Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN JARAK ANTAR PUPIL BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN SUKU DI KLINIK MATA SMEC SAMARINDA Laila Fatimatus Zahro; Danial Danial; Nur Khoma Fatmawati; Riries Choiru Pramulia Yudia; Siti Khotimah
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/j.ked.mulawarman.v8i2.6440

Abstract

Antropometri adalah salah satu cabang antropologi dan berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia. Jarak antar pupil merupakan jarak antara dua pupil mata yang diukur dalam satuan mm. Pengukuran jarak antar pupil merupakan salah satu pengukuran antropometri dan berhubungan dengan berbagai aspek klinis, seperti: pada pasien yang mengalami kelainan refraksi dan perlu dikoreksi menggunakan kacamata, manajemen bedah trauma maksilofasial dan juga membantu menegakkan diagnosis beberapa sindrom. Nilai normal jarak antar pupil berkisar antara 55-70 mm dan jarak antar pupil diketahui bervariasi menurut usia, jenis kelamin dan suku. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan nilai jarak antar pupil berdasarkan usia, jenis kelamin dan suku di klinik mata SMEC Samarinda. Desain penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.  Data penelitian berasal dari rekam medik seluruh pasien klinik mata SMEC Samarinda pada tahun 2020. Sampel penelitian sebesar 3.552 sampel. Hasil penelitian menunjukkan jarak antar pupil pada subjek yang berusia 17-50 tahun sebesar 63,98 mm dan pada subjek berusia >50 tahun sebesar 64,18 mm (p = 0,156). Nilai jarak antar pupil pada laki-laki 65,33 mm dan pada perempuan 62,98 mm (p < 0,001). Jarak antar pupil pada suku Batak 65,05 mm, Sunda 64,29 mm, Jawa 64,25 mm, Banjar 64,05 mm, Kutai 64,00 mm, Dayak 63,84 mm, Toraja 63,60 mm dan suku Bugis 63,27 mm (p = 0,222)
PERBEDAAN NILAI RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT PRE DAN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING ON-PUMP TERHADAP KEJADIAN ACUTE KIDNEY INJURY DAN NON-ACUTE KIDNEY INJURY Septa Ariany; Ivan Joalsen Mangara Tua; Danial Danial; Nataniel Tandirogang
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 8, No 3 (2021): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/j.ked.mulawarman.v8i3.6749

Abstract

Acute Kidney Injury (AKI) adalah sindrom kompleks yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal. Pada penelitian ini, rasio neutrofil-limfosit (RNL) yang tinggi dikaitkan dengan perkembangan AKI setelah Coronary Artery Bypass Grafting On-Pump (CABG on-pump). Penggunaan RNL sebagai parameter yang tersedia dengan mudah untuk mendeteksi pasien yang berisiko terkena AKI. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan nilai RNL pasca operasi CABG on-pump terhadap kejadian AKI dan Non-AKI. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Semua data klinis preoperative dan postoperative diambil sebagai data sekunder dari rekam medik pasien yang menjalani CABG di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda periode Januari 2017-Desember 2020. Penelitian menggunakan uji statistik dengan Mann-Whitney dan Uji Regresi. Hasil penelitian ini ditemukan 41,1% dari 56 sampel mengalami AKI. Hasil didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai RNL pasca operasi pada sampel AKI dan Non-AKI dengan nilai p=0,008. Peningkatan RNL ≥ 10 kali risiko sebesar 6,352 kali lipat.
Analisis Bioautografi Dengan Kromatografi Lapis Tipis Pada Ekstrak Etanol Daun Caesalpinia sumatrana ROXB. Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial Yadi Yasir; Yuniati Yuniati; Swandari Paramita; Mona Zubaidah; Abdul Mu’ti; Danial Danial
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 1 No. 7 (2017): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v1i7.57

