Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

KEMAMPUAN BAKTERI DARt EKOSISTEM AIR HITAM KALIMANTAN TENGAH DALAM MEROMBAK MINYAK BUMI DAN SOLAR Iswandi Anas; Noegroho Hadi; Dwi Andreas Santosa
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 2 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.703 KB) | DOI: 10.29244/jitl.2.2.1-7

Abstract

The objective of this experiment was to evaluate the abili!y of bacteria strains isolated from black water ecosystem of Central Kalimantan in degrading crude oil and diesel oil. The experiment was conducted at the Laboratory of Soil Biology, Department of Soil Sciences, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University (IPB). The crude oil degrading ability of bacteria was tested on a minimum liquid medium (Gurujeyalakshmi dan Orial, 1989) and soil. Six crude oil and diesel oil degrading bacteria were isolated. The bacteria were identified as Bacillus panthotenticus (2 strains), B. circulars (1 strain), Pssudomonas diminuta (1 strain), P. stufzeri (1 strain) and Klebsiella edwardsii (1 strain). These bacteria were able to degrade crude oil or diesel oil whether in a liquid minimum medium or in soil.On a minimum liquid medium, after 10 days incubation, bacteria were able to degrade 20.49% of the crude oil, while in the Entisol soil, after 7 days of incubation, as high as 40.29% of crude oil was degraded and after 28 days incubation, 64.95 of crude oil had been degraded by selected bacteria.
INOKULASI GANDA RHIZOBIUM DENGAN CENDAWAN ARBUSCULAR MIKORIZA PADA BANGKUANG Iswandi Anas; T Yulliawati; J Heinzemann
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 2 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.064 KB) | DOI: 10.29244/jitl.2.2.18-22

Abstract

Single inoculation with respectively three strains of Rhizobium (Ci-1, Ci-2, Ci-3) and two strains of arbuscular mycorrhizal fungi (78-1 and 41-3) as well as their double inoculation had been tested for their effectiveness in increasing the growth of yam bean (Pachyrhizus erosus) in a greenhouse experiment. This study was conducted at the Laboratory of Soil Biology, Department of Soil Sciences, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University (IPB) Bogor. The results showed that all Rhizobium inoculation did not increase the growth of yam bean. On the other hand, inoculation with two strains of arbuscular mycorrhizal fungi increased the plant growth significantly (4 times for strain 78-1 and 1.46 time for 41-3). Double inoculation between three Rhizobium strains and two of arbuscular mycorrhizal fungi strains (78-1 and 41-3) was not significantly different from a single arbuscular mycorrhizal fungi inoculation (78-1 or 41-3).
PERANAN RIZOBAKTERI DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PENYERAPAN HARA SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) Bedah Rupaedah; Iswandi Anas; Dwi Andreas Santosa; Wahono Sumaryono; Sri Wilarso Budi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 2 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.403 KB) | DOI: 10.29244/jitl.16.2.45-52

Abstract

Efisiensi pemakaian pupuk kimia dapat didefinisikan berdasarkan aspek agronomi. Secara umum, semakin banyak hara yang diserap tanaman untuk meningkatkan hasil panen, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Pelacakan jumlah hara yang dapat diserap tanaman dalam meningkatkan produksi adalah komponen kunci untuk mengukur efisiensi hara. Percobaan lapangan dilakukan untuk menilai peranan rizobakteri dan fungi mikoriza arbuskular (FMA) pada berbagai konsentrasi pupuk kimia pada budidaya sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench). Dua galur rizobakteri (Mycobacterium senegalense 73LR dan Bacillus firmus 80JR) serta dua galur FMA (Gigaspora sp. 40MDL dan Glomus sp. 38MDL) digunakan sebagai inokulan dengan penambahan beberapa variasi konsentrasi pupuk kimia. Bobot biomasa, kandungan gula, serapan fosfor, kalium dan nitrogen dianalisis. Inokulasi rizobakteri mampu meningkatkan tinggi tanaman dan kandungan P pada taraf p<0.01, sedangkan bobot biomassa, kandungan gula, serapan P dan K pada taraf p<0.05. Inokulasi FMA saja berpengaruh nyata terhadap bobot biomassa dan kandungan N pada taraf p<0.01, sedangkan kandungan gula pada taraf p<0.05. Sementara itu, interaksi rizobakteri dan FMA mampu meningkatkan bobot biomassa, kandungan dan serapan K, serta efisiensi penyerapan hara N. Secara keseluruhan pengaruh inokulasi rizobakteri, FMA dan pupuk kimia serta interaksi faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan bobot biomasa, kandungan gula, serapan P dan K, serta efisiensi penyerapan hara N oleh tanaman sorgum manis. Dengan demikian, pemakaian rizobakteri dan FMA berpotensi meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya produksi budidaya sorgum manis.
KOMBINASI PUPUK ORGANIK HAYATI DAN PUPUK FOSFAT UNTUK PENINGKATAN KERAGAAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Abdul Hasyim Sodiq; Iswandi Anas; Dwi Andreas Santosa; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 1 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.872 KB) | DOI: 10.29244/jitl.16.1.38-44

