Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROALGA DI PERAIRAN TELUK PRIGI KABUPATEN TRENGGALEK Heri Prasetiyo; Apri Arisandi
Juvenil Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v2i1.9654

Abstract

ABSTRAKStruktur komunitas merupakan gambaran kondisi suatu komunitas pada suatu tempat mencakup, komposisi jenis, kepadatan jenis dominasi jenis, keanekaragaman jenis, dan keseragaman jenis. Substrat untuk tempat hidup makroalga harus memenuhi beberapa kriteria seperti pasir, campuran pasir dan lumpur, karang mati, karang hidup dan batuan. Teluk Prigi merupakan  salah  lokasi  yang  memiliki  karakteristik untuk tempat  hidup  makroalga  dengan perairan  berpaparan  terumbu  karang,  berpunggung  terumbu  dan  bagian  luar  bertubir. Penelitian ini berlokasi di Teluk Prigi dengan menggunakan empat stasiun yaitu Stasiun 1 (Pantai Damas), Stasiun 2 (Hotel Pondok Prigi), Stasiun 3 (Pantai Mutiara) dan Stasiun 4 (Pantai Pasir Putih), dilaksanakan selama 2 hari mulai 25 November – 26 November 2018. Pengambilan data makroalga menggunakan metode transek garis dengan sampling kuadran. Setiap jenis makroalga yang berbeda diambil sampel untuk kepentingan identifikasi jenis. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara insitu disetiap titik lokasi penelitian. Tipe substrat dianalisis menggunakan seive shaker. Analisis data struktur komuniatas makroalga dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan analisis PCA. Hasil analisis pada empat stasiun penelitian di Teluk Prigi secara keseluruhan ditemukan 10 spesies makroalga. Kepadatan jenis makroalga Stasiun 1 2,65 ind/m2, Stasiun 2 6,28 ind/m2,Stasiun 3 2,34 ind/m2, Stasiun 4 4,99 ind/m2. Nilai indeks keanekaragaman makroalga di Teluk Prigi masuk dalam katagori sedang. Nilai  indeks  keseragaman  makroalga  di  Teluk  Prigi  masuk  katagori  tinggi.  Nilai indeks dominasi makroalga masuk katagori stabil.  Hasil analisis PCA terlihat adanya hubungan korelasi struktur komunitas dengan parameter kualitas perairan. Hasil analisa korespondensi terlihat adanya tiga kelompok stasiun habitat makroalga.Kata Kunci: Struktur Komunitas, Makroalga, Teluk PrigiABSTRACTCommunity structure is a description of the condition of a community in a place including, species composition, density type dominance, species diversity, and species uniformity. The substrate for macroalgae life must meet several criteria such as sand, a mixture of sand and mud, dead corals, live corals and rocks. Prigi Bay is a wrong location that has characteristics for macroalgae living areas with waters exposed to coral reefs, reef backs and outer stems. This research is located in Prigi Bay using four stations, namely Station 1 (Damas Beach), Station 2 (Hotel Pondok Prigi), Station 3 (Pantai Mutiara) and Station 4 (Pantai Pasir Putih), held for 2 days starting November 25 - 26 November 2018. Taking macroalgae data uses the line transect method with quadrant sampling. Each type of different macroalgae is sampled for the purpose of type identification. Retrieval of water quality data was carried out in situ at each location of the research and sediment sampling for further analysis of sediment types using sieve shakker. The data analysis of the macroungae comuniatas structure was carried out using descriptive analysis and PCA analysis. Based on the results of the analysis carried out at four research stations in Teluk Prigi as a whole 10 species of macroalgae were found. Macroalgae density Station 1 2.65 ind / m2, Station 2 6.28 ind / m2, Station 3 2.34 ind / m2, Station 4 4.99 ind / m2. The macroalgae diversity index in Prigi Bay is in the medium category. The index value of macroalgae uniformity in Teluk Prigi is categorized as high. The index value of macroalgae dominance is in the stable category. The results of PCA analysis showed a correlation between community structure and water quality parameters. The results of the correspondence analysis showed that there were three groups of macroalgae habitat stations.Keywords: Community Structure, Macroalgae, Prigi Bay
IDENTIFIKASI DAN KELIMPAHAN MAKROALGA DI PANTAI SELATAN GUNUNGKIDUL Ach Qoidus Sodiq; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i3.8560

