Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN KADAR MAGNESIUM DALAM ASI DAN ASUPAN ENERGI IBU DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DIPUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG Amir, Aprima Yona; Sulastri, Delmi
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 10, No 1 (2019): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : STIKES Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v10i1.655

Abstract

Metode penelitian ini adalah cross sectional study. Responden penelitian adalah 44 orang ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang menyusui secara ekslusif di Puskesmas Lubuk Buaya Padang yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi. Kadar magnesium dalam ASI diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Kota Padang. Asupan energi ibu di dapatkan melalui wawancara dengan menggunakan Semi QuantitativeFood Frequency Questionare (SQ-FFQ).Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar magnesium dalam ASI adalah 4,8 mg/dl ± SD dan rata-rata asupan energi ibu 2196,6 KKal/hari ± SD. Terdapat hubungan yang signifikan kadar magnesium dalam ASI dengan penambahan berat badan bayi (p=0,04), dan terdapat hubungan yang signifikan asupan energi ibu dengan penambahan berat badan bayi (p=0,014)
Fructose Intake Related with Serum Uric Acid Level in Young Adults Desmawati Desmawati; Ulya Uti Fasrini; Nita Afriani; Delmi Sulastri
Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 14 No. 3 (2019)
Publisher : Food and Nutrition Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.31 KB) | DOI: 10.25182/jgp.2019.14.3.135-140

Abstract

This study aimed to clarify the correlation of fructose intake with uric acid level and blood pressure in young adults. This study used a cross-sectional design, conducted in Padang, West Sumatera province of Indonesia in 2014. The subjects consist of 109 students of Medical Faculty of Andalas University, aged 18–23 years old, were randomly selected to participate. Data on fructose intake were obtained using food frequency questionnaire. Uric acid levels was determined by the enzymatic colorimetric method. Resting blood pressure was measured twice using a sphygmomanometer. Data were analyzed using Rank-Spearman correlation test. The median of fructose intake was 74.3 g (min 23.4–max 160.2). The median of systolic blood pressure was 117 mmHg (min 100–max 145) and median of diastolic blood pressure was 70 mmHg (min 60–max 90). The mean uric acid levels was 5.2±1.56  mg/dl and 25% of the male subject had high uric acid levels. Fructose intake had no significant correlation with SBP (r=0.026; p=0.851) nor with DBP (r=0.051; p=0.712).  However, there was a strong correlation between fructose intake with uric acid level (r=0.660; p<0.001). The study found that fructose intake shows a strong correlation with uric acid level but not with blood pressure in young adult.
PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BUL AN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KECAMATAN PADANG TIMUR PADANG Indah Gemala; Delmi Sulastri; Azrimaidaliza Azrimaidaliza
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol 3, No 1 (2008): Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Publisher : Faculty of Public Health, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24893/jkma.v3i1.50

Abstract

Prevalensi gizi kurus dan sangat kurus berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan pada balita masih cukup tinggi di Kota Padang. Status gizi kurang pada balita terutama usia kritis, yaitu 6-24 bulan berdampak pada perkembangan balita. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh pola asuh, status kesehatan dan pekerjaan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperkembangan anak usia 6-24 bidan dan faktor paling dominan berhubungan dengan perkembangan anak tersebut. Studi cross sectional dilakukan pada 96 anak sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan anak meragukan masih cukup tinggi, 29,2% dengan kondisi gizi kurus. Pola asuh kurang baik dan ibu bekerja meningkatkan risiko perkembangan meragukan pada anak, dengan OR masing-masing 4,8 dan 4,7. Untuk itu perlu diperhatikan pola asuh anak terutama ibu yang bekerja untuk mencegah perkembangan anak yang kurang baik.
PERAN ASAM LEMAK DAN POLA ASUH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-5 TAHUN DIKECAMATAN NANGGALO KOTA PADANG Fivi Melva Diana; Rizanda Mahmud`; Delmi Sulastri; Azrimaidaliza Azrimaidaliza
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Publisher : Faculty of Public Health, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24893/jkma.v5i2.151