Abstract

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik hayati diperkaya mikrob tanah terhadap keragaan tanaman, populasi total mikrob dan populasi mikrob pelarut fosfat di pembibitan kelapa sawit. Persiapan media tanam dilakukan dengan mengambil lapisan tanah atas (topsoil) dengan kedalaman maksimal 25 cm kemudian tanah tersebut dikering anginkan dan dimasukkan ke dalam setiap kantong plastik media tanam dengan volume masing-masing 5 kg. Pengukuran parameter keragaan tanaman bibit kelapa sawit dilakukan dari minggu ke-4 setelah tanam (MST) hingga ke-22 MST di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Darmaga. Percobaan uji efektivitas mikrob pelarut fosfat (MPF) pada pupuk organik hayati menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan pengaruh penggunaan pupuk batuan fosfat terhadap tinggi tanaman memberikan hasil yang lebih baik dibandingan penggunaan SP-36 dan analisa statistik terhadap pengaruh tunggal pupuk organik hayati, pengaruh pupuk organik terhadap populasi total mikrob menunjukkan hasil terbaik.
JERAPAN NITROGEN-URINE OLEH ZEOLIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Lilik Tri Indriyati; Iswandi Anas
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 2 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.786 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.2.84-90

Abstract

Urine umumnya mengandung unsur hara, terutama nitrogen (N) yang tinggi, mudah larut dan tersedia bagi tanaman, tetapi mudah hilang dalam bentuk gas amonia. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Zeolit merupakan mineral yang memiliki mempunyai afinitas yang tinggi terhadap ion amonium. Zeolit yang mengandung amonium dapat digunakan sebagai pupuk lambat tersedia. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat hubungan antara ukuran zeolit dengan kemampuannya menjerap nitrogen yang terkandung dalam urine sapi, dan mengamati pengaruh ukuran dan takaran zeolit yang telah dicampur dengan urine sapi terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan dengan percobaan pot di rumah kaca yang disusun secara acak lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah empat taraf takaran zeolit: 1000, 2000, 4000, dan 8000 ppm dengan dua taraf ukuran zeolit, yaitu kurang dari 60 mesh dan 32-60 mesh. Parameter tanaman dan tanah yang diukur adalah tinggi tanaman, bobot kering bagian atas dan akar tanaman, serapan N bagian atas dan akar tanaman, serta KTK tanah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jerapan N-urine semakin besar dengan semakin halus ukuran zeolit. Tetapi pengaruh pemberian zeolit-urine dengan ukuran 60 mesh terhadap tinggi tanaman, bobot kering bagian atas dan akar tanaman jagung umur 21 hari, serapan N akar serta KTK tanah nyata lebih tinggi daripada pemberian zeolit-urine dengan ukuran yang lebih halus (< 32 mesh). Zeolit-urine dengan takaran 2000 ppm nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering bagian atas tanaman, serapan N akar, dan KTK tanah, tetapi interaksi antara ukuran dan takaran zeolit-urine tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati. Pada takaran zeolit-urine lebih dari 2000 ppm, semua parameter pertumbuhan tanaman cenderung menurun.
STUDI KUALITAS PUPUK FOSFOR (P) DAN KALIUM (K) YANG DIJUAL DI KIOS PENYALUR RESMI PUPUK DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR, DAN SUKABUMI, JAWA BARAT Iswandi Anas; Fahrizal Hazra; Yuwan Pratama Baki; Windi Windi; Heni Hariyani; Rosinta Sitepu; Grahan Sugeng Aprilian
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.703 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.2.66-72