Abstract

ABSTRAKGunungkidul merupakan daerah selatan Yogyakarta dengan deretan pantainya yang sangat luas, salah satunya Pantai Krakal yang ada di Desa Ngastirejo yang merupakan pantai dengan potensi flora dan fauna, vertebrata dan tentunya makroalga. Makroalga merupakan tanaman tingkat rendah berukuran besar. Makroalga secara taksonomi dikelompokkan ke dalam Thallophyta karena tubuhnya terdiri dari thallus. Kelimpahan merupakan banyaknya individu yang menempati wilayah tertentu atau jumlah individu per satuan luas volume. Penelitian ini berlokasi di Pantai Selatan Gunungkidul dengan menggunakan tiga stasiun yaitu Stasiun 1 (Pantai Trenggole), Stasiun 2 (Pantai Krakal), dan Stasiun 3 (Pantai Sepanjang), dilaksanakan selama 5 hari mulai 8-12 Januari 2020. Pengambilan data makroalga menggunakan transek garis dengan sampling kuadran. Setiap jenis makroalga yang berbeda diambil sampel untuk kepentingan identifikasi jenis. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara insitu di setiap titik lokasi penelitian. Identifikasi makroalga disajikan dalam bentuk analisis deskriptif serta grafik dalam penyajian keanekaragaman, keseragaman, dominasi dan kelimpahan makroalga di Pantai Selatan Gunungkidul. Hasil analisis pada ketiga stasiun penelitian di Pantai Selatan Gunungkidul secara keseluruhan ditemukan 9 spesies makroalga. Indeks keanekaragaman di Pantai Selatan Gunungkidul termasuk dalam kategori rendah dan sedang. Indeks keseragaman masuk kategori rendah dan indeks dominasi termasuk dalam kategori stabil. Kelimpahan makroalga di Pantai Selatan Gunungkidul yaitu Stasiun 1 sebesar 35,066 ind/m2, Stasiun 2 sebesar 39,8 ind/m2 dan Stasiun 3 sebesar 30,166 ind/m2. Kelimpahan makroalga di Pantai Selatan Juga dipengaruhi oleh parameter perairan seperti suhu, salinitas, DO, pH, arus dan kecerahan.Kata Kunci : Identifikasi, Kelimpahan, Makroalga, Pantai GunungkidulABSTRACTGunungkidul is a southern area of Yogyakarta with a very wide row of beaches, one of which is Krakal Beach in Ngastirejo Village which is a beach with potential for flora and fauna, vertebrates and of course macroalgae. Macroalgae are large, low-lying plants. Macroalgae are taxonomically grouped into Thallophyta because their body consists of thallus. Abundance is the number of individuals who occupy a certain area or the number of individuals per unit volume area. This research is located on the South Coast of Gunungkidul by using three stations, namely Station 1 (Pantai Trenggole), Station 2 (Pantai Krakal), and Station 3 (Pantai Sepanjang), which was conducted for 5 days from 8-12 January 2020. Macroalgae data collection using transects lines with quadrant sampling. Each different type of macroalgae was sampled for species identification purposes. Water quality data collection was carried out in situ at each point of the study location. Macroalgae identification is presented in the form of descriptive analysis and graphs in presenting the diversity, uniformity, dominance and abundance of macroalgae on the South Coast of Gunungkidul. The results of the analysis at the three research stations on the South Coast of Gunungkidul found 9 species of macroalgae. The diversity index on the South Coast of Gunungkidul is in the low and medium categories. The uniformity index is in the low category and the dominance index is in the stable category. The abundance of macroalgae at Gunungkidul South Coast is Station 1 of 35.066 ind / m2, Station 2 of 39.8 ind / m2 and Station 3 of 30.166 ind / m2. The abundance of macroalgae on the South Coast is also influenced by water parameters such as temperature, salinity, DO, pH, currents and brightnessKeywords : Identification, Abundance, Macroalgae, South Coast of Gunungkidul
KEPADATAN FITOPLANKTON DI PESISIR PERAIRAN KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR Zaenal Arifin; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i2.8447

