Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perbandingan Efektifitas Mobilisasi Dini dan Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Postpartum Normal di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Kota PematangSiantar Inke Malahayati; Ribka Nova Sartika Sembiring
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11107

Abstract

Failure of the uterus to contract after childbearing is one in all the causes of maternal death. Numerous makes an attempts were created to enhanced the power of the uterus to contract. The aim of the study was to compare the effectiveness of postpartum exercise with early mobilization of uterine involution in normal postpartum. This type of research was a quasi-experimental design with a pretest and posttest design group. This research was implemented in midwives practicing independently. The population of this study was all normal postpartum. The sample of the study was 34 normal postpartum, aged 20-35 years, 2-4 parity, baby born healthy, postpartum haemoglobin ≥ 10.5 gr%, exclusively breastfeeding. Early mobilization was carried out after two hours postpartum and postpartum exercise was carried out for six days. Measurement of the postpartum fundal height was performed on days 1st, 3rd and 7th using a caliper pelvimeter. Consecutive sampling was used in this study. The difference between the two groups was analyzed by unpaired t-test and Mann Whitney U-test. There was a difference in the height of the uterine fundus on the third and seventh postpartum days between the two groups. Postpartum exercise was more effective than early mobilization in accelerating uterine involution. Therefore, it is expected that midwives can facilitate mothers to do postpartum exercise from the first day of postpartum. Keywords: postpartum exercise; early mobilization; postpartum; involution; uterus ABSTRAK Salah satu proses penting pada masa nifas adalah pemulihan organ reproduksi yang ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri dan derajat kontraksi uterus. Secara bertahap, uterus yang berkontraksi dengan baik akan berkurang ukurannya sampai tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis. Diantara faktor yang berperan dalam kontraksi uterus adalah mobilisasi dini dan senam nifas. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan efektifitas mobilisasi dini dan senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu postpartum normal. Jenis penelitian adalah desain kuasi eksperimental dengan kelompok pre dan posttest. Responden penelitian adalah 34 orang ibu postpartum, usia 20-35 tahun di Bidan Praktek Mandiri Kota Pematangsiantar, Juni-September 2016. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Dilakukan senam nifas pada kelompok intervensi dan mobilisasi dini pada kelompok kontrol. Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan sebelum dan setelah perlakuan pada hari ke-1, -3 dan -7. Analisa data menggunakan uji t-tak berpasanagn dan Mann Whitney menggunakan SPSS versi 20.0. Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri hari ke-3 dan ke-7 antara senam nifas dan mobilisasi dini. Senam nifas lebih efektif menurunkan tinggi fundus uteri dibandingkan mobilisasi dini. Bidan diharapkan dapat memfasilitasi ibu melakukan senam nifas sejak hari pertama postpartum. Kata kunci: senam nifas; mobilisasi dini; postpartum; involusi; uterus
Anemia Sedang pada Kehamilan Trimester III Inke Malahayati; Elly Indriyani br. Purba
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v10i1.500