Abstract

Peredaran pupuk anorganik fosfor (P) dan kalium (K) semakin merajalela dan memprihatinkan. Penjualan pupuk yang tidak berkualitas ini, jelas sangat merugikan petani dan pemerintah karena dapat menggagalkan panen petani dan sekaligus juga dapat menggagalkan program Pemerintah seperti Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan Program Ketahanan serta Keamanan Pangan. Pemerintah telah membentuk Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) di setiap kabupaten dan kota, yang bertugas melakukan pengawasan peredaran dan kualitas pupuk dan pestisida, akan tetapi badan ini tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas pupuk P dan K yang dijual ke masyarakat di kios resmi penyalur pupuk di tiga kabupaten yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Kios resmi penjual pupuk dipilih berdasarkan kecamatan penyaluran pupuk subsidi untuk tanaman pangan dan hortikultura. Dalam studi ini telah diambil 29 contoh pupuk yang terdiri atas: 10 contoh pupuk SP-36, 10 contoh pupuk P selain SP-36, dan 9 contoh pupuk K. Hasil analisis contoh pupuk menunjukkan bahwa pupuk SP-36 yang dijual di kios resmi memiliki kualitas yang baik dengan kadar P2O5 sekitar 35-36% P2O5. Namun pupuk P selain SP-36 yang terdiri dari berbagai merek yang dipasarkan di kios resmi, seluruhnya (9 contoh pupuk) berkualitas sangat rendah, dengan kandungan P2O5 berkisar dari 0.21 sampai 1.04% P2O5. Hanya empat (44%) dari sembilan contoh pupuk K yang berkualitas baik dengan kandungan kalium lebih dari 60% K2O, sedangkan yang lima contoh pupuk kalium lainnya (56%) berkualitas sangat buruk dengan kandungan kalium antara 0.02 sampai 0.08% K2O.
EVALUASI KUALITAS PUPUK ORGANIK YANG BEREDAR DI PULAU JAWA BERDASARKAN PERMENTAN NO. 70/SR.140/10 TAHUN 2011 Triyani Dewi; Iswandi Anas; Suwarno Suwarno; Dedi Nursyamsi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.264 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.2.79-83

Abstract

Banyak pupuk organik yang beredar di pasaran terutama di Pulau Jawa dengan mutu yang jelas. Berbagai kalangan, baik dari pihak konsumen/pengguna maupun pihak produsen/pembuat. Guna menjamin mutu produk dari suatu produsen pupuk organik yang akan dipasarkan, mendorong pemerintah untuk membuat peraturan yang berkaitan dengan semua aspek tentang pupuk organik. Pemerintah telah menetapkan suatu Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan/SR.130/5/2009 yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Meskipun secara legal standar mutu pupuk organik telah dibuat, akan tetapi pada kenyataannya sangat sulit menentukan standar mutu pupuk organik dan di lapangan masih banyak ditemukan kualitas pupuk organik yang masih belum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk meneliti kualitas pupuk organik yang beredar produksi dan dijual dipasar di Pulau Jawa, serangkaian studi telah dilakukan survei melalui pengambilan contoh pupuk organik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur baik di tingkat petani, kios/agen, maupun produsen. Contoh-contoh pupuk organik tersebut dianalisis kadar air, pH, serta kandungan haranya yang meliputi kadar C-organik, N-total, rasio C/N, P2O5, K2O, Fe-total, Fe-tersedia, kadar logam berat Pb dan Cd di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Dari hasil survei, ternyata tidak ada satupun dari 60 contoh pupuk organik yang diuji yang memenuhi semua persyaratan pupuk organik menurut Permentan No. 70 Tahun 2011.
AKTIVITAS ENZIM SELULASE MIKROBA YANG DIISOLASI DARI JERAMI PADI DI PERSAWAHAN PASANG SURUT DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrur Razie; Iswandi Anas; Atang Sutandi; Lukman Gunarto; Sugiyanta Sugiyanta
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.775 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.2.43-48

Abstract

Enzim selulase terdiri dari tiga enzim ekstraselular yang bekerja secara sinergis dalam mendegredasi selulosa, yakni endoglukanase, eksoglukanase dan β-glukosidase. Tiga enzim tersebut berperan dalam mendegradasi selulosa menjadi gula sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menyeleksi mikroba (bakteri dan fungi) berdasarkan aktivitas enzim selulase dari mikroba tanah yang diisolasi dari persawahan pasang surut Kalimantan Selatan. Kemampuan mengekskresikan enzim endoglukanase dinilai berdasarkan nilai indeks selulolitik pada media CMC dan kemampuan mengekskresikan enzim eksoglukanase dan β-glukosidase diukur dari aktivitas kedua enzim tersebut menggunakan metode Mandel yang dimodifikasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kisaran nilai indeks selulolitik dari mikroba selulolitik di persawahan pasang surut tipe A sebesar 2.29-3.72, di lahan tipe B sebesar 2.66-5.41, dan di lahan tipe C sebesar 1.84-3.34. Aktivitas eksoglukanase dari mikroba selulolitik di persawahan pasang surut tipe A sebesar 0.27-1.65 nkat mL-1, lahan tipe B sebesar 0.37-1.85 nkat mL-1, dan lahan tipe C sebesar 0.31-1.85 nkat mL-1. Mikroba selulolitik dari persawahan pasang surut Kalimantan Selatan memiliki aktivitas β-glukosidase sebesar 0.05-1.52 nkat mL-1. Isolat- isolat mikroba selulolitik yang memiliki aktivitas selulase tertinggi adalah isolat bakteri selulolitik J11, J42, R23, BK12, C52, TB41, B82 dan SN123, dan isolat fungi selulolitik ST33, ST22, TB31, B52, GA22, TD11, PI52 dan P31.
THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) AS A BENEFICIAL HUMAN INTERVENTION INTO ROOT AND SOIL INTERACTION Iswandi Anas; Joeli Barison; Amir Kassam; Abha Mishra; O.P Rupela; Amod K. Thakur; T. M. Thiyagarajan; Norman Uphoff
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.752 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.2.72-88

