Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Karakterisasi Serta Studi Pengaruh Perlakuan Panas Annealing Dan Heat Moisture Treatment (Hmt) Terhadap Sifat Fisikikimia Pati Jagung nFN Widaningrum; Endang Yuli Purwani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n2.2006.109-118

Abstract

Penelitian pengaruh perlakuan panas annealing dan heat moisture treatment terhadap sifat fisikokimia pati jagung telah dilakukan. Tujuan penelitian yaitu melakukan karakterisasi dan menerapkan dua perlakuan panas (annealing dan heat moisture treatment/HMT) untuk memodifikasi sifat fisikokimia pati jagung dari beberapa varietas. Perlakuan panas dipilih dengan pertimbangan cara fisik dianggap lebih aman dibanding dengan cara kimiawi. Beberapa varietas jagung (jagung ketan, Antasena, Bisma, Kalingga dan C7) difraksinasi untuk mendapatkan serat, germ, gluten, dan pati. Selanjutnya pati diisolasi dari tiga varietas jagung terpilih, dan diberi perlakuan annealing serta HMT. Sebagai kontrol digunakan pati jagung komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi varietas dan jenis perlakuan panas berpengaruh nyata terhadap komponen kimia (air, amilosa dan lemak) dan sifat fisik pati (daya serap air). Kadar air, amilosa, dan lemak pati jagung bervariasi antara 2-10%, 17-46%, dan 1-2%, sedangkan daya serap air sekitar 0,4-3%. Sifat-sifat pati jagung yang diteliti sebanding dengan pati jagung komersial. Perlakuan panas mengubah sifat pasta pati jagung yang dievaluasi dengan alat Brabender Amilograph. Berdasarkan kurva Brabender, pasta pati jagung native dari jenis ketan dan Bisma yang semula termasuk dalam tipe A berubah menjadi tipe C setelah perlakuan panas.
Introductory Study On Processing Of Fermented Jack Bean (Canavalia Ensiformis) nFN Widaningrum; Ermi Sukasih; Endang Yuli Purwani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v12n3.2015.129-136

Abstract

Tempe is a traditional fermented food in Indonesia and it is mainly made from soybean. There is imbalance between demand and supply of soybean for tempe production. Consequently, it has forced Indonesia to import large quantity of soybean to meet the local demand. In term of reducing soybean import, efforts must be done to substitute soybean with other local beans. Of one among many beans, jack bean (Canavalia ensiformis) had potency to be developed as material for making tempe. The objective of this research was to study physicochemical characteristics of jackbean tempe and did sensory evaluation. Soaking, drying, dehulling and splitting were applied prior to fermentation. Treatment done was fermentation time (12, 24, 36 and 48 hours). Value of pH, total count, and soluble protein were measured during fermentation process. The fungus grew well and jackbean cake tempe with dense mycelial growth was completely formed after 36 hrs of fermentation period. Soluble protein increased significantly from 0,24-0,26 mg/g during fermention period, indicating that highly active proteolytic enzyme might exist. Sensory evaluation results showed that in the form of fried tempe, sensory properties of jackbean tempe was equivalent to soybean tempe, especially/particulary in terms of color, flavor, acidity, texture and overall acceptability. The results were significant to reduce dependency on soybean import by substituting it in the tempe production in Indonesia KAJIAN AWAL PENGOLAHAN KACANG KORO PEDANG (CANAVALIA ENSIFORMIS) TERFERMENTASITempe merupakan makanan fermentasi tradisional di Indonesia yang utamanya terbuat dari kedelai. Ada ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan kedelai untuk produksi tempe. Akibatnya, Indonesia terpaksa mengimpor kedelai dalam jumlah besar untuk memenuhi permintaan lokal. Dalam rangka mengurangi impor kedelai, perlu dilakukan upaya untuk mengganti kedelai dengan kacangkacangan lokal. Kacang yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku tempe yaitu kacang koro pedang (Canavalia ensiformis). Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari sifat fisik, kimia dan sensori tempe yang dibuat dari kacang koro pedang. Perlakuan yang diterapkan yaitu waktu fermentasi (12, 24, 36 dan 48 jam). Parameter pengamatan yang diukur yaitu pH, total mikroba dan protein terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kacang koro pedang cocok untuk produksi tempe. Ragi tumbuh dengan baik dengan pertumbuhan miselium padat terbentuk setelah 36 jam periode fermentasi pada tempe koro pedang. Protein terlarut meningkat secara signifikan dari 0,24 sampai 2,60 mg/g selama periode fermentasi, menunjukkan bahwa terdapat aktivitas aktif enzim proteolitik. Hasil analisis sensori memperlihatkan bahwa tempe koro pedang setara dengan tempe kedelai, terutama dalam hal warna, aroma, keasaman, tekstur, dan daya terima khususnya pada tempe yang disajikan setelah digoreng. Penggunaan koro pedang sebagai bahan baku tempe cukup signifikan untuk mengurangi ketergantungan pada impor kedelai dengan menggantikannya dalam produksi tempe di Indonesia.
Pati Sagu Termodifikasi HMT (Heat Moisture-Treatment) Untuk Peningkatan Kualitas Bihun Sagu Dian Herawati; Feri Kusnandar; nFN Sugiyono; Ridwan Thahir; Endang Yuli Purwani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.7-15

