Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Penelitian Pembuatan Badan Roda Lori dari Pelat Baja Hasil Rol Panas dengan Metode Proses Tarik Dalam Kosasih Kosasih; Hafid Abdullah
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.13-22

Abstract

Penelitian pembuatan badan roda lori dari pelat baja untuk pengontrol jalan kereta api dilakukan dengan proses tarik dalam. Tujuannya adalah untuk memperbaiki timbulnya cacat keriput dan sobek yang sering diakibatkan oleh kesalahan pada konstruksi cetakan. Cara penanggulangannya digunakan mesin pres hidrolik aksi ganda, yang mempunyai tekanan pemegang bakalan yang sesuai dan konstan. Berdasarkan hasil percobaan: (1) bahan yang digunakan adalah pelat baja hasil rol panas dengan kadar karbon 0,29 %, (2) Φ bakalan 540 mm dengan LDR 1,58, (3) bahan cetakan dan penekan adalah besi cor kelabu dengan HB = 260 kg/mm2, (4) gaya tekan pemegang bakalan adalah 15 ÷ 47 ton dan 94 ÷ 138 ton. Hasil penelitian membuktikan bahwa, sirip yang terbentuk pada badan roda lori menggunakan Φ bakalan 540 mm relatif kecil sehingga dapat menghemat biaya, dibandingkan dengan Φ 560 mm karena sirifyang terbentuk lebih besar.
Penelitian Pengaruh Anti Beku Ethylene Glycol Terhadap Sifat Korosif Pendingin Mesin Pada Logam-Logam Sistem Pendingin Otomotif Sri Bimo Pratomo; Hafid Abdullah
Jurnal Metal Indonesia Vol 26 (2004): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2004.v26.18-33

Abstract

Kororsi adalah proses alami yang terjadi pada material logam dan berinteraksi dengan lingkungan agresif, serta mengakibatkan degradasi kekuatan pada material logam. Proses korosi sangat sulit dihindari, akan tetapi untuk menghambat laju korosi yang terjadi adalah dengan cara melakukan pencegahan. Untuk contoh kasus, digunakan 6 jenis logam, yaitu (1) tembaga, (2) solder, (3) kuningan, (4) baja, (5) besi tuang dan (6) aluminium di dalam sistem pendingin mesin otomotif dalam medium yang mengandung ethylene glycol guna mengetahui penyebab terjadinya korosi. Penambahan ethylene glycol sebagai anti beku ke dalam mesin pendingin dimaksudkan agar kendaraan dapat bekerja sepanjang tahun, terkecuali di musim dingin, namun dapat menyebabkan korosi. Eksperimen yang dilakukan adalah melalui pengujian skala laboratorium memakai tabung gelas, selanjutnya logam-logam dihubungkan secara galvanis di dalam satu bundle dicelup pada temperatur 71oC selama 336 jam dalam kondisi aerasi. Laju korosi dianalisis dengan metode komposisi kimia, metalografi, uji nilai ph, uji celup dan uji potensial logam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendinginan mesin pada logam baja, besi tuang, aluminium dan solder yang mengandung ethylene glycol mempunyai pengaruh terhadap menghambatnya laju korosi yang besar pada sistem pendingin otomotif, namun kuningan dan baja relatif kecil karena mempunyai sifat tahan korosi yang tinggi.
Pengaruh Desain Sambungan Las Cladding Stainless Steel 316 L pada Baja A516 terhadap Laju Korosi Tarmizi Tarmizi; Hafid Abdullah; Herman P.
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.23-34

Abstract

Masalah terletak pada belum diaplikasikannya proses las cladding untuk penyambungan pipa dilepas pantai. Tujuannya adalah mendapatkan ketahanan korosi yang lebih baik pada pipa dan menghemat biaya material. Dalam penelitian ini digunakan material baja A516 sebagai logam induk dengan cladding baja tahan karat 316L. Metode aplikasi pengelasan girth weld, meliputi: (1) membandingkan rancangan sambungan las bentuk groove V dengan groove Vm (modifikasi) dengan parameter las SMAW yang sama, (2) proses cladding dikerjakan dengan metode overlay SMAW. Berdasarkan hasil uji tarik disimpulkan bahwa kekuatan tarik sambungan girth weld bentuk groove V 3% lebih tinggi dari groove Vm (modifikasi). Hasil pengujian korosi pitting dalam larutan 6% FeCI3 22 ± 2 oC selama 72 jam menunjukkan bahwa laju korosi bentuk groove V lebih tinggi 153,6% daripada bentuk groove Vm (modifikasi). Harga pokok produksi pengelasan diperoleh sebesar Rp.279.996,-.
Pengaruh Temperatur dan Waktu terhadap Keras Endap (Precipitation Hardening) pada Connecting Pad Sepeda Motor Vespa Adid A. Hermansyah; Hafid Abdullah; George George
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.35-43