Abstract

Infeksi nosokomial merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, hal ini terutama disebabkan adanya resistensi terhadap antibiotik. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya pencarian sumber antimikroba baru berbasis tumbuhan obat perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi ekstrak daun Caesalpinia sumatrana Roxb. yang secara tradisional digunakan etnis Dayak sebagai obat luka dan sakit kulit. Analisis bioautografi ekstrak tumbuhan dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT), terhadap Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus aureus dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Hasil penelitian pada ekstrak C. sumatrana ditemukan golongan senyawa mengandung gula memiliki potensi aktivitas antimikroba terhadap keempat bakteri; senyawa golongan alkaloid memiliki potensi aktivitas antimikroba terhadap S. aureus dan MRSA; senyawa golongan terpen-steroid memiliki potensi aktivitas antimikroba terhadap P. mirabilis, S. aureus dan MRSA; dan senyawa golongan flavonoid memiliki potensi aktivitas anti mikroba terhadap S. aureus. Kesimpulan penelitian ini adalah hasil metabolit sekunder ekstrak daun C. sumatrana dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi nosokomial.
Hubungan Durasi Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 dan Kejadian Hipertensi dengan Terjadinya Makula Edema pada Retinopati Diabetik: Relationship of Diagnosis Duration of Type 2 Diabetes Mellitus and Hypertension Incidence with Occurrence of Macular Edema in Diabetic Retinopathy Grace Pisca Tandiarrang; Nur Khoma Fatmawati; Danial Danial
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2021): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v3i3.223

Abstract

Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular yang saat ini merupakan ancaman kesehatan global karena insiden diabetes melitus yang terus meningkat. Insiden diabetes melitus yang terus meningkat akan diikuti oleh meningkatnya komplikasi dari diabetes melitus. Makula edema merupakan komplikasi dari retinopati diabetik yang menjadi penyebab utama terjadinya kebutaan pada penderita diabetes. Faktor-faktor yang menjadi penyebab makula edema yaitu lama menderita diabetes, hipertensi, peningkatan HbA1c dan hiperlipidemia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara durasi terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 dan kejadian hipertensi dengan terjadinya makula edema pada retinopati diabetik. Desain dalam penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan metode analitik observasional. Penelitian dilakukan di Sumatera Eye Centre (SMEC) Samarinda pada bulan Januari hingga Februari 2010 dan menggunakan metode total sampling. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis diperoleh adanya hubungan antara durasi terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 ( p = 0,001) dan kejadian hipertensi ( p= 0,000) dengan terjadinya makula edema pada retinopati diabetik.
Hubungan antara Usia, Lama Keluhan Nyeri Abdomen, Nilai Leukosit, dan Rasio Neutrofil Limfosit dengan Kejadian Apendisitis Akut Perforasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda: Relationship between Age, Duration of Abdominal Pain, Leukocyte Value, and Neutrophil Lymphocyte Ratio with the Incidence of Acute Appendicitis Perforation at RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Nurnadhirah Mirantika; Danial Danial; Bambang Suprapto
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2021): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v3i4.467

Abstract

Acute appendicitis is an infection that occurs in the appendix vermiformis or commonly known in the community with inflammation of the appendix. The incidence of appendicitis in the world is quite high and diagnosis is still a challenge in surgery. Delay in establishing a definite diagnosis of appendicitis has implications for suboptimal management and can lead to complications in the form of perforation. Perforation of the appendix vermiformis will result in peritonitis and can cause uncontrolled sepsis and intra-abdominal abscess. Age and delay in diagnosis are factors that play a role in the occurrence of perforation of the appendix vermiformis. The longer the complaint of abdominal pain experienced in acute appendicitis, the higher the possibility of perforation. Leukocyte count and lymphocyte neutrophil ratio is a laboratory test that can help diagnose acute appendicitis. The purpose of this study was to determine the relationship between age, duration of abdominal pain, leukocyte value, and neutrophil lymphocyte ratio with the incidence of acute appendicitis perforation. The design of this study uses a cross-sectional study with observational analytic methods. Data were taken from the medical records of patients with a diagnosis of acute appendicitis who received appendectomy at the Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Regional General Hospital for the period 2018-2019 using purposive sampling technique and obtained 105 research samples. Bivariate analysis was performed using the chi-square test and fisher test if the expected count less than 5. The analysis results obtained a significant relationship between age (p=0,015), duration of abdominal pain (p=0,000), leukocyte value (p=0,049), and neutrophil lymphocyte ratio (p= 0,000) with the incidence of acute appendicitis perforation.