Abstract

Pati sagu alami mempunyai profil gelatinisasi tipe A (puncak viskositas tinggi yang diikuti oleh pengenceran cepat selama  pemanasan). Modifikasi pati sagu dengan metode HMT (heat-moisture treatment) dapat menggeser tipe gelatinisasi sagu menjadi tipe C (tidak mempunyai puncak viskositas dan tidak mengalami penurunan viskositas selama pemanasan) sehingga pati sagu termodifikasi yang diperoleh dapat diaplikasikan untuk produk bihun sagu. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendapatkan kondisi HMT optimum untuk produksi pati sagu temodifikasi dengan gelatinisasi tipe e (2) memperoleh tingkat substitusi pati sagu temodifikasi yang menghasilkan bihun sagu dengan kualitas yang baik, Pati sagu diatur kadar airnya hingga mencapai 26-27%, kemudian dipanaskan pada suhu 110°C dengan berbagai waktu (4, 8 dan 16 jam) pada kondisi tidak dicuci dan dicuci terlebih dahulu , Terhadap pati sagu termodifikasi yang diperoleh dilakukan analisis profil gelatinisasi. Pati termodifikasi dengan profil gelatinisasi tipe e dikarakterisasi dan diformulasikan pada bihun sagu. Bihun sagu tersubstitusi dianalisis yang terdiri atas susut masak, lama pemasakan, tekstur dan kualitas sensori. Pati sagu termodifikasi HMT selama 4 jam dengan perlakuan pencucian memperlihatkan profil gelatinisasi tipe C serta mempunyai ukuran granula yang lebih besar, kekuatan gel yang lebih tinggi, derajat putih yang lebih rendah, sineresis yang lebih rendah, dan kandungan pati yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pati alaminya. Tingkat substitusi pati sagu termodifikasi HMT yang mencapai 50% dapat meningkatkan kualitas bihun sagu yaitu menurunkan lama pemasakan, meningkatkan kekerasan dan memperbaiki kualitas sensori (memperbaiki kekerasan, elastisitas, kelengketan dan penerimaan secara keseluruhan). Heat Moisture Treatment Modified Sago Starch For Quality Improvement Of Sago BihonNative sago starch has A type gelatinization profile (high peak viscosity and followed by fast thinning during heating). HMT (heat-moisture treatment) can alter the sago starch gelatinization profile from A type to e type (no peak viscosity and no breakdown during beating), so the modified sago starch can be used for bihon-type noodle. The objectives of this research were to: (1) obtain optimum condition of HMT to produce modified sago starch with C type gelatinization profile and (2) obtain modified sago starch substitution level to improve sago bihon-type noodle quality. Sago starch was adjusted to 26-27% moisture content and exposed to HMT at 110°C for various times (4.8 and 16 hours) with washing or without washing treatment. HMT modified sago starch was analyzed for gelatinization profiles. The modified starch with C type gelatinization profile was characterized and formulated into bihon-type noodle. HMT substituted bihun-type noodle was analyzed for cooking loss, cooking time, texture (texture analyzer method) and sensory quality. HMT sago starch with 4 hours at washing treatment showed e type pasting profile and larger granule size, larger gel strength, lower degree of whiteness, lower syneresis and lower starch content than those of native sago starch. The substitution of native sago starch with 50% HMT sago starch improved the characteristic of sago bihon-type noodle quality, i.e. lower cooking time, higher hardness and better sensory quality in term of hardness, chewiness, stickiness and overall acceptability.
Kemampuan Rhamnosidase Dari Isolat Kapang Untuk Hidrolisis Naringin Jeruk Siam Ermi Sukasih; Winda Haliza; Endang Yuli Purwani; Iceu Agustinisari; nFN Setyadjit
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.41-50

