Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri, pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Luciana Djaya; Ineu Sulastrini; Iin Rusita
Agrikultura Vol 27, No 2 (2016): Agustus, 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.768 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v27i2.9967

Abstract

ABSTRACT Inoculation Techniques of Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, the Cause of Bacterial Ring Rot Disease, on Potato (Solanum tuberosum L.). Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, the cause of bacterial ring rot disease on potatoes, has been detected in potato fields in Pangalengan. To anticipate the spread of the pathogen, researches on the desease epidemiology are urgent to be carried out. Artificial inoculation techniques will be useful in the epidemiological studies. The objective of this reasearch was to evaluate some inoculation techniques, which are simple, cheap and fast in causing disease symptoms. The experiment was carried out at the laboratory and glasshouse of Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang. The experiment was arranged in the randomized block design with five treatments of inoculation technique and five replications. The treatments were (a) soaking wounded seed tubers in pathogen suspension, (b) soaking not wounded seed tubers in pathogen suspension, (c) pathogen suspension was injected into leaf axil, (d) pathogen suspension was injected into seed tubers, and (e) pathogen suspension was poured into the planting holes. The results showed that stabbing and soaking tubers in pathogen suspension caused the shortest incubation period (17 days after inoculation) and the highest disease incidence (60%). Keywords : Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Bacterial ring rot, Potatoes, Inoculation techniquesABSTRAKClavibacter michiganensis subsp. sepedonicus (Cms), penyebab penyakit busuk cincin bakteri pada tanaman kentang, telah terdeteksi keberadaannya pada pertanaman kentang di Pangalengan. Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit busuk cincin bakteri di Indonesia, perlu adanya studi epidemiologi patogen tersebut. Pada penelitian epidemiologi akan diperlukan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik inokulasi buatan yang dapat menyebabkan periode inkubasi yang lebih singkat dan persentase kejadian penyakit busuk cincin bakteri paling tinggi pada tanaman kentang. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium penyakit Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang. Percobaan dirancang secara rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan teknik inokulasi Cms dan lima ulangan, yaitu inokulasi dengan (a) merendam ubi benih yang telah dilukai dalam suspensi bakteri, (b) merendam ubi benih tanpa dilukai dalam suspensi bakteri, (c) suspensi bakteri ditusukkan pada ketiak daun tanaman kentang, (d) suspensi bakteri ditusukkan pada ubi benih, dan (e) suspensi bakteri disiramkan pada lubang tanam. Masing-masing ulangan terdiri dari lima tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima teknik inokulasi buatan yang dilakukan, inokulasi dengan melukai ubi benih dan merendamnya dalam suspensi patogen menghasilkanJurnal Agrikultura 2016, 27 (2): 66-71ISSN 0853-2885Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter….67periode inkubasi tersingkat, yaitu 17 hari setelah inokulasi, dan persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu sebesar 60%.Kata Kunci : Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Busuk cincin bakteri, Kentang, Inokulasi buatan
Induksi Resistensi dengan Rhodotorula minuta untuk Mengendalikan Antraknosa (Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds) Pada Tanaman Cabai Sri Hartati; Linda Tarina; Endah Yulia; Luciana Djaya
Agrikultura Vol 30, No 3 (2019): Desember, 2019
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.127 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v30i3.24874

Abstract

Antraknosa merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman cabai yang menyebabkan kerugian cukup besar. Penggunaan khamir sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai merupakan salah satu alternatif ramah lingkungan untuk pengendalian penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan khamir R. minuta dalam menginduksi resistensi tanaman cabai untuk mengendalikan penyakit antraknosa cabai. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran di Jatinangor serta Laboratorium Biorin, PAU, Instititut Pertanian Bogor.  Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 9 perlakuan dan 5 ulangan. Pengaruh induksi resistensi diuji dengan perbedaan waktu inokulasi C. acutatum yaitu 3, 5, 7, dan 10 hari setelah perlakuan induksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khamir R. minuta memiliki kemampuan menginduksi resistensi tanaman cabai terhadap antraknosa. Luas gejala antraknosa terkecil terjadi pada perlakuan induksi R. minuta dengan waktu inokulasi 7 hari setelah perlakuan yaitu sebesar 0,1125 cm2. Perlakuan R. minuta dengan waktu inokulasi 7 hari setelah perlakuan merupakan respon induksi terbaik dengan tingkat penekanan antraknosa sebesar 47,33%, serta meningkatkan aktivitas enzim peroksidase 1,7 kali yaitu sebesar 0,748 ∆A₄₂₀/menit.μg protein.
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGENDALIAN ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI MENGGUNAKAN KHAMIR SEBAGAI KOMPONEN PENGENDALIAN RAMAH LINGKUNGAN SRI Hartati; Endah Yulia; Luciana Djaya
Dharmakarya Vol 7, No 2 (2018): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.839 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v7i2.19722

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Akan tetapi, produksi cabai sering terhambat oleh adanya penyakit salah satunya adalah antraknosa. Pengendalian yang umum dilakukan untuk mengendalikan penyakit antraknosa adalah dengan fungisida sintetik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengendalian antraknosa secara ramah lingkungan.  Kegiatan ini dilakukan di Desa Cilayung yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Jatinangor yang memiliki potensi pertanian cukup tinggi. Tujuan kegiatan ini untuk mensosialisasikan pengendalian ramah lingkungan dan menerapkan salah satu cara pengendalian tersebut dengan menggunakan khamir. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini diantaranya survei lokasi, sosialisasi, wawancara, penyuluhan, dan pelatihan. Hasil kegiatan yang sudah dilakukan adalah (1) penyuluhan tentang penyebab penyakit tanaman secara umum dan penyakit antraknosa pada cabai, dampak negatif pestisida sintetik yang berlebihan, dan pengendalian ramah lingkungan, (2) pelatihan penggunaan mikrob antagonis berupa khamir Rhodotorula minuta, (3) hasil survei dan wawancara mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan pemahaman petani dan ibu-ibu PKK tentang cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Setelah mengikuti kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan daya tarik petani dan ibu-ibu PKK untuk melakukan pengendalian OPT dengan ramah lingkungan.