p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Lampuhyang
I Ketut Seken
Stkip Agama Hindu Amlapura

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Motivasi Konversi Agama pada Masyarakat Sege dan Muntigunung Karangasem (Studi Komparatif) I Ketut Seken
LAMPUHYANG Vol 1 No 1 (2010)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v1i1.105

Abstract

Secara umum kecendrungan beragama di Bali mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya, tidak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis. Fenomena ini kenyataannya di Sege dan Muntigunung tidak mutlak, mengingat di kedua tempat tersebut terjadi konversi agama dengan pertimbangan-pertimbangan yang logis, kendatipun dengan intensitas perkembangan yang berbeda. Proses konversi agama di Sege sangat berbeda dengan di Muntigunung. Di Sege diawali dengan mempelajari sebuah Alkitab namun di Muntigunung diawali dengan iming-iming bantuan kebutuhan sandang dan pangan dari pihak misionaris. Di Sege faktor utama terjadinya konversi agama disebabkan oleh faktor srada, kekosongan srada dan perkawinan, namun di Muntigunung terjadi konversi agama disebabkan oleh faktor ekonomi, dadia/klen, desa adat dan peran misionaris. Konversi agama yang disebabkan oleh srada sangat kuat bertahan, namun kalau faktor ekonomi sangat mudah kembali pada agama semula.
Magibung di Karangasem sebuah Kajian Pendidikan Moral I Ketut Seken
LAMPUHYANG Vol 2 No 2 (2011)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v2i2.117

Abstract

Magibung merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilaksanakan pada setiap kegiatan upacara Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusia Yadnya dan Bhuta Yadnya di Karangasem. Acara magibung dimaksud adalah makan bersama menghadapi satu wadah atau tempat yang berisi nasi beserta lauk pauknya menjadi satu tempat. Dalam artikel acara magibung ini bertujuan untuk mendapatkan nilai praktis dan nilai pendidikan moral. Penulisannya menggunakan pendekatan deskriftif kwalitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengolahan data dengan metode diskriftif dan komparatif. Nilai praktis dengan sistem magibung yaitu menghitung banyaknya tamu yang makan pada suatu acara, secara matematika dapat dihitung demikian: banyaknya tamu yang datang dibagi 6 = X sela, sehingga si pemilik kerja dapat menghitung penghabisan sebelumnya. Apabila mendatangkan tamu sebanyak 600 orang maka gibungan yang harus disiapkan sebanyak 100 gibungan. Nilai Pendidikan Moral dalam acara adat Magibung adalah : dapat meningkatkan sikap kekeluargaan, mendewasakan sikap anak, menerapan sikap sosial yang mengacu pada ajaran Tat Twam Asi.
Eksistensi Pura Manik Kembar terhadap Kelahiran Anak Kembar di Bali I Ketut Seken
LAMPUHYANG Vol 3 No 1 (2012)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v3i1.124

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan keberadaan Pura Manik Kembar terhadap kelahiran anak kembar di Bali. Prosodur pengumpulan dan pencatatan data penelitian dilakukan sebagai berikut: (1) observasi non partisipasi, (2) telaah pustaka lokal, (3) mengedarkan koesioner, dan (4) wawancara mendalam. Hasilnya menunjukkan bahwa (1) sejarah Pura Manik Kembar tidak bisa lepas dengan hasil pesamuan sekta-sekta di Bali di bawah koordinator Empu Kuturan, (2) keberadaan Pura Pura Manik Kembar diyakini sebagai tempat memohon keselamatan dan penyucian bagi anak kembar di Bali, dan (3) berdasarkan perubahan nama yang terjadi beserta para pemedekyanya maka dapat diketahui bahwa terjadi/terdapat perubahan status pura dari Pura Kayangan Tiga (Dalem Bulakan) menjadi Pura Kayangan Desa Datah (Pura Batu Belah) dan selanjutnga menjadi Pura Kayangan Jagat (Pura Manik Kembar). Latar belakang Pura Manik Kembar disebut sebagai pura Kahyangan Jagat karena pura ini penyungsungnya adalah seluruh umat Hindu dari semua klen (catur wangsa) yang ada di Bali atau di Indonesia.
Model Penanggulangan Pemanasan Global Melalui Reaktualisasi I Wayan Gama; I Ketut Seken; I Gede Bandem; Ida Komang Wirnata
LAMPUHYANG Vol 5 No 1 (2014)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v5i1.156

Abstract

Tujuan dari Penelitian ini adalah 1)menemukan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan Tumpek Wariga dalam rangka penanggulangan pemanasan global. 2) menemukan cara masyarakat dalam mereaktualisasikan pelaksanaan TumpekWariga. 3) Menemukan Model Penangulangan Pemanasan Global melalui reaktualisasi Tumpek Wariga. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Kubu dengan informan sebanyak 125 orang. Informan ditentukan secara purposisf. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi dan wawancara. Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi masyarakat terkait perayaan Tumpek Wariga. Selanjutnya data tentang cara masyarakat mereaktualisasi pelaksanaan Tumpek Wariga dalam menanggulangi pemanasan global (global warming) dikumpulkan dengan cara obsevasi. Datahasil penelitian dipaparkan secara deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa masyarakat Kubu memiliki persepsi perayaan Tumpek Warigabukan hanya sebatas ritual melainkan menanam pohon juga merupaka wujud perayaan Tumpek Warigawalau keduanya memiliki perbedaan terkait sarana yang digunakan. Semua informan merayakan Tumpek Warigadengan mempersembahkan sesajen ditujuakan kehadapan Bhatara Sangkara sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan. Tujuan dari pelaksanan upacara tersebut adalah untuk memohon agar tumbuhan tersebut dapat hidup subur dan berbuah lebat. Dan masyarakat desa di Kecamatan Kubu memiliki pandangan perayaan Tumpek Warigadapat digunakan sebagai model penangulangan pemanasan global. Model penanggulangan pemanasan global melaui reaktualisasi Tumpek Wariga meliputi kegiatan reboisasi yang dilakukan secara kontinu. Sehingga tercipta keseimbangan secara horisontal dan vertikal sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.
Konservasi Tradisi Magibung sebagai Upaya Pembentukan Karakter Generasi Muda Hindu di Karangasem I Ketut Seken
LAMPUHYANG Vol 5 No 2 (2014)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v5i2.163

