Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hinduism Theological Study On Albinism Phenomenon I Wayan Gama; Kadek Aria Prima Dewi PF
Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/ijhsrs.v4i1.1363

Abstract

This study aims to investigate: 1) the views of the Pucang community about albinism, 2) the inheritance pattern of albinism, 3) preventive efforts to prevent the spread of albinism, and 4) the Hinduism theology related to albinism among the Pucang community. The methods used in data collection were interviews, observation, documentation, and literature review. The collected data was analyzed descriptively. There are 9 cases of people with albinism in Desa Adat Pucang. Albino sufferers were born from parents who are close relatives. The people of Desa Adat Pucang believe that albino sufferers were descended from Bethara Pancering Akasa and assume that albino sufferers might be sacrificed as caru(ceremonial offering) during the Panca Bali Krama and Eka Dasa Ludra ceremonies in Besakih Temple. Preventive efforts that can be done to decrease the number of albinism cases are including: 1) avoiding close-family marriages, 2) making ‘awig-awig’ (rules and regulations) which contains an appeal that close-family marriages are unfortunate and, 3) genetic counseling for couples who will be married and have been married , and 4) expanding the social interaction and education of Desa Adat Pucang in order to broaden the insights about albinism.
Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Wana Parwa I Wayan Gama
LAMPUHYANG Vol 1 No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v1i1.106

Abstract

Dewasa ini, masyarakat dunia telah mengalami perkembangan pesat, karena pengaruh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesejahteraan hidup masyarakat modern merupakan buah dari proses pendidikan. Hiruk pikuk pergaulan masyarakat sekarang ini, semakin lepas dari etika pergaulan dan norma kehidupan. Hal tersebut mewajibkan masyarakat Hindu menenggok kembali kisah-kisah cerita masa lampau yang tersurat pada epos Wana Parwa, untuk menyadari agar sejarah pahit masa lampau tidak terulang di masa yang akan datang. Masyarakat modern dengan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor mampu mengantisipasi hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui isi pesan pendidikan Agama Hindu yang ada di dalam cerita Wana Parwa, (2) untuk mengetahui ajaran agama Hindu yang tersurat dalam epos Wana Parwa, dan (3) untuk mengetahui nilai pendidikan Agama Hindu yang tertuang di dalam kisah Wana Parwa. Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu dapat digunakan sebagai informasi awal para pembaca, berkenaan dengan isi pesan nilai pendidikan Agama Hindu di dalam cerita Wana Parwa. Kemudian, secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pegangan di dalam mengamalkan nilai-nilai pendidikan Agama Hindu, melalui refleksi kisah kehidupan masa lampau. Ajaran agama Hindu yang tersirat dalam epos Wana Parwa adalah ajaran etika, ahimsa, tat tuam asi, catur paramita, panca sradha, karmapala, nitisastra, dan dasa yama bratha. Nilai pendidikan Agama Hindu yang tertuang dalam cerita Wana Parwa meliputi nilai sopan santun, nilai kebenaran, nilai kesucian, nilai keindahan, nilai kejujuran, nilai toleransi, nilai penyadaran, nilai kebersihan hati, nilai kepercayaan, dan nilai kepahlawanan. Melalui penelitian ini, peneliti menyarankan kepada pendidik dan orang tua, untuk terus membaca cerita Ramayana dan Mahabrata, karena di dalam epos tersebut banyak ajaran agama Hindu yang menyimpan nilai-nilai pendidikan yang bisa digunakan sebagai pencerahan dan obor kehidupan kekinian.
Budaya Magibung Kearifan Lokal Masyarakat Karangasem dalam Menanamkan Rasa Kekeluargaan dan Persaudaraan I Wayan Gama
LAMPUHYANG Vol 4 No 1 (2013)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v4i1.136

Abstract

Bali terkenal dengan adat istiadatnya. Setiap kabupaten memiliki budaya dan tardisi yang unik. Begitu pula Kabupaten Karangasem memiliki budaya yang unik yaitu megibung. Megibung pada dasarnya merukan makan secara bersama-sama pada satu wadah yang beranggotakan maksimal delapan orang dan minimal dua orang. Megibung dilaksanakan ketika masyarakat melaksanakan yadnya. Bagi masyarakat yang tidak terbiasa dengan megibung tentu akan melihat cara amakan ini terasa aneh dan terkesan berebutan. Akan tetapi pada bila dicermati lebih jauh kesen kesen berebutan itu tidak pernah terjadi pada budaya makan megibung. Megibung sangat sarat dengan nilai filosopi. Anggota megibung berjumlah delapan orang yang duduk melingkar sesuai dengan arah dewata nawa sanga. Posisi ini melambangkan keseimbangan. Megibung dapat menciptakan keseimbangan dalam hidup. Dengan budaya megibung menanamkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Tidak jarang peserta mengibung baru kenel ketika itu kareana sama – sama menghadiri undangan. Megibung sarat dengan sejumlah nilai seperti nilai disiplin, pendidikan sosial, toleransi. Semua anggota duduk bersama tanpa membedakan warna dan status sosial. Sehungga megibung merupakan media menanamkan konsep menyama braya. Seiring dengan perubahan zaman budaya megibung juga mengalami perubahan misalnya dari olahan yang disajikan. Seiring zaman ada kesan megibung ingin ditinggalakan karena sejumlah faktor antara lain: kurang efisien, bertele-tele, kurang ekonomis, dan terkesan makanan tidak higienis. Berdasarkan kenyataan ini maka penulis dapat menyarankan hendaknya budaya megibung pada masyarakat Karangasem tetap dilestarikan dan pelaksanaannya disesuikan dengan kondisi zaman. Disamping itu pengolahan dalam penyiapan gibungan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehtan makanan yang akan disajikan dalam acara megibung.
Model Penanggulangan Pemanasan Global Melalui Reaktualisasi I Wayan Gama; I Ketut Seken; I Gede Bandem; Ida Komang Wirnata
LAMPUHYANG Vol 5 No 1 (2014)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v5i1.156