Abstract

ABSTRACTThe coastal area of Lamongan Regency is an area that has a high population density so that it is possible for many organic and non-organic materials to enter the waters. Phytoplankton are aquatic organisms that can be used as indicators of water quality parameters because they are primary producer in the waters. This study is to determine the density of phytoplankton with diversity index, uniformity index and dominance index. This research was conducted from December 2018 to January 2019. Then identification of phytoplankton and analysis of the laboratory of marine science at University of Trunojoyo Madura. Sampling is done at two different stations. Analysis of phytoplankton density using haemocytometer and T test for analysis of phytoplankton density statistics. Phytoplankton found consisted of 3 classes (Bacillarophyceae, Cyanophyceae and Dinophyceae) with 22 genus. Total density of phytoplankton 2,896 cells / l, where station 1 (point A 4,125 cells / l, point B 2,750 cells / l) and station 2 (point C 3,125 cells / l, point D 2,500 cells / l, point E 2,625 cells / l and point F 2,250 cells / l) fall into the mesotrophic category. The diversity index is 1,864-2,494, the uniformity index is 0,750-0,945 and the dominance index is 0,0917–0,27551, where phytoplankton is still stable between the two stations. With the value of environmental parameters temperature 28.9 - 31.3 ˚C, Dissolved Oxygen 5.6-6.2 mg / ml, Salinity 27.6-30.3 ppt, pH 6.97-7.32 and brightness 26, 6-100 cm.Keywords: Lamongan, Phytoplankton and DensityABSTRAKDaerah pesisir Kabupaten Lamongan merupakan daerah yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi sehingga dimungkinkan banyak bahan-bahan organik dan non organik yang masuk kedalam perairan. Fitoplankton merupakan organisme perairan yang mampu dijadikan sebagai indikator parameter kualitas perairan karna bersifat produsen primer di perairan. Penelitian ini untuk mengetahui kepadatan fitoplankton dengan indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominasi. Penelitian ini dilakukan dari bulan desember 2018 sampai januari 2019. Kemudian dilakukan identifikasi fitoplankton dan analisis dilaboratorium ilmu kelautan Universitas Trunojoyo Madura. Pengambilan sampel dilakukan di dua stasiun yang berbeda. Analisis kelimpahan fitoplankton menggunakan haemocytometer dan uji T untuk analisa statistik kepadatan fitoplankton. Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 3 kelas (Bacillarophyceae, Cyanophyceae dan Dinophyceae) dengan 22 genus. Total kepadatan fitoplankton 2.896 sel/l, dimana stasiun 1 (titik A  4.125 sel/l, titik B 2.750 sel/l) dan stasiun 2 (titik C 3.125 sel/l, titik D 2.500 sel/l, titik E 2.625 sel/l dan titik F 2.250 sel/l) masuk dalam kategori mesotrofik. Indeks keanekaragaman sebesar 1,864-2,494, indeks keseragaman sebesar 0,750-0,945 dan indeks dominasi sebesar 0,0917–0,27551, dimana fitoplankton masih setabil antara kedua stasiun. Dengan nilai parameter lingkungan suhu 28,9 – 31,3 ˚C, Oksigen Terlarut 5,6-6,2 mg/ml, Salinitas 27,6-30,3 ppt, pH 6,97-7,32 dan kecerahan 26,6-100 cm.Kata kunci: Lamongan, Fitoplankton dan Kepadatan
KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) PADA LAHAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN BLUTO KABUPATEN SUMENEP Desti Alam Fathoni; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 4 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i4.8994