Abstract

The System of Rice Intensification (SRI) was developed in Madagascar in the ealier 1980 by Fr. Henri de Laulanié. Basic principles of SRI are: (1) the transplanting of young seedlings, preferably only 8-12 days old, this conserves the growth potential that rice plants have if they are transplanted before the start of the fourth phyllochron; (2) The young seedlings are transplanted quickly and quite carefully, taking care to minimize any trauma to the roots, also singly and with wide spacing, in a square pattern usually 25 cm x 25 cm, or even farther apart if the soil is fertile; (3) Under SRI management, paddy fields are not kept continuously flooded, instead, mostly aerobic soil conditions are maintained throughout the vegetative growth period, either by adding small amounts of water regularly, or by alternate wetting and drying (AWD); (4) a simple mechanical, soil-aerating weeder is used to control weed growth; (5) Although these methods when used with chemical fertilizer will enhance crop yield, the best yields and greatest cost-saving for farmers are attained with application of organic fertilizer or other organic matter, when available. When SRI practices are used together and as recommended, the following results are common: (1) Grain yields are usually increased by 50-100%, or sometimes more, while water applications are reduced by 30-50% since there is no continuous flooding, straw yields usually also increase, which is an additional benefit to many farmers; (2) The need to use agrochemicals for crop protection is reduced because SRI plants are naturally more resistant to pest and disease damage; (3) With reduced costs of production, including often reduced labor requirements, farmers’ net income is greatly increased with the higher yields; (4) SRI plants are better suited to withstand the effects of climate change, having greater resistance as a rule to most biotic and abiotic stresses; (5) SRI paddy usually gives higher milling out-turn, about 15%, because when milled there is less chaff (fewer unfilled grains) and less breaking of grains. These qualities are probably attributable to the effects of better root systems which can more effectively take up micronutrients from lower soil horizons. Currently, SRI practices has been introduced in many countries with modifications and adaptation to local conditions.
POLISAKARIDA DAN STABILITAS AGREGAT TANAH MASAM YANG DIPERLAKUKAN DENGAN BRACHIARIA, MIKORIZA DAN KOMPOS JERAMI DIPERKAYA KALIUM Bariot Hafif; Supiandi Sabiham; Iswandi Anas; Atang Sutandi; Suyamto Suyamto
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.041 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.1-7

Abstract

Stabilitas agregat menentukan kualitas tanah dan polisakarida adalah agen agregasi utama partikel tanah. Penelitian bertujuan mempelajari stabilitas agregat dan polisakarida sebagai agen agregasi partikel tanah masam yang diperlakukan dengan Brachiaria decumbens (BD), mikoriza dan kompos jerami diperkaya kalium di Kebun Percobaan Tegineneng BPTP Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 3 faktor. Faktor 1, rumput Brachiaria decumbens, yaitu tanpa B. decumbens (B0) dan dengan baris B. decumbens (B1); faktor 2, mikoriza yaitu tanpa mikoriza (M0) dan dengan inokulasi mikoriza (M1); dan faktor 3, kompos jerami diperkaya kalium yaitu kompos 2 ton ha-1 masing-masing diperkaya KCl masing-masing 0 kg ha-1 (K0), 50 kg ha-1 (K50), 100 kg ha-1 (K100) dan 200 kg ha-1 (K200). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan BD dan interaksi BD dan mikoriza mendorong fragmentasi agregat makro menjadi agregat meso dan mikro, namun stabilitas agregat dibawah pengaruh perlakuan tersebut lebih baik dibanding stabilitas agregat tanah kontrol. Inokulasi mikoriza memperbaiki stabilitas agregat makro 1-2 mm. Pengayaan kalium pada kompos jerami secara rata-rata tidak berpengaruh terhadap stabilitas agregat tetapi dalam interaksi dengan B. decumbens, pengayaan kompos jerami dengan 100 dan 200 kg KCl ha-1 berpengaruh cukup baik terhadap stabilitas agregat makro 2-5 mm. Polisakarida total di dalam agregat tanah pada perlakuan interaksi B. decumbens dan mikoriza nyata meningkat, demikian juga polisakarida bukan selulosa cenderung lebih baik. Perlakuan B. decumbens meningkatkan kadar polisakarida total di dalam agregat meso (0.25-1 mm) dan mikro (0.05-0.25 mm), sedangkan mikoriza meningkatkan polisakarida total dan polisakarida bukan selulosa di dalam agregat makro (> 1 mm).