Abstract

Anak usia 0-4 tahun yang mengalami gizi kurang dan buruk cukup banyak ditemukan di Indonesia terutama Propinsi Gorontalo (46,11%), termasuk Sumatera Barat (30,4%). Di Kota Padang, persentase Balita dengan gizi buruk dan kurang hampir sama dengan rata-rata angka national, yaitu sebesar 16,2 %. Khusus Kecamatan Nanggalo, persentase Balita dengan status gizi normal paling tinggi (95.8%) dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kota Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran konsunisi asam lemak dan pola asuh terhadap perkembangan anak usia 2-5 tahun di Kota Padang. Disain penelitian cross sectional study dengan populasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita usia 2-5 tahun di Kecamatan Nanggalo dengan jumlah sampel 210 orang. Instrumen penelitian yang digunakan KPSP dan form food record. Hasil penelitian didapatkan persentase anak dengan perkembangan sesuai sebesar 54,8%, tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi asam lemak dengan perkembangan anak usia 2-5 tahun dan faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan anak usia 2-5 tahun adalah pola asuh. Disarankan orang tua harus lebih memperhatikan pola makan dan pola asuh kesehatan (imunisasi dan penimbangan balita) sesuai usianya mengingat pola asuh, yaitu pemberian makan anak, pelayanan kesehatan, penimbangan dan psikososial berpengaruh pada perkembangan anak.Kata kunci: perkembangan anak. asam lemak, pola asuh ibu
Asupan Lemak dan Ekspresi Gen eNOS3 Alel Glu298Asp pada Penderita Hipertensi Etnik Minangkabau Delmi Sulastri; Lipoeto NI; Nasrul Zubir; Jamsari Jamsari
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2011:MMI Volume 45 Issue 1 Year 2011
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.07 KB)

Abstract

ABSTRACTIntake of fat and Gen eNOS3 Alel Glu298Asp expression in hypertensive Minangkabau personsBackground: eNOS 3 gene is one of the important genes which is related to the high prevalence of hypertension essensial. This gene expresses the nitric oxide synthase (NOS) enzyme which regulates the synthesis of nitric oxide (NO) in human body.Methods: A research has been done on hypertensive and normotensive patients aged 30-65 years old. The main purpose of this research was to evaluate the association of fat intake on eNOS3 gene Glu298Asp allel expression in hypertension subjects in Minangkabau ethnicity. One hundred thirty subjects had been interview about their eating habits, and measured their omega-3, eNOS3 gene and NO plasma level. The data were analysed with t-tes and chi-square.Results: The hypertensive’s plasma NO concentration was 26.91±15.40 μM/L and normotensive’s was 25.79±15.04 μM/L. 52.5% of the hypertensive subjects and 47.5% of the normotensive has eNOS3 gene heterozygotes GT allele. Mean rates for total fat, SFA, MUFA and PUFA consumption of hypertensive subjects are 28.05±6.57%, 12.31±4.21%, 4.21±1.79%, 3.77±1.97% and normotensive are 30.14±13.98%, 12.58±4.22%, 4.40±2.22%, 4.00±1.96%. Mean rate for plasma omega-3 concentration of hypertensive subjects is 14.45±0.10μg/dL and normotensive is 14.49±1.00 μg/dL. There is significant relationship between omega-3 with NO plasma level on hypertension with GT heterozygote alleles.Conclusion: In hypertensive patients with GT heterozygote alleles, only omega-3 plasma is associated with NO2 plasma.Keywords: Essensial hipertension, eNOS3 gene, NO plasma levelABSTRAKLatar belakang: Gen eNOS3 alel Glu298Asp merupakan salah satu gen yang berhubungan dengan kejadian hipertensi esensial. Kemampuan Gen eNOS3 alel ini untuk mensintesis enzim nitric oxide synthase (NOS) berkurang sehingga sintesis nitric oxide (NO) menurun.Metode: Penelitian pada subyek hipertensi dan normotensi berusia 30-65 tahun bertujuan untuk melihat hubungan asupan lemak dengan ekspresi gen eNOS3 alel Glu298Asp. Seratus tiga puluh subyek, diwawancara pola makannya lalu dilakukan pemeriksaan kadar omega-3 dan omega-6 plasma, gen eNOS3, serta kadar NO plasma. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji T dan chi-square.Hasil: Kadar NO plasma subyek hipertensi adalah 26,91±15,40 μM/L dan normotensi 25,79±15,04 μM/L. 52,5% subyek hipertensi dan 47,5% normotensi mempunyai polimorfisme gen eNOS3 alel heterozigot GT. Rerata persentase asupan lemak total, ALJ, ALTJT, ALTJG pada subyek hipertensi adalah 28,05±6,57%, 12,31±4,21%, 4,21±1,79%, 3,77±1,97% dan pada subyek normotensi adalah 30,14±13,98%, 12,58±4,22%, 4,40±2,22%, 4,00±1,96%. Rerata kadar omega-3 plasma subyek hipertensi adalah 14,45±0,10 μg/dL dan normotensi 14,49±1,00 μg/dL. Terdapat hubungan kadar omega-3 dengan NO plasma pada penderita hipertensi dengan alel heterozigot GT.Simpulan: Pada penderita hipertensi dengan alel heterozigot GT, hanya omega-3 plasma yang berhubungan dengan kadar NO2 plasma.
Penguatan Layanan Primer dalam Mencegah Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil di Kota Bandar Lampung Dian Isti Angraini; Delmi Sulastri; Hardisman Hardisman; Yusrawati Yusrawati
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 10, No 3 (2021): Special Issues
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.69492