Abstract

Iron deficiency anemia is a major cause of anemia in pregnant women in Indonesia with a high prevalence that is still a public health problem. The results of the Riskesdas (Basic health Research) 2018 state that anemia occurs in 48.9% of pregnant women in Indonesia. This condition is higher than the results of the Riskesdas 2013, which was 37.1%. The purpose of this study was to provide midwifery care to Mrs.D with moderate anemia in the RM’s independent midwife practice in Pematangsiantar. Case study was used in this study design. Study performed in Mrs. D 23 years old G1P2A0 with moderate anemia in January-March 2018. Data collection through history, general and special physical examinations, and hemoglobin examination using the Easy Touch digital brand. Midwifery care was given through 3 visits. Fe tablets, nutrition education and other midwifery care given as needed. An initial examination found 8.4 gr Hb% and after intervention obtained Hb 11.2 gram%. During midwifery care, there were no complications in the mother and baby. Effective midwifery care can increase hemoglobin levels. It needs education on prospective pregnant women to place a pregnancy of at least 2 years and early detection of anemia to prevent complications in pregnant women and fetuses. Keywords: moderate anemia; pregnant women; third trimester ABSTRAK Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil di Indonesia. Angka ini lebih tinggi dari hasil Risekesdas 2013 yaitu 37,1%. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan pada Ny.D dengan anemia sedang di BPM RM Kota Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada Ny. D 23 tahun G1P2A0 dengan anemia sedang. Penelitian ini dilaksanakan di BPM R. Manurung pada bulan Januari – Maret 2018. Pengumpulan data melalui anamnesa, pemeriksaan fisik umum dan khusus, dan pemeriksaan hemoglobin dengan cara digital merek Easy Touch. Asuhan kebidanan diberikan melalui 3 kali kunjungan. Diberikan tablet Fe, edukasi nutrisi dan asuhan kebidanan lain sesuai kebutuhan. Pemeriksaan awal ditemukan Hb 8,4 gram% dan setelah intervensi diperoleh Hb 11,2 gram%. Selama asuhan kebidanan tidak ditemukan komplikasi pada ibu dan bayi. Asuhan kebidanan yang efektif mampu meningkatkan kadar hemoglobin. Perlu edukasi pada calon ibu hamil agar menjarangkan kehamilan minimal 2 tahun dan deteksi dini anemia untuk mencegah komplikasi pada ibu hamil dan janin. Kata kunci: anemia sedang; ibu hamil; trimester ketiga.
Aromaterapi Minyak Esensial Bergamot Menurunkan Resiko Postpartum Blues Inke Malahayati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus Januari 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v12i0.1131

Abstract

The new role as a mother begins after delivery, especially in primigravidas. Psychological disorders can hinder the achievement of motherhood. The incidence of postpartum blues ranges from 40-85%. Postpartum blues is often not realized so that it can lead to postpartum depression. Various attempts have been made to overcome the postpartum blues including aromatherapy. The purpose of this study was to determine the effect of giving bergamot essential oil aromatherapy on postpartum blues. This type of study was quasi-experimental with a pretest and postest one group design. The study was conducted on 20 post-cesarean mothers aged 15-49 years, parity 1-5, term pregnancy, babies born with an Apgar score of 7-10, no history of asthma, allergies, or dermatitis to flowers/plants, able to read and write well in Indonesian, and an EPDS score of 10-12 (between the third to the fifth day). Sampling was consecutive sampling. EPDS score measurements were performed three times (baseline, 7th day, and 14th day). Data analysis used the Shapiro Wilk, Friedman, and posthoc Wilcoxon tests with α = 0.05 and β = 80%. The mean age of the respondents was 30.30 ± 6.24, multiparous 55%, SMA 70%, housewives 11%. The mean EPDS scores at baseline, day 7, and day 14 were 11.35 ± 0.81, respectively; 8.00 ± 3.09; and 5.45 ± 3.50 (p
Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi COVID-19 Inke Malahayati; Lenny Nainggolan
Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/didaktis.v22i1.9072

Abstract

Pendidikan di Indonesia mengalami dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Pemerintah mengambil kebijakan dengan menutup perkuliahan tatap muka dan menggantinya dengan sistem dalam jaringan (daring). Hal ini mengubah cara dosen menyampaikan konten pembelajaran dan persiapan mahasiswa sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon mahasiswa Program Studi Kebidanan Pematangsiantar terhadap pembelajaran Daring pada masa pandemi Covid-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif survei, dilakukan kepada 48 mahasiswa Program Studi Kebidanan Pematangsiantar pada Juli 2020. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Hasil penelitian ini mendapati bahwa telepon genggan (62,5%) sebagai media daring yang paling banyak digunakan, biaya yang dihabiskan berkisar Rp. 51.000-Rp.100.000,- (52,1%), sinyal internet kurang baik (52,1%), persipan diri sebelum daring (52,1%), aplikasi yang paling diminati adalah whatsapp group (39,6%), mahasiswa paham dengan materi (60,4%), ketercapaian tujuan teori (93,8%), ketercapaian tujuan praktek (45,8%), faktor penghambat adalah sinyal dan kuota internet (45,8%), faktor pendukung adalah kuota (47,9%).  Efektifitas daring (64,6%), kemudahan pelaksanaan ujian (64,6%), metode ujian paling diminati adalah ujian tulis (72,9%), dan keinginan mahasiswa  untuk tatap muka setelah pandemi (68,8%). Pembelajaran daring berlangsung efektif dan tatap muka tetap diperlukan meskipun ada daring.
PENYULUHAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DAN PEMERIKSAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR inke malahayati; Ribka Nova Sartika
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 1, No 1 (2017): JIK - Oktober Volume 1 No 1 Tahun 2017
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.818 KB) | DOI: 10.33757/jik.v1i1.19