Abstract

Penelitian semacam ini penting dilaksanakan karena bertujuan untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi magibung dan upaya mengonservasinya. Penelitian ini difokuskan pada Kecamatan Karangasem, Kecamatan Manggis, Kecamatan Abang, dan Kecamatan Kubu.Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen. Data yang telah terkumpul nantinya dianalisis dengan menggunakan model alir Miles dan Haberman, yakni dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi serta penarikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (1) Tradisi magibung di Karangasem kaya dengan nilai-nilai pembentukan karakter generasi muda Hindu. Nilai-nilai pembentuk karakter generasi muda Hindu yang terkandung dalam tradisi magibung adalah nilai pembentuk karakter religius, nilai nilai pembentuk karakter toleransi, nilai pembentuk karakter disiplin, nilai pembentuk karakter bersahabat/komunikatif, nilai pembentuk karakter demokratis, nilai pembentuk karakter cinta damai, nilai pembentuk karakter peduli sosial, nilai pembentuk karakter peduli lingkungan, nilai pembentuk karakter tanggung jawab, dan nilai pembentuk karakter kerja sama. Dari kesepuluh nilai pembentuk karakter tersebut, nilai yang paling menonjol adalah nilai pembentuk karakter kerja sama yang berlandaskan rasa saling asah, saling asih, dan saling asuh. (2) Strategi yang dapat ditempuh untuk mengonservasi tradisi magibung di Karangasem adalah dengan cara mengoptimalkan peran keluarga, sekolah, masyarakat melalui optimalisasi peran desa adat atau banjar adat, dan pemerintah. Pihak-pihak tersebut harus saling bersinergi atau bekerja sama dalam pelestarian tradisi magibung, yang merupakan salah satu warisan budaya Bali.
Tri Pramana sebagai Pendekatan Saintifik Berbasis Agama Hindu dalam Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di Sekolah Dasar I Ketut Seken; I Komang Badra
LAMPUHYANG Vol 10 No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v10i1.177

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Tri Pramana sebagai pendekatan saintifik berbasis agama Hindu dalam pembelajaran Agama Hindu, di Sekolah Dasar. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan studi dokumen, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini ada 3 (tiga) sebagai berikut. (1) Aplikasi pendekatan Tri Pramana dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu (PAH) di SD menekankan pada tiga aspek dalam Tri Pramana, baik yang tertuang dalam Upadesa (Agama Pramana, Pratyaksa Pramana, dan Anumana Pramana) maupun yang tertuang dalam Whraspati Kalpa (Gurutah, Sastratah, dan Swatah). (2) Implementasi pendekatan Tri Pramana dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di SD pada dasarnya relevan dengan pendekatan saintifik dalam pengimplementasian kurikulum 2013. Pratyaksa Pramana sejalan dengan proses mengamati sekaligus menanya karena setelah melakukan pengamatan memungkinkan muncul pertanyaan dari siswa. Agama Pramana sejalan dengan proses mengeksplorasi karena dalam proses pengumpulan data/informasi, siswa dapat membaca sumber pustaka ataupun melakukan wawancara dengan guru yang bersangkutan atau orang lain yang dianggap mampu. Anumana Pramana sejalan dengan proses mengasosiasi dan mengmunikasikan, karena dalam mengasosiasi, siswa mencari hubungan melalui ilustrasi sehingga dapat ditarik simpulan yang selanjutnya dikomunikasikan kepada siswa lainnya. Akan tetapi, proses itu atau kesejalanan itu tidak berlaku mutlak.
Upaya Meningkatkan Kesiapan Calon Guru Agama Hindu dalam Mengimplementasikan Medode Pembelajaran Agama melalui Drill I Ketut Seken
LAMPUHYANG Vol 12 No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v12i2.275

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan calon guru Agama Hindu dalam mengimplementasikan metode pembelajaran agama. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP Agama Hindu Amlapura dengan menyasar mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Hindu. Data dikumpulkan dengan metode observasi, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif untuk mengukur kesiapan calon guru dala mengimplementasikan metode pembelajaran agama. Hasilnya adalah dalam proses pembinaan ternyata dapat meningkatkan kesiapan calon guru Pendidikan Agama Hindu dalam mengimplementasikan metode pembelajaran agama. Sebagai buktinya, pada siklus I, kesiapan calon guru Pendidikan Agama Hindu secara klasikal tergolong cukup siap dengan skor rata-rata sebesar 17,14; sedangkan persentase jumlah calon guru yang tergolong siap secara individual sebesar 28,57% atau hanya 2 (dua) orang calon guru yang tergolong siap. Sementara itu, pada siklus II, secara klasikal kesiapan calon guru Pendidikan Agama Hindu secara klasikal tergolong siap dengan skor rata-rata sebesar 19,29 dan persentase jumlah calon guru yang tergolong siap sebesar 71,43% atau sejumlah 5 orang calon guru yang tergolong siap.