Kaidah pendekatan kuantitatif digunakan untuk analisis data pada peneltian ini. Hasil survei lapangan menunjukkan bahawa pelajar sering melakukan tindakan tidak hormat pada guru, memaki, mengumpat, meresahkan lingkungan, membuat bising, kata tidak senonoh, berbohong. Dengan memanfaatkan dinamika kelompok, penulis memberikan intervensi konseling kelompok untuk mengurangi tingkah laku agresif pelajar. Dari hasil kajian terbukti konseling kelompok berpengaruh terhadap penurunan tingkah laku agresif pelajar sekolah menengah pertama.
EFEKTIVITAS PELATIHAN EMPATI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU BULLYING DITINJAU DARI TINGKATAN KELAS psikologi psikologi; Artining Tyas Rachmawati; IGAA Noviekayati; Sahat Saragih
Psikosains: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi Vol 14 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.385 KB) | DOI: 10.30587/psikosains.v14i2.1274

Abstract

Abstrak Salah satu fenomena hambatan sosial pada anak-anak adalah kekerasan, dan kasus kekerasan yang marak terjadi yakni perilaku bullying. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas pelatihan empati untuk meningkatkan empati siswa pelaku bullying, melihat hubungan antara peningkatan empati dengan penurunan perilaku bullying, Menguji perbedaan tingkat empati setelah pelatihan empati, dan melihat penurunan perilaku bullying pada siswa pelaku bullying. Metode penelitian ini adalah Quasi Eksperiment PrePost Test One Group Design. Subjek dalam penelitian quasi eksperimen ini berjumlah 8. Penelitian ini menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala empati yang dibuat berdasarkan aspek empati milik Davis, dan skala bullying yang dibuat berdasarkan unsur bullying menurut Olweus. Analisa data menggunakan Mann Whitney dan Spearman Brown. Berdasarkan hasil analisis Mann Whitney hasil uji efektivitas pelatihan empati terhadap peningkatan empati menunjukkan hasil nilai Z -2366 dan nilai p=0.018 (p<0.05) hasil tersebut menunjukan pelatihan empati efektif terhadap peningkatan empati. Uji Korelasi Peningkatan Empati dengan Penurunan Bullying Siswa Kelas IV dan V menunjukan nilai Correlation Coefficient -0.012 dan nilai p= 0,977 artinya p=0.000(p>0.05) hasil tersebut menunjukan tidak ada korelasi antara peningkatan empati dengan penurunan bullying. Hasil uji perbedaan empati siswa kelas IV dan V menunjukkan hasil nilai Z -.607, dan nilai p=0.544 (p>0.05) artinya tidak ada perbedaan empati yang signifikan. Hasil uji penurunan bullying siswa kelas IV dan V menunjukkan hasil nilai Z -2.084, dan nilai p=0.037 (p<0.05) di mana hasil tersebut menunjukan terjadi penurunan bullying yang signifikan. Kata kunci: Pelatihan Empati, Perilaku Bullying, Tingkatan Kelas Abstract One of social barrier phenomena happened to children is violence, and what mostly happened is bullying behavior. The research is aimed to examine the effectiveness of empathy training in improving the empathy feeling for the students as the bullies, to observe the correlation between the improvement of empathy feeling and the declining of bullying behavior, to examine the difference between the empathy level after the empathy training, and to observe the declining of bullying behavior toward the students as the bullies. The method of the research is Quasi Experiment Pre-Post Test One Group Design. The number of the subject in this quasi eperiment research is 8. This research were using purposive sampling technique. The measuring instrument used in the research is empathy scale which is made based on bullying component according to Olweus. The data in the research is analyzed by using Mann Whitney and Spearman Brown’s formula. Based on the result of Mann Whitney analysis, the result on effectiveness test of empathy training toward the improvement of empathy feeling show that the value are Z -2366 and p=0.018 (p<0.05). The result shows that empathy training is effective toward the improvement of empathy feeling. Correlation test on the improvement of empathy feeling and the declining of bullying behavior of students in 4th and 5th grade show that the value of Correlation Coefficient are -0.012 and p= 0,977 it means p=0.000(p>0.05). The result shows that there is no correlation between the improvement of empathy feeling and the declining of bullying behavior. The result of the difference on empathy feeling of students in 4th and 5th grade show the value as much as Z -.607, and the value of p=0.544 (p>0.05), there is no significant difference of empathy. The result of the declining of bullying behavior test of students in 4th and 5th grade show the value of Z -2.084, and the value p=0.037 (p<0.05). The result shows that there is significant declining of bullying behavior. Keywords: empathy training, bullying behaviour, class level
Organizational Culture and Job Satisfaction with Work Motivation of Satlantas Members Ferdyanzah Wira Adhiyana; Rr. Amanda Pasca Rini; Sahat Saragih
Psikologia : Jurnal Psikologi Vol 2 No 2 (2017): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.156 KB) | DOI: 10.21070/psikologia.v2i2.1497