Abstract

Breast self examination/BSE is the simplest and easiest  examination method which is done by fingers to detect  breast disorder. Yayasan kanker payudara Indonesia said theres is tendency of the age breast cancer patients especially in adolescents girl in Indonesia. This is expected because  of lifestyle in choosing junk food, less consumption of fruits and vegetables, smoking and alcohol. The purpose of this community service is to give education about the early detection of breast cancer, the ability of doing breast self examination (BSE) and to know nutritional status examination at adolescent girls in SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Pre and post test about BSE, counseling, BSE demonstration, weight and height measurement were used in this method . Conducted on 527 students in SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Wilcoxon test was done to assess difference of knowledge level before and after counseling and BSE redemonstration by adolescent girl. There were 327 adolescent girls (62.05%) got scoring of <70 when pre-test done, 31 adolescent girls (5.9%) got  scoring  <70 post-test done about BSE. There wa a difference of knowledge level before and after counseling done (p = 0.000). the adolesecent  girl  have been able to demonstrate BSE in front of their friends. There were  79 adolescent girls (15%) with severe malnutrition, 103 adolescent girls (19.5%) with malnutrition, 301 adolescent  girls (57.1%) with normal nutrition, 38 adolescent girls (7.23%) with overweight and 6 adolescent girls (1.1%) with obesity. Effective counseling is done  to increase the knowledge of adolescent girls about BSE. BSE demonstration beneficial to improve the skills of adolescent girls to do BSE. Nutritional status education is used to increase knowledge of adolescent girls about normal BMI (balance body mass index). The effective counseling is needed to be done continuously in increasing knowledge and awareness of adolescent girls about the early detection of breast cancer. Pemeriksaan payudara sendiri/SADARI adalah metode pemeriksaan sederhana dan paling mudah yang dapat dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan untuk mendeteksi kelainan pada payudara. Yayasan Kanker Payudara Indonesia menyatakan ada kecenderungan penurunan usia penderita kanker payudara di Indonesia terutama pada remaja. Hal ini diperkirakan karena gaya hidup terutama makanan yang tidak sehat (junk food), kurang konsumsi sayur dan buah, merokok dan alkohol. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi tentang deteksi dini kanker payudara, keterampilan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mengetahui status gizi remaja putri  pada siswa SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini adalah pre dan post test tentang pengetahuan SADARI, penyuluhan, demonstrasi SADARI, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Dilakukan pada 527 orang remaja putri (siswi SMA Negeri 2 Pematangsiantar). Dilakukan uji Wilcoxon untuk menilai perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan dan redemonstrasi SADARI oleh remaja putri. Sebanyak 327 orang remaja putri (62,05%) mempunyai nilai < 70 saat dilakukan pre test pengetahuan tentang SADARI, 31 orang remaja putri (5,9%) mempunyai nilai  < 70 saat dilakukan post test pengetahuan tentang SADARI. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan (p=0,000). Remaja putri sudah mampu mendemonstrasikan SADARI di depan teman-temannya. Sebanyak 79 remaja putri (15%)  dengan gizi sangat kurang, 103 remaja putri (19,5%)  dengan gizi kurang,  301 remaja putri (57,1%)  dengan gizi normal, 38  remaja putri (7,2%) dengan gizi lebih  dan 6 remaja putri (1,1%) dengan gizi sangat lebih. Penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang SADARI. Demonstrasi SADARI bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan remaja melakukan SADARI. Edukasi status gizi bermanfaat untuk menambah pengetahuan remaja putri tentang IMT normal. Diperlukan penyuluhan kontinyu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja putri tentang deteksi dini kanker payudara.
Correlation between Folic Acid and Homocysteine Plasma in Severe Pre-Eclampsia and Normal Pregnancy Malahayati, Inke; Serudji, Joserizal; Sulastri, Delmi
Makara Journal of Health Research Vol. 22, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Lack of folic acid intake or genetic abnormalities in folic acid metabolism was correlates with elevated plasma or serum homocysteine concentrations. This case-control analytical study aims to determine the correlation between folic acid and homocysteine levels in severe pre-eclampsia and normal pregnancy. Methods: We enrolled 46 pregnant women (age 20─35 years) with severe pre-eclampsia or normal pregnancy at a government hospital in Padang, Indonesia, between March and May 2015. The samples size was selected by consecutive sampling. Then, we determined folic acid and homocysteine levels using ELISA and statistical analysis using the independent t-test and Pearson correlation. Results: We observed a difference in folic acid levels between severe pre-eclampsia (39.48 ± 9.40 ng/mL) and normal pregnancy (47.04 ± 13.20 ng/mL, p < 0.05). A difference was also observed in homocysteine levels between pre-eclampsia (18.52 ± 0.41 pmol/mL) and normal pregnancy (17.80 ± 0.73 pmol/mL, p < 0.05). The correlation between folic acid and homocysteine in severe pre-eclampsia and normal pregnancy was negative (r = -0.034, p > 0.05 and r = -0.222, p > 0.05, respectively). Conclusions: Low folic acid levels tend to increase homocysteine levels in severe pre-eclampsia, whereas high folic acid levels tend to lower homocysteine levels in normal pregnancy.
PENYULUHAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU TRIMESTER III DI KECAMATAN PEMATANGSIANTAR Daulay, Safrina; Malahayati, Inke
Jurnal Perak Malahayati: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2024): Volume 6 Nomor 1 Mei 2024
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jpm.v6i1.14012

