Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

STUDI MIKROBIOLOGI DAN SIFAT KIMIA MIKROORGANISME LOKAL (MOL) YANG DIGUNAKAN PADA BUDIDAYA PADI METODE SRI (System of Rice Intensification) Arum Asriyanti Suhastyo; Iswandi Anas; Dwi Andreas Santosa; Yulin Lestari
Sainteks Vol 10, No 2 (2013): SAINTEKS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v10i2.148

Abstract

Penggunaan larutan mikroorganisme lokal (MOL) dalam metode SRI budidaya padi yang dikembangkan di Indonesia dimulai awal sejak persiapan bibit fase vegetatif, pembentukan malai dan pengisian bulir padi. MOL adalah cairan yang dapat dibuat dari bahan yang tersedia di sekitar kita seperti sisa sayuran, rebung, keong mas, buah maja, daun gamal, bonggol pisang, nasi, urine kelinci, dan lain-lain. Cairan umumnya diberikan 10, 20, 30, 40 dan 60 hari setelah tanam (HST ) atau sesuai kebutuhan. Penelitian ini menggunakan larutan MOL yang terbuat dari bonggol pisang, keong mas dan urin kelinci. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan mikrobaa, identifikasi mikrobaa dan sifat kimia dalam MOL bonggol pisang, keong mas dan urin kelinci. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah IPB. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor (waktu) dan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan MOL bonggol pisang memiliki rata-rata nilai pH terendah (4,2-4,5) dan nilai EC tertinggi (10,44-12,82 mikrodetik/cm) selama proses fermentasi. MOL keong emas memiliki rata-rata pH tertinggi (4,5-6,55) dan dan yang paling oksidatif - reduktif nilai Eh [ 269-(-381) mV ] selama proses fermentasi. MOL urin kelinci memiliki nilai rata-rata terendah dari EC (2,18-2,23 mikrodetik/cm) dan mengandung lebih banyak unsur K, Ca, Mg, Cu, Zn, Fe dan Mg dari kedua jenis MOL lainnya. Selanjutnya, Bacillus sp., Aeromonas sp. dan Aspergillus niger diidentifikasi dalam MOL dari bonggol pisang. MOL dari keong mas mengandung Staphylococcus sp. dan Aspergillus niger, sedangkan MOL urin kelinci memiliki Bacillus sp. , Rhizobium sp. , Pseudomonas sp. , Aspergillus niger dan Verticillium sp. Kata kunci : SRI, MOL, sifat kimia MOL, identifikasi mikrobaa
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica chinensis L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR MOL DAN PUPUK KOTORAN KELINCI Arum Asriyanti Suhastyo; Fanny Tri Raditya
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 3 No 1 (2017): Edisi Oktober
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan bahan organik yang ada di lingkungan sekitar sebagai bahan MOL (mikroorganisme lokal) dan pupuk kotoran kelinci merupakan teknologi yang mudah, murah, ramah lingkungan serta berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji respon pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica chinensis L.) terhadap pemberian pupuk organik cair MOL dan pupuk kotoran kelinci. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok factorial, dengan dua faktor yang dicobakan yaitu dua jenis MOL dan pupuk kotoran kelinci. Faktor pertama terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu M0 = tanpa MOL (kontrol), M1 = MOL bonggol pisang 24%, M2 = MOL daun gamal 24%. Faktor kedua terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu N0 = tahap pupuk kotoran kelinci, N1 = pupuk kotoran kelinci 10 ton/ha, N2 = pupuk kotoran kelinci 15 ton/ha, N3 = pupuk kotoran kelinci 20 ton/ha. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 36 plot percobaan. Untuk mengetahui respon yang diamati dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pupuk organik cair MOL dan pupuk kotoran kelinci tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman pakcoy.
EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR ENTOMOPATOGEN PADA SENTRA TANAMAN UBI KAYU BANJARNEGARA Eko Apriliyanto; Arum Asriyanti Suhastyo
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 5 No 1 (2019): Edisi Desember
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu sentra wilayah produksi ubi kayu diJawa Tengah. Hama utama di sentra tanaman ubi kayu Kecamatan Purwanegara,Banjarnegara yaitu uret. Upaya pengendalian hama uret yang telah dilakukan masyarakatberupa penggunaan insektisida, penggunaan bahan nabati, dan gropyokan belum optimalhasilnya. Upaya pengendalian yang belum pernah dilakukan berupa pemanfaatan musuh alamihama uret sebagai agen hayati. Agen hayati hama uret dapat berupa jamur entomopatogen.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keberadaan jamur entomopatogen danmengidentifikasi hasil isolasi dari tiap sampel tanah yang diambil pada sentra tanaman ubikayu di Banjarnegara. Penentuan pengambilan contoh lahan pengamatan sebaran hama uretmenggunakan teknik samping purposive. Eksplorasi jamur entomopatogen menggunakanmetode umpan serangga. Umpan serangga yang digunakan yaitu larva Tenebrio molitar(ulat hongkong). Tidak ditemukan hama uret pada lahan pengamatan di kecamatanPurwanegara. Jamur entomopatogen yang diperoleh dari lahan tanaman ubi kayu kecamatanPurwanegara yaitu Beauveria bassiana asal Danaraja. Isolat asal Danaraja tersebut berpotensidikembangkan sebagai agen hayati pengendali hama uret.
IMPLEMENTASI MODEL SPASIAL EROSI LAHAN DI KECAMATAN PAGENTAN KABUPATEN BANJARNEGARA Fanny Tri Raditya; Arum Asriyanti Suhastyo
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 6 No 1 (2020): Edisi Juni
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Erosion is the transfer of soil material from one place to another by certain media, such as water, wind and so forth. The transfer of soil from one place to another will cause some undesirable effects because in the place of origin of the land, its removal / erosion will make the soil more open and the nutrients needed by plants are lost because most of the substances / nutrients have been eroded. The rationale behind this research, due to concerns about the many events of land erosion that occur due to land damage. Accordingly the concept needs to be made in the form of spatial modeling of the amount of land erosion, which is based on Geographic Information Systems using ArcView GIS software. It is expected that the built model can be applied to a city / regency area as a data base of the government or related agencies, so that information on the magnitude of erosion maps can be disseminated early, in order to anticipate these concerns in the context of mitigating natural disasters. Kata kunci: erosi, lahan, Sistem Informasi Geografis Abstrak Erosi merupakan perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media tertentu, seperti air, angin dan lain sebagainya. Perpindahan tanah dari tempat satu ke tempat lain tersebut akan menimbulkan beberapa dampak yang tidak diinginkan karena di tempat asal tanah tersebut, perpindahannya/pengikisannya akan membuat tanah lebih terbuka dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman hilang karena sebagian besar zat/nutrisi telah terkikis. Dasar pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini, karena timbulnya keprihatinan terhadap banyaknya kejadian erosi lahan yang terjadi akibat dari adanya kerusakan lahan. Dengan demikian perlu dibuat konsep berupa pemodelan secara spasial tentang besarnya erosi lahan, yang didasarkan pada Sistem Informasi Geografis dengan memanfaatkan perangkat lunak ArcView GIS. Diharapkan model yang telah terbangun dapat diterapkan pada suatu wilayah kota/kabupaten sebagai data base pemerintah atau instansi terkait, sehingga informasi mengenai peta besarnya erosi dapat disebar luaskan secara dini, guna mengantisipasi keprihatinan tersebut dalam rangka mitigasi bencana alam erosi lahan.
PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI MOL (MIKROORGANISME LOKAL) DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MACADAMIA (Macadamia integrifolia) Arum Asriyanti Suhastyo; Eko Apriliyanto
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 6 No 1 (2020): Edisi Juni
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Efforts to reduce the use of chemical fertilizer can be done by utilizing organic materials in the environment such as moringa leaves. Moringa leaves are rich in zeatin, cytokines, ascorbate, phenolic and mineral such as Ca, K, and Fe which can trigger plant growth. This study aims to determinate the effect of giving some Mol concentrations of moringa leaves on the growth of macademia seddlings. The research design used was a Complete Randomized Block Design with 5 treatments and 6 replications, so that there were 30 research units. As for the five treatment, K0 = without fertilizer, K1 = inorganic leaf fertilizer (Growmore 32-10-10 concentration 1 g/L), K2 = Mol moringa leaves 30 mL/L, K3 = Mol moringa leaves 50 mL/L, K4 = Mol moringa leaves 70 mLlL. Data were analyzed using the F test, if significantly different followed by the Duncan Multiple Range Test (DMRT) level 5%. Observation parameters were plant height, number of leaves, seedling wet weight and root length. The result showed that the administration of Mol of moringa leaves has not been able to increase plant height, number of leaves, wet weight of seeds, and root length of macadamia seeds. Kata kunci: bibit, daun, kelor, organik, pertumbuhan Abstrak Upaya pengurangan penggunaan pupuk kimia dapat dilakukan dengan pemanfaatan bahan organik yang ada di lingkungan seperti daun kelor (Moringa oleifera). Daun kelor kaya akan zeatin, sitokinin, askorbat, fenolik dan mineral seperti Ca, K dan Fe yang dapat memicu pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa konsentrasi Mol daun kelor terhadap pertumbuhan bibit macadamia (Macadamia integrifolia). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 5 perlakuan dan 6 ulangan, sehingga terdapat 30 unit penelitian. Adapun kelima perlakuannya yaitu K0 = tanpa pupuk, K1 = pupuk daun anorganik (Growmore 32-10-10 konsentrasi 1 g/L), K2 = Mol daun kelor 30 mL/L, K3 = Mol daun kelor 50 mL/L, K4 = Mol daun kelor 70 mL/L. Data dianalisis menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (DMRT) taraf 5%. Parameter pengamatan berupa tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah bibit dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan pemberian Mol daun kelor belum mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah bibit, dan panjang akar bibit macadamia.
PENAMBAHAN BAHAN PERENDAM TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C SERBUK CABAI Dwi Ari Cahyani; Arum Asriyanti Suhastyo
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 6 No 2 (2020): Edisi Desember
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Processing of chili powder is an alternative to overcome the abundance of chilies at harvest time. This is because of natural characteristics red chilies which are easily rotten and have short storage period. The process of making chili powder requires a drying process which can affect the vitamin C content in chilies. The research intend, to determine the effect of the soaking agent on the content of vitamin C and moisture content in chili powder. This study applies an experimental research method. The experimental design used was a Randomized Block Design (RBD) with 3 replications. Analysis of vitamin C content was carried out by using the iodometric titration method. Determination of water content of chili powder using the thermogravimetric method. The results of analysis, were used in further tests to determine whether there were significant differences between various treatments using the DMRT (Duncan Multiple Range Test). The results showed that the difference in the soaking ingredients used did not show any significant differences in the content of vitamin C and water content in the chili powder. The treatment of the soaking material variables and the length of soaking time did not affect the vitamin C content and moisture content of the resulting chili powder. Soaking ingredients and soaking time have not been able to maintain the vitamin C content and reduce the water content in the chili powder. Kata Kunci: cabai, kadar air, vitamin C Abstrak Pengolahan serbuk cabai merupakan salah satu alternatif mengatasi melimpahnya cabai pada saat panen raya. Hal ini merupakan karakteristik alami cabai merah yang mudah busuk dan memiliki umur simpan yang rendah. Proses pembuatan serbuk cabai membutuhkan proses pengeringan yang dapat mempengaruhi kandungan vitamin C yang ada dalam cabai. Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui pengaruh bahan perendam terhadap kandungan vitamin C dan kadar air yang terdapat dalam serbuk cabai. Penelitian ini menerapkan metode penelitian eksperimen. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Analisis kandungan vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodometri. Penentuan kadar air serbuk cabai menggunakan metode termogravimetri. Hasil analisis, selanjutnya digunakan uji lanjutan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang nyata antar berbagai perlakuan dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan bahan perendam yang digunakan tidak menunjukan adanya beda nyata terhadap kandungan vitamin C dan kadar air yang ada pada serbuk cabai. Perlakuan variabel bahan perendam dan lama waktu perendaman yang dilakukan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan vitamin C dan kadar air pada serbuk cabai yang dihasilkan. Bahan perendam dan lama perendaman belum mampu mempertahankan kandungan vitamin C dan menurunkan kadar air yang ada dalam serbuk cabai.