Abstract

Prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 17,36 persen. Hal ini setara dengan KEK di tingkat nasional sebesar 17,3 persen. KEK dalam kasus ibu hamil yang tidak ditangani dapat menyebabkan jumlah angka kesakitan dan angka kematian ibu dan anak menjadi tinggi. Terkait hal tersebut, Kota Bandar Lampung belum memiliki sistem, sarana dan prasarana yang baik untuk mendeteksi sejak dini keadaan KEK pada ibu hamil sehingga KEK belum bisa dicegah. Oleh karena itu, diperlukan adanya seperangkat sistem untuk mendeteksi dini melalui expert system yang bisa digunakan secara online oleh petugas kesehatan di layanan primer.
ANALISIS MUTU PELAYANAN PUSKESMAS KOTA PADANG MENGGUNAKAN TEKNIK IMPORTANCE - PERFORMANCE ANALYSIS Puteri Fannya; Delmi Sulastri; Rosfita Rasyid
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 9, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.42 KB) | DOI: 10.30633/jkms.v9i2.203

Abstract

Salah satu upaya pembangunan kesehatan adalah peningkatan mutu pelayanan Puskesmas. Dua faktor utama yang mempengaruhi mutu pelayanan, yaitu expected service (pelayanan yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang diterima/ dirasakan). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Padang berdasarkan persepsi pasien. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi pendekatan kuantitatif dengan teknik Importance – Performance Analysis dan kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD) untuk mengelaborasi hasil yang didapat pada penelitian kuantitatif. Sampel pada penelitian kuantitatif adalah 108 pasien Puskesmas di Kota Padang dan kualitatif pada 26 orang informan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan terdapat 3 atribut penilaian (1 atribut dimensi bukti fisik dan 2 atribut dimensi kehandalan) yang masuk dalam kuadran A. Artinya, atribut tersebut dianggap sangat penting oleh pasien, namun pihak Puskesmas belum melaksanakan sesuai keinginan / harapan pasien. Hasil penelitian kualitatif diperoleh informasi pasien belum puas terhadap sarana ruang tunggu, tempat parkir, perhatian petugas, dan waktu tunggu pelayanan. Kesimpulan penelitian mutu pelayanan Puskesmas belum memenuhi harapan pasien pada dimensi bukti fisik dan dimensi kehandalan.Kata Kunci : Puskesmas; dimensi mutu; pelayanan; kepentingan; kinerja
Hubungan Antenatal Care terhadap Kejadian Stunting pada Balita Usia 0-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2019 Nurul Ramadhini; Delmi Sulastri; Dolly Irfandi
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1393.785 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.62