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Menyusui merupakan salah intervensi yang efektif  untuk mencegah kematian dan kesakitan pada neonatal. Bahkan dapat mengurangi 55-87% kejadian infeksi karena diare, sepsis neonatal, dan pneumonia. Secara global,pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang optimal dapat menghindari kematian lebih dari 800.000 balita setiap tahunnya. Pemebrian ASI pada bayi baru lahir memiliki implikasi penting bagi kesehatan saat ini dan masa depan, terutama pada Negara berkembang. Kolostrum merupakan ASI yang berwarna kekuningan dan lengketyang diproduksi pada akhir kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Inisiasi menyusu dini (IMD) didefinisikan sebagai pemberian ASI pada bayi baru lahir dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Waktu inimerupakan saat kolostrum disekresikan dengan manfaat potensial. Pelaksanaan IMD ini memungkinkan bayi baru lahir untuk mendapatkan kolostrum, selanjutnya merangsang produksi ASI dan meningkatkan pelepasan oksitosin.Solusi Permasalahan : Penyuluhan adalah salah satu cara promosi kesehatan yang dilakukan pada ibu hamil trimester III untuk meningkatkan pengetahuan dan membangkitkan kesadaran ibu untuk menerapkan pelaksanaan IMD pada bayi baru lahiruntuk mendapatkan kolustrum.Metodologi Pelaksanaan: Pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan menggunakan metode penyuluhan, Tanya jawab, dan diskusi.Hasil: Sebelum diberikan penyuluhan pada ibu hamil trimester III sebanyak 30 orang didapat pengetahuan buruk pada saat pretes sebanyak 5 orang dan setelah dilakukan postes didapat tingkat pengetahuan ibu baik sebanyak 25 orang.Kesimpulan: Penyuluhan kesehatan tentang IMD yang dilakukan pada ibu hamil meningkatkan pemahaman mereka tentang inisisi menyusui dini. Kata Kunci : Ibu Menyusui Dini ( IMD), Ibu Trimester III  ABSTRACT Introduction: Breastfeeding is an effective intervention for prevent death and morbidity in neonates. It can even reduce 55-87% of infections were due to diarrhea, neonatal sepsis and pneumonia. Globaly, Providing optimal breast milk (ASI) can avoid more deaths of 800,000 toddlers every year. Providing breast milk to newborn babies has important implications for current and future health, especially in countries develop. Colostrum is breast milk that is yellowish and sticky which is produced at the end of pregnancy and the first few days after give birth to. Early initiation of breastfeeding (IMD) is defined as breastfeeding in newborns within one hour of birth. This time This is when colostrum is secreted with potential benefits. Implementation This IMD allows newborn babies to get colostrum, further stimulates breast milk production and increases the release of oxytocin. Problem Solution: Counseling is one way of health promotioncarried out on third trimester pregnant women to increase knowledge and raise awareness of mothers to implement IMD implementation for babies newborn to get colostrum. Implementation Methodology: Community service to be implemented using counseling, question and answer and discussion methods. Results: Before giving counseling to pregnant women in the third trimester, there were 30 people got bad knwledge during the pretest 10 people and after After conducting a post-test, it was found that the mother's knowledge level was good as many as 25 people.Conclusion: Health education about IMD is carried out for pregnant women improve their understanding of early initiation of breastfeeding. Keywords:Early Breastfeeding Mothers (IMD), Second Trimester Mother
Penyuluhan Literasi HIV/AIDS Sebagai Upaya Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi di Kalangan Kader Posyandu di Kelurahan Sinaksak, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara Safrina; Malahayati, Inke; Sirait, Sri Hernawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 5 No 4 (2025): JPMI - Agustus 2025
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.3654