APLIKASI MOL DAUN KELOR DAN REBUNG BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) Arum Asriyanti Suhastyo; Bondan Hary Setiawan
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 6 No 2 (2020): Edisi Desember
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pakcoy plant cultivation can be carried out organically or inorganically, but to get high quality pakcoy plants, of course organic cultivation must be done immediately, considering the more residues generated from the use of inorganic fertilizers and inorganic pesticides One of the efforts made in cultivation without using materials -Chemicals that will damage the environment are the use of local microorganisms (Mol). Natural ingredients that contain growth stimulants and local microorganisms, including moringa leaves and bamboo shoots. This study aims to determine the effect of giving some moringa and bamboo shoots to the growth and yield of pakcoy plants. The research design used was factorial randomized block design, with two factors being tested, namely the administration of moles and the dose of fertilization. The first factor P1 = mol of moringa leaves, P2 = mol of bamboo shoots. The second factor is the fertilizer dose D1 = 60 ml / l, D2 = 70 ml / l, D3 = 80 ml / l. Each treatment was repeated 3 times to obtain 18 experimental plots. Data were analyzed using the F test, if significantly different, then continued with the Duncan Test (DMRT) level of 5%. The conclusion of this study showed that the application of moringa leaves and bamboo shoots on the growth and yield of pakcoy was not able to increase plant height, number of leaves and plant fresh weight. The mole dose of moringa leaves 70 ml / l is the optimum mole dose to give the highest average plant growth yield of 8,62 cm and the best yield of pakcoy weighing 3.45 g. and a dosage of Mol bamboo shoots 70 ml / l gave the best results for the growth of the number of leaves an average of 7,98 pieces. Kata kunci: rebung, dosis, kelor, organik Abstrak Budi daya tanaman pakcoy bisa dilakukan secara organik maupun anorganik, namun untuk mendapatkan hasil tanaman pakcoy yang bermutu tinggi tentunya budidaya secara organik harus segera dilakukan, mengingat semakin banyak residu yang dihasilkan dari penggunaan pupuk anorganik dan pestisida anorganik. Salah satu upaya yang dilakukan dalam budidaya tanpa menggunakan bahan-bahan kimia yang akan merusak lingkungan adalah dengan penggunaan mikroorganisme lokal (Mol). Bahan alami yang mengandung zat perangsang pertumbuhan serta mikroorganisme lokal, diantaranya adalah daun kelor dan rebung bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa konsentrasi Mol daun kelor dan rebung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial, dengan dua faktor yang dicobakan yaitu pemberian Mol dan dosis pemupukan. Faktor pertama P1 = Mol daun kelor, P2 = Mol rebung Faktor kedua dosis pemupukan D1= 60 ml/l, D2= 70 ml/l, D3= 80 ml/l. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 18 plot percobaan. Data dianalisis menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (DMRT) taraf 5%. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan Aplikasi Mol daun kelor dan rebung bambu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy belum mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot segar tanaman. Dosis Mol daun kelor 70 ml/l merupakan dosis Mol yang optimum untuk memberikan hasil pertumbuhan rata-rata tanaman tertinggi 8,62 cm dan hasil pakcoy terbaik seberat 3,45 g. dan dosis Mol rebung bambu 70 ml/l memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan jumlah daun rata-rata sebanyak 7,98 helai.
KAJIAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS AZOLLA Arum Asriyanti Suhastyo
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 8 No 1 (2022): Edisi Desember
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Azolla is an organic material wealthy in nutrients, particularly nitrogen, required for lowland rice. The employment of Azolla as fertiliser for rice doesn’t ought to be costly and might even suppress weed growth. This study aimed to see the most effective application of Azolla to rice growth. The analysis technique used was a Randomized Block Style Design (RAKL) with a pair of treatments being tried. The treatment of 1 dose of Azolla consisted of a dose of Azolla 0 (A1), Azolla 30 g/bucket(A2) and a dose of Azolla 45 g/bucket. (A3). Treatment 2 was immersion consisting of immersion (B1) and no immersion (B2). Azolla was applied 2 times, half the dose 1 week before planting and 10 days after planting. Every treatment was recurrent 5 times thus there were 30 experimental treatments. The data were analyzed using the F test, if it was significantly different, it was followed by Duncan's test (DMRT) at a 5% level. The result of this research is that Azolla dose treatment and immersion have not been able to increase plant height and the number of tillers.Keywords: Azolla, fertilizer, paddy
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Mekar Rahayu Banjarnegara melalui Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati Daun Mindi Eko Apriliyanto; Arum Asriyanti Suhastyo
ALKHIDMAH: Jurnal Pengabdian dan Kemitraan Masyarakat Vol. 2 No. 4 (2024): Oktober: Jurnal Pengabdian dan Kemitraan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurul Qarnain Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59246/alkhidmah.v2i4.1117

Abstract

Efforts to utilize garden land are expected to improve the family's economy by reducing spending on consumer vegetables. The obstacles faced in the use of home gardens are agricultural inputs in the form of fertilizers and pesticides, the use of which requires assistance. Fertilizer and pesticide products available around generally consist of synthetic chemicals. Excessive use of these two products can cause several negative impacts, one of which is residue on the harvest.  Therefore, it is necessary to use vegetable materials to make pesticides. The methods used were lectures, discussions, delivery of questionnaires, practice of making and applying mindi leaf vegetable pesticides. Participants experienced increased knowledge and skills in the manufacture and application of mindi leaf vegetable pesticides. The results of the correlation analysis between variables show that the correlation between education level and age is -0.3650. The correlation between education level and test scores is 0.6052. The correlation between age and test scores is -0.2206. The correlation between education level and age with test scores is -0.5240.
Pemberdayaan Sekolah Lansia Center of Exellent Bina Keluarga Lansia Istiqomah Banjarnegara Melalui Pelatihan Pembibitan Tanaman Eko Apriliyanto; Arum Asriyanti Suhastyo; Bondan Hary Setiawan
Panggung Kebaikan : Jurnal Pengabdian Sosial Vol. 2 No. 3 (2025): Agustus: Panggung Kebaikan : Jurnal Pengabdian Sosial
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62951/panggungkebaikan.v2i3.1988

Abstract

This empowerment program for senior citizens at Banjarnegara Polytechnic focuses on improving agricultural skills, particularly plant propagation techniques. Many senior citizens, despite their extensive farming experience, rely on outdated methods that yield suboptimal results, such as poor seedling quality and low germination rates. The program, held on October 3, 2024, at Banjarnegara Polytechnic, aimed to introduce modern agricultural techniques and enhance the participants' knowledge and skills in plant propagation. A total of 25 participants from the CoE BKL Istiqomah attended, with educational backgrounds ranging from elementary school to bachelor's degrees. The event utilized a combination of lectures, practical exercises, and discussions to provide both theoretical knowledge and hands-on experience. The lecture, conducted in Room C.1.2, introduced the basics of plant propagation, while the practical exercises took place at the nursery field of Banjarnegara Polytechnic. The participants gained valuable insights into modern techniques, which they applied directly at the site, ensuring a better understanding of the processes involved. The post-event questionnaire revealed that many participants still viewed farming as a valuable and promising profession, though concerns about the future of farming and its generational continuity were raised. Many participants expressed concerns about passing on farming traditions to the younger generation, indicating a gap between the older and younger generations in agricultural practices. Overall, the program successfully increased the participants' skills in plant propagation and revitalized their enthusiasm for agriculture. Through this activity, senior citizens have been empowered with modern farming knowledge, bridging the gap between traditional and contemporary agricultural practices. The program also opened opportunities for seniors to engage in the modern agricultural sector, fostering a sense of confidence and motivation to continue contributing to the community’s agricultural development.