Abstract

Latar Belakang. Stunting atau disebut juga dengan kerdil adalah keadaan dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya dikarenakan kekurangan asupan gizi pada saat didalam kandungan dan awal kehidupan. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak adalah riwayat antenatal care ibu selama hamil. Objektif. Mengetahui hubungan antenatal care terhadap kejadian stunting pada balita berusia 0 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang tahun 2019. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada 79 anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi buku KIA serta hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Prevalensi stunting (13,9%), sebagian besar ibu memiliki kunjungan antenatal care lengkap (19,4%) dan mendapatkan kualitas antenatal care yang baik (15,8%). Nilai signifikansi kunjungan antenatal care 0,325 dan kualitas antenatal care 0,720. Simpulan. Antenatal care tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting karena p>0,05. Kata kunci : pemeriksaan rutin selama hamil, kerdil, puskesmas, balita 0-24 bulan. Background. Stunting or also called dwarf is a condition where the height of the child does not match his age due to lack of nutritional intake at the time during pregnancies and early life. One of the factors that influence stunting in children is a history of maternal antenatal care during pregnancy. Objective. To determine the relationship of antenatal care to the incidence of stunting in infants aged 0-24 months in the working area of ​​ Seberang Padang Primary Health Center Care in 2019. Methods. This research was an observational analytic study with cross sectional design in 79 children aged 0-24 months in the working area of ​​Seberang Padang Primary Health Care which was selected through simple random sampling. Data analysis was performed with the chi square test. Results. The research was conducted by interviews and observations of maternal and child health books and the results of measurements of children's body length using an infantometer. The prevalence of stunting (13.9%), most mothers have complete antenatal care visits (19.4%) and get good quality antenatal care (15.8%). The significance value of antenatal care visits is 0.325 and the quality of antenatal care is 0.720. Conclusion. Antenatal care is not significantly related to the incidence of stunting because of p>0.05. Keywords : antenatal care, stunting, primary health care, toddlers 0-24 month.
Hubungan Panjang Badan Lahir dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Putri Aisyah Mirza; Delmi Sulastri; Dessy Arisany
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 3 (2020): November 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.395 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i3.64

Abstract

Latar Belakang: Stunting adalah salah satu masalah gizi yang sering dijumpai pada anak. Stunting dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan fisik serta perkembangan mental dan kecerdasan. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara kuesioner dan hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Penelitian ini menemukan total 78 anak dengan prevalensi stunting sebanyak 22 (28,2%), anak yang memiliki panjang badan lahir kurang sebanyak 28 (35,9%), dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 45 (57,7%). Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara panjang badan lahir dengan stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), dan hubungan yang tidak signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting. Kata kunci: stunting, panjang badan lahir, ASI eksklusif Background: Stunting is one of nutritional problems that commonly found in children. Stunting could affect to physical growth and also mental and intelligence development. Objective: To determine the association of birth length and exclusive breastfeeding with stunting in children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center. Methods: This is an observasional study used a cross sectional approach on children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center who were selected by simple random sampling. Data was collected from administered questionnaire and measurement of height using infantometer. Data was analyzed by chi square test. Results: We found total 78 children with prevalence for stunting was 22 (28,2%), children had short birth length was 28 (35,9%), children had not gotten exclusive breastfeeding was 45 (57.7%). Statistical analysis showed no significant relationship between birth length and stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), and no significant relationship between exclusive breastfeeding and stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Conclusion: There was no significant relationship between birth length and given exclusive breastfeeding with stunting. Keyword: stunting, birth length, exclusive breastfeeding
25-Hydroxyvitamin D Serum Levels Unrelated to Fasting Blood Glucose Levels of Premenopausal Women in Padang Junira Erasta; Delmi Sulastri; Afriwardi
Basic and Applied Nursing Research Journal Vol 1 No 2 (2020): Basic and Applied Nursing Research Journal (BANRJ)
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.553 KB) | DOI: 10.11594/banrj.01.02.04

