Taemi Fahmi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No.80 Lembang-Bandung 40391, Jawa Barat

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI KABUPATEN GARUT Sujitno, Endjang; Fahmi, Taemi; Teddy, Sumarno
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Development of upland rice is one of the answers in increasing rice production, but the productivity of upland rice in Indonesia is still very low. One reason is the low use of improved varieties. But of the many varieties of upland rice varieties are not all suitable to be developed in a region. To find suitable varieties are developed in a region need to be a study of the introduction of varieties to obtain location-specific adaptive varieties. Assessments conducted in Jatiwangi Village Pakenjeng Sub District Garut District, during the rainy season 2007/2008. Assessment using a randomized block design with upland rice varieties as treatments, varieties used are Situ patenggang, Situ Bagendit, Limboto, Towuti, Stone Tegi and local varieties (Denok) as a comparison, each variety was repeated 4 times. To determine the feasibility of technology to analyze revenue and cost balance (B / C), while for measuring the level of technological excellence applied to farmers to use marginal benefit cost ratio analysis (MBCR). The results showed that the varieties Situ Bagendit generate the highest production (4.5 t/ha). The result of the financial analysis shows Situ Bagendit varieties provide the highest profits with a gross value of B/C 2.04, and the marginal value of B/C at 3.75. Based on the farmerspreferences Situ Patenggang and Situ Bagendit varieties liked enough compared with other varieties.Pengembangan padi gogo merupakan salah satu jawaban dalam meningkatkan produksi padi, tetapi produktivitas padi gogo di Indonesia masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya penggunaan varietas unggul. Namun dari sekian banyak varietas unggul padi gogo tidak semua varietas cocok untuk dikembangkan di suatu wilayah. Untuk mengetahui varietas yang cocok dikembangkan di suatu wilayah perlu suatu kajian introduksi varietas untuk memperoleh varietas adaptif spesifik lokasi. Pengkajian dilaksanakan di Desa Jatiwangi Kecamatan Pakenjeng Kabupaten Garut, pada musim hujan 2007/2008. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan varietas padi gogo sebagai perlakuan, varietas yang digunakan adalah Situ patenggang, Situ Bagendit, Limboto, Towuti, Batu Tegi dan varietas lokal (Denok) sebagai pembanding, masing-masing varietas diulang sebanyak 4 kali. Untuk menentukan tingkat kelayakan teknologi dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (B/C), sedangkan untuk mengukur tingkat keunggulan dari teknologi yang diterapkan petani digunakan analisis marginal benefit cost ratio (MBCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Situ Bagendit menghasilkan produksi paling tinggi (4,5 t/ha). Hasil analisis finansial menunjukkan varietas Situ Bagendit memberikan keuntungan paling tinggi dengan nilai gross B/C 2,04, serta nilai marginal B/C sebesar 3,75. Berdasarkan preferensi petani varietas Situ Patenggang dan Situ Bagendit cukup disenangi dibanding dengan varietas lain.
PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SUMEDANG Nurbaeti, Bebet; Lia Mulijanti, Siti; Fahmi, Taemi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 3 (2008): November 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