Abstract

Connecting Pad adalah suku cadang sepeda motor vespa berbahan perunggu. Adapun letaknya berada diantara kopling dan penekan kopling yang berfungsi sebagai bantalan penghubung agar kopling berjalan dengan baik. Connecting pad lokal mempunyai umur yang lebih pendek dibanding dengan yang asli. Perbedaan umur pakai antara produk lokal dengan yang asli disebabkan oleh sifat kekerasannya, hal ini kekerasan akan melibatkan ketahanan terhadap aus. Pada umumnya pengerasan pada material perunggu dilakukan dengan pengerjaan dingin atau menambah unsur paduannya, namun pada material connecting pad ini dilakukan pengerasan dengan proses keras endap (precipitation hardening), dimana proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur dan waktu sehingga pada proses pelaksanannya temperatur harus sesuai untuk material yang akan diproses dan juga waktu penuaannya (aging) pun harus tepat agar terdapat hasil yang diinginkan.
Pengaruh Suhu Pemanasan Awal Pada Pengelasan SMAW Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Material Baja AISI 1045 H Kosasih Kosasih; Hafid Abdullah; Teguh Stiyawan
Jurnal Metal Indonesia Vol 26 (2004): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2004.v26.41-53

Abstract

Peralatan yang terbuat dari baja karbon yang relatif tebal akan cenderung retak setelah dilas. Hal ini karena pendinginan yang cepat. Pemanasan awal sangat berpengaruh terhadap laju pendinginan, semakin besar temperatur pemanasan awal, maka laju pendinginan semakin lam bat, juga sebaliknya temperatur pemasanan awal semakin kecillaju pendinginan semakin cepat. Penelitian ini menyajikan pengaruh temperatur pemanasan awal terhadap struktur mikro dan sifat mekanik. Metode ini dengan memvariasikan temperatur pemanasan awal pada 200oC, 350oC, dan 500oC terhadap baja karbon AISI 1045 H yang dilas dengan proses pengelasan busur logam terlindung (SMAW). Hasil pemeriksaan dan pengujian menunjukkan bahwa: (1) pelat dengan pemanasan awal 200oC, 350oC dan 500oC tidak terjadi retak di daerah las, (2) pelat dengan pemunasan awal 200oC, mempunyai kekuatan tarik = 74 kgf/mm2, kuat luluh = 58,2 kgf/mm2 dan regangan 16.65 %, (3) pelat dengan pemanasan awal 350oC mempunyai kuat tarik = 73,5 kgf/mm2, kuat luluh = 52 kgf/mm2 dan regangan 16,65 %, (4) pelat dengan pemanasan awal 500oC mempunyai kuat tarik = 73 kgf/mm2, kuat luluh = 55,7 kgf/mm2 dan regangan = 17 %, (5) fasa yang terbentuk pada daerah logam induk dan pengaruh panas untuk semua sampel menunjukkan fasa ferit dan perlit, sedangkan pada logam las struktur matrik dendrit dengan fasa ferit dan perlit, (6) semakin besar temperatur pemanasan awal sifat mekanik las semakin ulet.
Analisis Cacat Cor pada Produk Fly Wheel Hasil Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir Tatang Taryaman; Roslina Roslina; Hafid Abdullah
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.44-55

Abstract

Analisis cacat coran pada produk roda gila hasil proses pengecoran menggunakan cetakan pasir. Untuk memperbaiki cacat cor dari material besi tuang kelabu, maka dilakukan beberapa pengujian, yaitu: uji visual, pengecekan dimensi, uji metalografi dan uji mekanik. Metode pembuatan cetakan pasir menggunakan mesin double squeeze dengan variasi komposisi kadar air dan bentonit tertentu selanjutnya diteliti pengaruhnya terhadap hasil akhir produk cor. Hasil percobaan yang memberikan komposisi pasir yang optimum adalah: (a) kadar air = 4%, (b) kadar bentonit = 8,36%, (c) kuat geser (gr/cm2) = 370, (d) kuat tekan (gr/cm2) = 1.370, (e) kekerasan cetakan (N/mm2) = 19,85 – 21,4, (f) permeabilitas = 110. Berdasarkan hasil uji visual ada 7 jenis cacat coran, yaitu: (a) rongga gas, (b) pasir rontok, (c) inklusi terak, (d) penyinteran, (e) sirip, (f) kekasaran permukaan, (g) perluasan koreng. Dari pengecekan dimensi diketahui terdapat dua jenis cacat coran, yaitu: (a) pergeseran, (b) penyusutan dalam. Sedangkan hasil uji komposisi kimia dan harga kekerasan telah memenuhi standard JIS G4303 dan JIS 5501.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berpola P3JJ untuk Peningkatan Kompetensi Teknologi Pengecoran George Z. Haddy; Hafid Abdullah; Asep Saefudin
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.68-79