Abstract

Introduction: Low serum 25-Hydroxyvitamin D levels in premenopausal women result in the impaired release of insulin from the pancreas and reduce glucose tolerance which causes the body's metabolism to slow down resulting in weight gain leading to insulin resistance and resulting in diabetes mellitus (DM). The incidence of DM occurs at premenopausal ages compared to productive ages, the percentage of women experiencing diabetes is higher than men. This study aims to determine the relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and fasting blood glucose (FBG) levels of premenopausal women in Padang. Method: This study was conducted in the city of Padang, is observational, cross-sectional design. The study sample was 62 premenopausal women. Measurement of serum 25-Hydroxyvitamin D levels was measured by enzyme-linked immunosorbent assay and FBG levels were measured by the GOD-PAP method. Data were analyzed using the Pearson correlation test. Results: The average serum level of 25-Hydroxyvitamin D respondents was 30.96 ± 10.96 ng/ml. The average FBG level of respondents was 107.03 ± 13.74 mg/dl. There was no significant relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and FBG levels (r = - 0.038, p = 0.769). Conclusion: There is no significant relationship between 25-Hydroxyvitamin D serum levels and FBG levels of premenopausal women in Padang.
Co-Authors Abdiana Abdiana, Abdiana Adang Bachtiar Afdhal, Fitrah Afriwardi Afriwardi Afrizal Afrizal Alfin Rahma Fadhilah Amara Azka Shafrina Amel Yanis Amir, Aprima Yona Annisa Novita Sary Ariadi Ariadi Ariani, Peny Azrimaidaliza Burhan, Ida Rahmah Defrin Defrin Desmawati Desmawati Desmawati Desmawati Dessy Arisany Dian Isti Angraini Dian Isti Angraini Dolly Irfandy Eldi Sauma Endrinaldi Eva Chundrayetti Eva Chundrayetti Evynatra Evynatra Evynatra, Evynatra Faisaelia, Rezka Nanda Fitrah Afdhal Fivi Melva Diana, Fivi Melva Friska Eka Fitria Hafni Bachtiar Hardisman Haryani, Sesmeri Hasmiwati Hema Malini, Hema Heriawita Heriawita Heriawita Heriawita Herman, Deddy Hermawan, Nur Sefa Arief Hudila Rifa Karmia Huvaid, Sevilla Ukhtil Ida Rahmah Burhan Ida Rahmah Burhan Ika Nur Saputri Ilmiawati Indah Gemala Inke Malahayati Iqbal Muhammad Helmi Izmi Fadhilah Nasution Jamsari Jamsari Junira Erasta Linosefa Linosefa Lipoeto NI Masrul Mayetti Mayetti Miftahul NS Putri Mizawati, Afrina Mudjiran Mudjiran Mudjiran Mudjiran Nasrul Zubir Neherta, Meri Nita Afriani Novita Sari Nur Indrawaty Lipoeto Nur Mala Sari Nursyirwan Effendi, Nursyirwan Nurul Ramadhini Nur’afifah, Fauziah Nuzulia Irawati Puteri Fannya Putra, Abdi Setia Putri Aisyah Mirza rahmatiqa, chamy Rauza Sukma Rita Rizanda Machmud Rizanda Mahmud` Rosfita Rasyid Roslaili Rasyid Roza Mulyana Rozi Sastra Purna Sari, Vivi silvia thamrin Sri Mulyanti Susi Susanti Susi Susanti Thamrin, Silvia Ulva, Fadillah Ulya U Fasrini Ulya Uti Fasrini Yuniar Lestari Yusrawati Yusrawati Yusti Siana