management by using straw or other organic matter as well as thresher machine, and 4) the development of strategy or the socialization of ICRM is done by conducting plot demonstration units in the field by extension workers in collaboration with local government Key words: Integrated crop management, The implementation of Integrated Crop and Resource Management (ICM) on Paddy in Sumedang District. Synergizes some technology components in ICM can increase yield and production input efficiency as well as to control environmental conservation. The assessment of ICM application on paddy was conducted at 2 places i.e. Cibeureum Wetan and Cibeureum Kulon villages, Cimalaka Sub District, Sumedang District during dry season 2007. In each village there were 20 farmers covering 7.5 ha areas of land. The ICM components consists of: 1) the use of modem and high yielding varieties, 2) the use of certified seeds, 3) the use of balanced nutrient on specific site, 4) the use of organic fertilization, 5) the arrangement of Legowo or Tegel planting system, 6) the planting of young seed (10-17 das) with 1-3 seedlings per hill, 7) the water management, 8) the integrated pest management, and 9) the use of thresher machine. The objectives of this assessment were to study the performance of ICM components, the improvement chance in the field level, the adoption level of users, and the development of strategy. The results showed that: 1) some farmers have not fully implemented the ICM components due to the uncertainty of new ICM technology components, especially the legowo planting system, 2) the implementation of ICM was able to increase yield to15% and production input efficiency by 35­45% (using of seedling) and by 30-66% (using of fertilizer), 3) the implementation chance of ICM at farmer level can be increased through the improvement of water adoption, efficiency Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah merupakan strategi pengelolaan tanaman padi yang mensinergiskan berbagai komponen teknologi yang dapat meningkatkan hasil dan efisiensi masukan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan. Pengkajian penerapan model PTT padi sawah telah dilaksanakan di tiga kelompoktani masing-masing di Desa Cibeureum Wetan dan Cibeureum Kulon, Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, pada MK I dan MK II tahun 2007 dengan jumlah petani peserta masing­masing 20 orang dengan luas areal penanaman 7,5 ha. Komponen PTT yang dikaji mencakup: 1) penggunaan varietas unggul barn berdaya hasil tinggi, 2) penggunaan benih bersertifikat, 3) penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi, 4) penggunaan bahan organik, 5) pengaturan tanam legowo atau tegel, 6) penanaman bibit muda (10-17 hss) dengan 1-3 bibit per lubang, 7) pengaturan pengairan, 8) pengendalian OPT secara terpadu, dan 9) penggunaan alat perontok gabah mekanis (mesin). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kinerja komponen teknologi, peluang perbaikan penerapan ditingkat lapangan, tingkat adopsi oleh pengguna serta strategi pengembangannya. Hasil yang dicapai adalah: 1) sebagian petani belum sepenuhnya melaksanakan PTT sesuai dengan anjuran yang disebabkan petani masih ragu untuk menerima teknologi barn, terutama dalam cara tanam legowo, 2) penerapan PTT yang dilakukan sesuai anjuran dapat meningkatkan hasil panen (GKP) 15 % dan efisiensi masukan produksi terutama dalam penggunaan benih dan pupuk masing-masing 35-40% dan 30­66% bila dibandingkan dengan teknologi petani, 3) peluang penerapan ditingkat pengguna dapat ditingkatkan melalui perbaikan aspek teknologi pengaturan air, penggunaan jerami padi atau bahan organik lain dan penggunaan alat perontok gabah, dan 4) strategi pengembangan atau pemasyarakatan model PTT tersebut adalah dengan melaksanakan unit-unit percontohan di wilayah kerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Kata kunci: Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu, adopsi, dan efisiensi
SERANGAN WERENG BATANG COKLAT PADA PADI VARIETAS UNGGUL BARU LAHAN SAWAH IRIGASI BROWN BARS PLANTHOPPER ATTACK IN NEW SUPERIOR VARIETY RICE CROPS IRRIGATED LAND Sujitno, Endjang; Dianawati, Meksy; Fahmi, Taemi
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 2: Edisi Juli 2014
Publisher : Faculty of Agriculture, Janabadra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.61 KB)

Abstract

Pengendalian hama wereng coklat pada tanaman padi dapat diusahakan dengan menggunakan varietas unggul baru padi yang memiliki ketahanan terhadap serangan  hama wereng. Perlakuan ini merupakan kondisi yang paling ideal dalam mengendalikan serangan hama wereng karena cara ini mudah digunakan, murah, dan ramah terhadap lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat ketahanan berbagai varietas unggul baru padi terhadap serangan hama wereng batang coklat di lahan sawah irigasi. Penelitian dilaksanakan di Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada bulan Maret sampai Agustus 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan berupa varietas dan masing-masing perlakuan diulang lima kali dengan petani sebagai ulangan. Varietas yang diuji adalah Inpari-4, Inpari-13, Mekongga, Ciherang, dan Sarinah. Data dianalisis dengan Anova dan dilanjutkan dengan uji berganda Duncan. Hasil: varietas Inpari 13 memiliki ketahanan lebih resisten terhadap serangan hama wereng batang coklat dibanding empat varietas lain, hal ini ditunjukkan oleh persentase serangan hama wereng yang paling rendah (10,1 persen), populasi wereng per rumpun yang  paling rendah (3,8 ekor per rumpun), serta tingkat produksi yang dihasilkan paling tinggi (6,06 ton per ha) jika dibandingkan dengan varietas yang lain.Control of brown planthopper in rice plants can be cultivated by using new varieties of rice which has resistance to attack planthoppers. This treatment is the most ideal conditions in the planthopper pest control because of the way it is easy to use, inexpensive, and environmentally friendly. The purpose of research is to determine the extent of the level of resistance various new varieties of rice to brown planthopper pest rod in irrigated land. The research was conducted in the village Jangkurang, Leles District, Garut, West Java in March to August 2013. The method used in this study is a randomized block design with five treatments in the form of varieties and each treatment was repeated five times with farmers as replications. Varieties tested were Inpari-4, Inpari-13, Mekongga, Ciherang, and Sarinah. Data were analyzed by ANOVA followed by Duncan's multiple test. Results: Inpari 13 has a resistance more resistant to attack than the brown planthopper rod four other varieties, this is indicated by the percentage of planthopper pest lowest (10.1 percent), the population of planthoppers per clump lowest (3.8 tail per hill), as well as the level of production generated the highest (6.06 tons per ha) when compared with other varieties.