Abstract

Masalah terletak belum diaplikasikannya pengembangan sumber daya manusia (SDM) berpola Profesi dengan 3 Jalur ber-Jenjang (P3JJ), yaitu: (1) Pengoperasi, (2) Pemanfaat dan (3) Pengelola di MIDC. Tujuan aplikasi adalah untuk peningkatan kompetensi teknologi pengecoran di MIDC dan ruyukan bagi pengembangan SDM di industri pengecoran dalam negeri. Cara peningkatan melalui implementasi pemetaan SDM pengecoran, yang meliputi: (a) pohon kebisaan, (b) acuan kebisaan, (c) materi pelatihan untuk peningkatan kebisaan. Hasil implementasi dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan program pelatihan maupun mutasi, rotasi dan promosi untuk meningkatkan produktivitas kerja. Bahasan ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang berarti bagi pengembangan usaha industri pengecoran dalam negeri di masa mendatang.
Aplikasi Total Control System (TQS) Untuk Peningkatan Mutu Produk Bracket Compressor Mounting (BCM) KF 510 T Deluxe (Kasus : di PT. TB berdasarkan data th 2002 s/d 2003) Hafid Abdullah; Buchori Buchori; Nurkamal Hadi Nugroho
Jurnal Metal Indonesia Vol 26 (2004): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2004.v26.54-63

Abstract

Masalah terletak pada produk Bracket Compressor Mounting (BCM) sebagai produk unggulan PT. TB pada tahun 2002 mempunyai prosenlase kerusakan sekitar 26 %. Tujuan penelitian adalah meningkatkan mutu produk BCM KF 510 T Deluxe untuk suku cadang otomotif agar profit perusahaan meningkat dan dapat memuaskan konsumen (mitra usahanya) sehingga mampu bersaing di pasar global. Cara peningkatan melalui aplikasi sistem pengendalian mutu terpadu, yang meliputi perbaikan-perbaikan: (1) sistem dokumentasi, (2) identifikasi proses di lapangan, (3) pemisahan part NG di pallet, (4) penanggulangan produk BCM. Hasil perbaikan terhadap 30 item instruksi kerja dan 20 item QC standard dapat menurunkan reject rata-rata produk BCM KF 510 T Deluxe menjadi 5 % pada tahun 2003.
Pemanfaatan Silica Fuse dan Colloidal Silica Lokal untuk Pembuatan Cetakan Keramik pada Proses Invesment Casting Hafid Abdullah; Tatang Taryaman; Sobari Sobari
Jurnal Metal Indonesia Vol 27 (2005): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2005.v27.3-12

Abstract

Pemanfaatan silica fuse dan colloidal silica sebagai bahan baku lokal untuk pembuatan cetakan keramik pada proses pengecoran presisi. Berdasarkan percobaan eksperimental yang diaplikasikan pada beberapa produk cor dari material besi tuang nodular dan baja tahan karat, hasilnya diketahui silica fuse dapat digunakan karena mempunyai kadar SiO2 di atas 99,5 % dan kadar Fe2O3 di bawah 0,05 % tetapi colloidal silica belum memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa faktor yang menentukan mutu cetakan keramik adalah:  (1) kekentalan lumpur keramik, (b) pemanasan untuk menghilangkan lilin pada cetakan keramik, (c) pembakaran keramik dan pemanasan awal sebelum penuangan. Kondisi optimum viskositas adalah sekitar 40 detik dan 15 detik, temperatur terbaik dewaxing dicapai sekitar 100oC, untuk firing dan preheating sekitar 1.000oC. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menghasilkan mutu produk cor yang baik dan mereduksi biaya produksi serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku import.
Pembuatan Komponen Guide, Cam Chain Pada Sepeda Motor Dari Bahan Baja Tahan Karat 316 L Dengan Teknologi Metalurgi Serbuk (Powder Metalurgy) Tatang Taryaman; Hafid Abdullah; Rudy S Rachmat
Jurnal Metal Indonesia Vol 26 (2004): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2004.v26.3-17

Abstract

Proses metalurgi serbuk merupakan suatu proses pengerjaan logam untuk menghasilkan komponen dengan ketelitian tinggi ataupun komponen yang memiliki porositi. Proses ini dapat digunakan untuk membuat benda-benda yang memiliki kekerasan yang sangat tinggi, seperti: mata pahat, dan juga dapat menghasilkan komponen yang melumasi sendiri. Salah satu komponen yang memiliki fungsi melumasi sendiri adalah bearing, bearing ini banyak digunakan untuk poros yang kondisi operasinya mengalami gesekan yang cukup tinggi, oleh karena itu fungsi melumasi sendiri sangat penting untuk mengurangi gesekan yang terjadi. Kemampuan melumasi sendiri dari komponen bearing dihasilkan oleh porositi yang ada pada produk yang dihasilkan oleh proses metalurgi serbuk. Pada saat komponen bekerja dan terkena gesekan akan timbul panas sehingga minyak pelumas yang terserap kedalam pori-pori komponen tadi akan keluar karena massanya memuai, dan pada saat dingin akan masuk kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik dan parameter proses pembuatan bearing menggunakan material baja tahan karat 316 L dengan teknologi metalurgi serbuk. Penelitian ini menggunakan target yaitu bearing untuk komponen guide, cam chain yang masih diimpor, dengan memvariasikan beban kompaksi yaitu 7-8 ton, 9-10 ton, 15-17 ton. Dan waktu sinter 140 menit dan 120 menit, sedangkan temparatur sinter yang digunakan adalah 1120oC. Kemudian hasil dari pengujian densiti, porositi, kekerasan dan struktur mikro dibandingkan dengan bearing impor.