Abstract

Work motivation in the organization has a close relationship with the willingness to complete the work properly. Such will is a form of encouragement that creates a passion for work. Positive work spirit is a useful factor in improving the ability to work. This research was conducted on member of Traffic Unit at Police of Sidoarjo with number of subjects of this study was 89 people. All subjects have long worked in the Traffic Police Sidoarjo unit at least 1 year with the rank of Bripda up to Aiptu. There is significant relation between organization culture and work statisfication with work motivation F = 38,691; p = 0,000) on member of traffic unit at police of Sidoarjo.
The Relationship between Self Control and Job Stress with Police Aggressiveness Andra Purnama Putra; Rr. Amanda Pasca Rini; Sahat Saragih
Psikologia : Jurnal Psikologi Vol 2 No 2 (2017): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.505 KB) | DOI: 10.21070/psikologia.v2i2.1512

Abstract

Aggression is a behavior that is intentionally to hurt,threaten, or endanger others or another object physically or verbal and direct or indirect. Aggression is a common characteristic that can’t be erase from human life, especially police. All police has it own aggression, but the capacity is different with others police depend on self control and work stress they have. The research purpose’s to know correlation of self control (X1) and work stress (X2) with police aggression (Y). It subject is sergeant policeman in Sidoarjo. Subject amount 120 Police. The sampel taken by purposive sampling method. Statistical analysis method that be used is regression and using SPSS 22.00 for windows. the first result is there is correlation between self control, work stress and Police aggression.the second result is there is correlation negatively between self control and aggression. The third result is there is correlation positively between work stress and aggression.
Resiliensi lansia yang tinggal sendiri dalam menghadapi COVID-19 Ananda Saadatul Maulidia; Eko April Ariyanto; Sahat Saragih
PSYCOMEDIA : Jurnal Psikologi Vol. 1 No. 2 (2022): PSYCOMEDIA: Jurnal Psikologi
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.54 KB) | DOI: 10.35316/psycomedia.2022.v1i2.31-38

Abstract

COVID-19 has infected almost all countries in the world. So our government asks people to stay at home and practice physical distancing. This is certainly not easy, especially the elderly. The elderly who live alone certainly have greater challenges in dealing with COVID-19. Therefore, the need for self-capacity is called resilience. The purpose of this study is to find out how resilience is carried out by the elderly who live alone in the face of COVID-19. This study used qualitative research methods. Informants in this study amounted to 3 people with an age range of 60 years and over. Data collection techniques were carried out by in-depth interviews using cell phones. The results of the study show that resilient behavior makes the elderly who live alone can view the problem of this pandemic positively. The informants felt that the presence of COVID-19 did not make them anxious for themselves, because they believed that the occurrence of COVID-19 was indeed God's will (emotional regulation). In addition, they are optimistic that this COVID-19 will soon pass (optimism). With the Covid-19, some activities that are usually carried out have indeed changed, but the informants carried out other alternative activities to overcome their boredom and loneliness, such as gardening (creativity). In addition, the existence of a policy at home makes informants more focused on achieving their worship (achievement).