Abstract

ABSTRAKRumput laut jenis Eucheuma cottonii  merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil karaginan. Karaginan sangat penting peranannya sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi, koloid pelindung, penggumpal dan pencegah kristalisasi. Sifat ini sangat dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas karaginan rumput laut Eucheuma cottonii di Desa Aengdake, Desa Lobuk dan Desa Pagar Batu Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rumput laut Eucheuma cottonii pada stasiun perairan Desa Pagar Batu memiliki kualitas karaginan terbaik diantara sampel rumput laut Eucheuma cottonii yang didapat pada masing-masing stasiun penelitian. Hal tersebut dibuktikan dengan kadar air sampel karaginan terendah dengan jumlah 16,67%, nilai viskositas tertinggi dengan jumlah 63,33 cP dan nilai kerapuhan sampel terkecil dengan jumlah 5,68 cm.Kata kunci: Eucheuma cottonii, kualitas karaginanABSTRACTEucheuma cottonii seaweed is one type of seaweed that produces carrageenan. Carrageenan is very important in its role as a stabilizer (balance regulator), thickener (thickener), gelling agent, emulsifier, protective colloid, coagulant and preventing crystallization. This property is widely used in the food industry, medicine, cosmetics, textiles, paints, toothpaste and other industries. This study aims to determine the quality of carrageenan seaweed Eucheuma cottonii in Aengdake, Lobuk and Pagar Batu, Bluto District, Sumenep Regency. The results obtained from this study indicate that the Eucheuma cottonii seaweed at the Pagar Batu water station has the best carrageenan quality among the Eucheuma cottonii seaweed samples obtained at each research station. This is evidenced by the lowest sample water content of carrageenan with the amount of 16.67%, the highest viscosity value with the amount of 63.33 cP and the smallest sample fragility value with the amount of 5.68 cm.Key words: Eucheuma cottonii, carrageenan quality
KELIMPAHAN BAKTERI COLIFORM PADA Cerithidea cingulata SEBAGAI INDIKATOR PENCEMAR DI PERAIRAN KAMAL KABUPATENBANGKALAN Desi Rahmawati; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i2.7578

Abstract

ABSTRACTColifrom bacteria are a group of microorganisms commonly used as indicators of water pollutants to determine whether water or waters have been contaminated by pathogenic bacteria or not. This study aims to determine the parameters of water quality in Kamal waters, to determine the presence of colifrom bacteria in Kamal waters and to determine the abundance of colifrom bacteria. The sample used in the study was Cerithidea cingulata. Sampling was carried out in 3 location points, each of which had 5 plots for taking Cerithidea cingulata. Analysis of colifrom bacteria was carried out in three stages, namely the estimation test, confirmation test and colifrom MPN calculation. Based on the National Standardization Agency and SNI 7388: 2009, the maximum limit of coliform MPN values is 3MPN / g. On the location of Kamal Poron Stone can be seen the abundance of bacteria in Cerithidea cingulata between 3-15 MPN / g. whereas at the East Port location, Kamal can be selected for bacterial abundance in Cerithidea cingulata. between 3.6 - 35 MPN/g. and at the Kamal Climb location can be seen the abundance of bacteria in Cerithidea cingulata. between 3 - 1100 MPN / g, it is suspected that Kamal waters exceed the quality standard, which is 3MPN / g.Keywords: Coliform bacteria, Cerithidea cingulata, Bioindicator, PollutionABSTRAKBakteri colifrom merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator pencemar perairan untuk menentukan air atau perairan telah terkontaminasi oleh bakteri pathogen atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter kualitas air diperairan kamal, untuk mengetahui adanya bakteri colifrom pada perairan Kamal dan untuk mengetahui kelimpahan bakteri colifrom. Sampel yang digunakan pada penelitian yaitu Cerithidea cingulata.Pengambilan sampel dilakukan 3 titik lokasi, setiap titik lokasi terdapat 5 plot untuk pengambilan Cerithidea cingulata.Analisa bakteri colifrom dilakukan dengan tiga tahap yaitu uji pendugaan, uji konfirmasi dan perhitungan MPN colifrom. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional dan SNI 7388:2009 mengatakan bahwa batas maksimal nilai MPN coliform yaitu 3MPN/g. Pada lokasi Batu Poron Kamal dapat dilihat kelimpahan bakteri pada Cerithidea cingulataantara 3 – 15 MPN/g. Sedangkan pada lokasi Pelabuhan Timur Kamal dapat dilihan kelimpahan  bakteri pada Cerithidea cingulata.antara 3,6 – 35 MPN/g. dan pada lokasi Tanjungan Kamal dapat dilihat kelimpahan bakteri pada Cerithidea cingulata.antara 3 - 1100 MPN/g maka diduga perairan Kamal melebihi batas baku mutu yaitu 3MPN/g. Kata Kunci: Bakteri Coliform, Rhinoclavis sordidula, Bioindikator, Pencemaran
STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN MUARA DAN LAUT DESA KRAMAT KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN Anip Cinta Triawan; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i1.6867

Abstract

PERBEDAAN DISTRIBUSI ALGA COKLAT (Sargassum sp.) DI PERAIRAN PANTAI SRAU DAN PIDAKAN KABUPATEN PACITAN Rifan Achmadi; Apri Arisandi
Juvenil Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v2i1.9766