Abstract

Tujuan dari Penelitian ini adalah 1)menemukan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan Tumpek Wariga dalam rangka penanggulangan pemanasan global. 2) menemukan cara masyarakat dalam mereaktualisasikan pelaksanaan TumpekWariga. 3) Menemukan Model Penangulangan Pemanasan Global melalui reaktualisasi Tumpek Wariga. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Kubu dengan informan sebanyak 125 orang. Informan ditentukan secara purposisf. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi dan wawancara. Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi masyarakat terkait perayaan Tumpek Wariga. Selanjutnya data tentang cara masyarakat mereaktualisasi pelaksanaan Tumpek Wariga dalam menanggulangi pemanasan global (global warming) dikumpulkan dengan cara obsevasi. Datahasil penelitian dipaparkan secara deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa masyarakat Kubu memiliki persepsi perayaan Tumpek Warigabukan hanya sebatas ritual melainkan menanam pohon juga merupaka wujud perayaan Tumpek Warigawalau keduanya memiliki perbedaan terkait sarana yang digunakan. Semua informan merayakan Tumpek Warigadengan mempersembahkan sesajen ditujuakan kehadapan Bhatara Sangkara sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan. Tujuan dari pelaksanan upacara tersebut adalah untuk memohon agar tumbuhan tersebut dapat hidup subur dan berbuah lebat. Dan masyarakat desa di Kecamatan Kubu memiliki pandangan perayaan Tumpek Warigadapat digunakan sebagai model penangulangan pemanasan global. Model penanggulangan pemanasan global melaui reaktualisasi Tumpek Wariga meliputi kegiatan reboisasi yang dilakukan secara kontinu. Sehingga tercipta keseimbangan secara horisontal dan vertikal sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.
Model Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Hindu Di STKIP Agama Hindu Amlapura Tahun 2018 I Wayan Gama
Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 2 No 2-1 (2019)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan agama Hindu sangat strategis dalam system pendidikan Nasional karena intinya menyasar pengembangan akhlak. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di PT, telah diberlakukan kurikulu KKNI. Proses pembelajaran inspiratif, konstruktif dan dialogis, bisa dilihat dari model pembelajaran yang ditampilkan dosen, yang menginspirasi belajar aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, untuk membangun kemandirian belajar mahasiswa. Keberhasilan dosen meningkatkan hasil belajar agama Hindu, bertalian dengan factor unsur pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Apa kendala dosen merancang proses pembelajaran inspiratif, konstruktif dan dialogis. 2) Mengapa mahasiswa kurang focus pada pembelajaran. 3) Bagaimana model pembelajaran para dosen pada prodi Pendidikan Agama Hindu tahun akademik 2018/2019. Tujuan Penelitian adalah ; 1. Untuk mendeskripsikan kendala dosen merancang proses pembelajaran inspiratif, konstruktif dan dialogis. 2. Untuk mengetahui tindakan mandiri mahasiswa dalam proses pembelajaran. 3. Untuk mengetahui model pembelajaran dosen progam studi Pendidikan Agama Hindu tahun akademik 2018/2019. Teori yang digunakan untuk pemecahan masalah di atas adalah teori belajar behaviorisme Pavlov, teori kognitif Brunner, teori belajar social dan teori konstruktivisme Pidarta. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data digunakan metode deskriptif kualitatip dengan teknik induksi, deduksi dan argumentasi. Temuan penelitian; dosen kurang variatif penggunaan media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran mahasiswa cendrung pasif. Proses belajar dialogis masih kurang, karena pembelajaran konstruktif belum maksimal. Metode mengajar dosen masih berkisar ceramah dan tanya jawab. Mahasiswa belum mandiri dalam belajar. Belum banyak mahasiswa yang berani bertanya. Belum banyak dosen yang merancang pembelajaran yang bersifat inspiratif (ilham) dan konstruktif (bersifat membangun dan memperbaiki). Mahasiswa mengikuti perkuliahan cendrung mendengar, mencatat dan membaca power point dosen.
Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Homa Yajna di Griya Tegeh Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem I Wayan Gama
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2024): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2239

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktek, fungsi, dan nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu dalam ritual Homa Yajna di Geria Tegeh, Karangasem. Homa Yajna merupakan salah satu ritual Hindu yang bersumber dari kitab suci Veda dan bertujuan untuk memohon berbagai bentuk kesejahteraan spiritual dan material. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan empiris dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek Homa Yajna di Geria Tegeh melibatkan beberapa tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian ritual, dengan menggunakan berbagai sarana upacara seperti padi, kacang hijau, dan kayu cendana. Fungsi utama Homa Yajna meliputi permohonan kedamaian, keturunan, kebahagiaan roh, kesehatan, dan kesejahteraan hidup. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa ritual Homa Yajna mengandung nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu seperti pengendalian diri (tapa), persembahan (yajna), spiritualitas (prema), kepahlawanan (wirayuda), dan pengetahuan (jnana). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai pentingnya ritual Homa Yajna dalam membangun kehidupan spiritual yang harmonis dan mendalam bagi umat Hindu, serta memberikan kontribusi praktis dalam pelaksanaan upacara keagamaan di masa depan.