Abstract

Kurangnya pengetahuan tentang HIV dan praktik pencegahannya menjadi faktor penularan HIV dari ibu ke janin. Dalam keadaan tanpa vaksin atau terapi yang efektif, konseling dan tes sukarela sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan dan kampanye kesadaran tentang pencegahan penularan dari ibu ke janin perlu ditujukan kepada wanita hamil untuk meningkatkan akses ke layanan. Kader posyandu sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan menjadi penyampai pesan-pesan kesehatan. Kader posyandu diharapkan memahami tentang HIV/AIDS agar dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan literasi HIV/AIDS di antara kader posyandu. Metode pengabdian meliputi penjelasan rencana kegiatan, pretest, penyuluhan, dan posttest. Kader posyandu diberikan buku saku untuk meningkatkan literasi. Dampak : Kader posyandu dapat menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS untuk meningkatkan pencegahan penularan dari ibu ke anak. Hasil: 100% kader memiliki pengetahuan baik setelah posttest.
Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Hamil Menggunakan Modul di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar Malahayati, Inke; Nainggolan, Lenny; Sri Wahyuni, Tengku
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 4 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/9jr0hq05

Abstract

Inisiasi menyusu dini merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini dilakukan dengan cara meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusui. Inisiasi menyusu dini dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin (kulit ke kulit) antara bayi dan ibu. Program ini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang baru melahirkan. Tetapi kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun keengganan untuk melakukannya membuat inisiasi menyusu dini masih jarak dipraktekkan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) bersama-sama merekomendasikan IMD, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun, bersama dengan pemberian makanan pendamping yang tepat, sebagai praktik pemberian ASI yang optimal. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan menggunakan metode penyuluhan, pemberian modul, penilaian pengetahuan ibu hamil dengan kuesioner, tanya jawab dan praktik inisiasi menyusu dini saat persalinan. Penyuluhan dilakukan kepada 48 orang ibu hamil semua trimester. Hampir seluruh sasaran (92,31%) yang mengikuti kegiatan penyuluhan berpengetahuan baik. Sasaran yang melahirkan normal per vaginam telah melaksanakan IMD. Penyuluhan inisiasi menyusu dini meningkatkan pengetahuan masyarakat sasaran dan praktek IMD.