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 – Maret 2019 dengan tujuan mengetahui distribusi alga coklat Sargassum sp. pada dua lokasi yang berbeda dan faktor pendukung seperti parameter perairan dan substrat. Pengambilan sampeal makroalga menggunakan transek kuadrat dengan dua stasiun yang berbeda, masing-masing ada 3 titik pengambilan sampel dengan 10 kali ualangan. Dilakukan pengambilan data parameter kualitas perairan yang meliputi Suhu, Kecerahan, Salinitas, Ph, dan DO, Arus. Ananlisis data menggunakan analisis kuantitatif. Pengujian terdiri dari analisis Indeks dispersi morisita untuk menentukan distribusi alga, Uji beda Ststistik (Independent sample t-test), dan Analisis PCA (Principle Componen Analysis).  Berdasarkan hasil penelitian ini dipatkan hasil bahwa terdapat perbedaan distribusi alga coklat Sargassum sp. pada kedua lokasi dengan nilai distribusi alga coklat Sargassum sp. Pada lokasi pertama pantai Srau diperoleh rata-rata Indeks Dispersi (id) sebesar 2,92 atau 1 (Mengelompok) sedangkan di lokasi kedua Pantai Pidakan diperoleh rata-rata Indeks Dispersi (id) sebesar 1atau = 1 (Acak). Berdasarkan hasil uji beda T (Independent Sample Test) secara statistik distribusi alga coklat sargassum sp.  pada kedua lokasi dinyatakan berbeda. Faktor yang mempengrauhi perbedaan distribusi alga coklat Sargassum sp. pada kedua lokasi yang berbeda adalah parameter perairan, subtrat, dan butir sedimen. Berdasarkan Analisis PCA (Principle Componen Analysis) parameter perairan yang paling berpengaruh adalah DO, Kecerahan, Suhu, pH, Arus, Sand, Silt. Berdasarkan analisa  substrat menggunakan segitiga sedimen, pada kedua lokasi diperoleh jenis substrat yang sama yaitu pasir (sand), sedangkan berdasarkan analisa butiran sedimen menggunakan klasifikasi wenworth didapatkan nilai ukuran butiran sedimen yang berbeda pada kedua lokasi. Di lokasi  pertama Pantai Srau diperoleh ukuran butiran sedimen katerogi pasir kasar (coarse sand). sedangkan dilokasi kedua Pantai Pidakan diperoleh ukuran butiran sedimen katerogi pasir sangat kasar (very coarse sand). Kata Kunci: Distribusi, Alga Coklat Sargassum sp., Pantai Srau dan Pantai Pidakan ABSTRACTThis study held in November 2018 - March 2019 with the aim of knowing the distribution of brown algae Sargassum sp. at two different locations and supporting factors such as water and substrate parameters. Decision sampeal macroalgae using transects squared with two different stations, each have 3-point sampling at 10 times ualangan. Data retrieval is done water quality parameters include temperature, brightness, salinity, pH, and DO. Data ananlysis using quantitative analysis. The testing consisted of morisita dispersion index analysis to determine the distribution of algae, Ststistics Differential test (Independent sample t-test), and analysis of PCA (Principle Components Analysis). Based on these results get result that there are differences in the distribution of brown algae Sargassumsp. at both locations with the value of the distribution of brown algae Sargassum sp. At the first location Srau beach gained an average of Dispersion Index (id) of 2.91 or 1 (clustered) whereas at the second location Pidakan Beach gained an average of Dispersion Index (id) of 0.99 or =1 (Random). Based on the results of different test T (Independent Sample Test) statistical distribution sargassum brown algae sp. the two different locations. Factors that hear loss differences in the distribution of brown algae Sargassum sp. the two different locations are the parameters of the water, substrate, and sediment grains. Based on the analysis of PCA (Principle Components Analysis) waters the most influential parameter is the DO, brightness, temperature, and pH. Based on the analysis of the substrate using a triangular sediment, at both locations obtained the same kind of substrate is sand (sand), whereas, based on analysis of sediment grain values obtained using the classification Wenworth different sediment grain size in both locations. At the first location Srau Beach category obtained sediment grain size of coarse sand (coarse sand). while the second location Pidakan Beach katerogi obtained sediment grain size is very coarse sand (very coarse sand).Keywords: Distribution, brown algae Sargassum sp., Srau and Pidakan Beach Pacitan
ANALISIS BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) DI PERAIRAN DESA PRANCAK KECAMATAN SEPULU, BANGKALAN Tamamu Azizid Daroini; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 4 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i4.9037

Abstract

ABSTRAKBiological Oxygen Demand (BOD) merupakan kuantitas oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk mengurai bahan organik yang terdapat di dalam air secara sempurna dengan menggunakan ukuran proses biologi dan kimia yang terjadi di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand) di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Pengambilan sampel dilakukan pada dua stasiun yang berbeda. Pengukuran parameter kualitas perairan, antara lain: DO, suhu, salinitas, pH dan kecerahan. Nilai BOD yang dinyatakan dalam milligram per liter (mg/l) merupakan selisih kandungan oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut akhir (DOi - DO5). Pengukuran nilai oksigen terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut DO meter atau secara analitik dengan cara titrasi (metode winkler, iodometri). Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan merupakan perairan yang tercemar karena memiliki kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) pada stasiun 1 dengan rata-rata sebesar 8,46 mg/l dan nilai BOD di stasiun 2 sebesar 18,48 mg/l.Kata Kunci: BOD, DO, metode winkler, Desa PrancakABSTRACTBiological Oxygen Demand (BOD) is the quantity of dissolved oxygen needed to completely break down organic matter in water by using biological and chemical processes that occur in the water. This study aims to determine Biological Oxygen Demand in the waters of the Prancak Village, Sepulu Subdistrict, Bangkalan. Sampling was carried out at two different stations. Measurement of water quality parameters, including: DO, temperature, salinity, pH and brightness. The BOD value expressed in milligrams per liter (mg/l) is the difference between the initial dissolved oxygen and the final dissolved oxygen (DOi - DO5). Measuring dissolved oxygen can be done using a device called DO meter or analytically by titration (winkler, iodometry). The waters of Prancak Village, Sepulu Subdistrict, Bangkalan are polluted waters because they have BOD (Biological Oxygen Demand) content at station 1 with an average of 8.46 mg/l and BOD value at station 2 is 18.48 mg/l.Keywords: BOD, DO, winkler method, Prancak Village
ANALISA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN BANGKALAN MADURA Listia Dewi Anggraini Sukardi; Apri Arisandi
Juvenil Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v1i1.6869

Abstract

Pemetaan Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Laut di Perairan Pesisir Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi Jawa Timur Zainul Hidayah; Apri Arisandi; Maulinna Kusumo Wardhani
Rekayasa Vol 13, No 3: December 2020
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v13i3.9858

Abstract

Pemilihan lokasi merupakan langkah awal untuk penentuan kegiatan perikanan budidaya laut yang berkelanjutan.  Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa kawasan pesisir dan laut yang berada di perairan Selat Madura dan Selat Bali, terutama pesisir Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi dialokasikan sebagai wilayah pengembangan budidaya laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik kondisi perairan Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi, khususnya mengenai kelayakan sebagai lokasi budidaya laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2020. Pengambilan data sample air laut dilakukan di  titik pengamatan yang tersebar di 15 kecamatan pesisir di Kabupaten Situbondo (Selat Madura) dan Banyuwangi (Selat Bali dan Samudera Hindia). Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis parameter kualitas perairan dan menghitung nilai indeks kesesuaian. Selain itu dilakukan pula pendugaan besarnya beban limbah dan analisis komponen utama. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya laut di Kabupaten Situbondo terletak di Kecamatan Suboh, Kendit, Arjasa dan Jangkar dengan nilai indeks kesesuaian berkisar antara 63,5-67,5. Sementara untuk Kabupaten Banyuwangi, kawasan yang sesuai untuk pengembangan budidaya laut terletak di Kecamatan Wongsorejo dan Muncar dengan nilai indeks antara 64 – 68.5. Estimasi beban limbah menunjukkan bahwa potensi limbah yang terjadi akibat budidaya laut dengan KJA adalah sekitar 0,24 ton N/10 unit karamba. Hasil perhitungan analisis komponen utama menunjukkan stasiun pengamatan memiliki karakteristik nilai parameter kualitas air yang beragam.