Abstract

Rasa pahit pada olahan buah jeruk seperti jus dapat mengurangi preferensi konsumen. Saat ini enzim yang dapat mengurangi rasa pahit pada jeruk masih sulit diperoleh secara komersial. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi, memproduksi kapang dan menguji aktivitas enzim rhamnosidase yang dihasilkan. Isolasi kapang dilakukan terhadap sampel kulit, pulp dan jus jeruk Siam yang telah rusak. Seleksi dilakukan dengan metode plating menggunakan dua media yaitu RB dan G19. Ada lima isolat kapang penghasil enzim rhamnosidase yang berhasil diidentifikasi yakni: Penicillium brefeldianum, Penicillium restrictum, Aspergillus niger Rha-ase B, Aspergillus niger Rha-ase F dan Aspergillus niger Rha-ase H. Aktivitas spesifik enzim rhamnosidase maksimum dari kelima isolat kapang tersebut berturut-turut adalah: 189,34 U/mg protein, kultivikasi hari ke-7; 186,82 U/mg protein, kultivikasi hari ke-5; 456,18 U/mg protein, kultivikasi hari ke-6; 159,38 U/mg protein, kultivikasi hari ke-6 dan 386,63 U/mg protein, kultivikasi hari ke-2. Filtrat enzim rhamnosidase dari kapang A.niger Rha- ase H mempunyai kemampuan terbesar menurunkan kadar naringin pada larutan naringin konsentrasi 1000 ?g/ml dengan waktu kontak tiga jam yaitu sebesar 40,97 %.Effectivity of Rhamnosidase From Fungi Isolate on Hydrolisis of Naringin From Siam CitrusBitterness at many Siam citrus products like juice will decrease of cunsurner preferences. Now, enzyme that is able to reduce bitterness is difficult to be found commercially. The objectives of research were to isolate of mold, to produce and to know enzyme rhamnosidase activity from mold isolate. Isolation of mould was conducted at sample from skin of Siam, citrus juice and pulp which have been destroyed. Selection was conducted by plating method used two media that were RB and G 19. There were 5 identified isolates mould that produce rhamnosidase enzyme, namely: Penicillium brefeldianum, Penicillium restrictum, Aspergillus niger Rha-ase B, Aspergillus niger Rha-use F and Aspergillus niger Rha-ase H. %. The maximum spesific activity of rharnnosidase enzyme for 5 isolates as follows: 189.34 U I protein mg for 7th day cultivation; 186.82 U I protein mg for 5th day cultivation; 456.18 U I protein mg for 6th day cultivation; 159.38 U I protein rug for 6th day cultivation and 386.63 U I protein mg for 2nd day cultivation. To 3h contact at room temperature, rharnnosidase enzyme crude from A.n.iger Rha-ase H the biggest ability degrade 1000 1 g/ml naringin concentration that is equal to 40.97%.
Peningkatan Daya Simpan Mi Sagu Basah Pada Suhu Rendah Dengan Aplikasi Kemasan Plastik Dan Kondisi Vakum Evi Savitri Iriani; Endang Yuli Purwani; Yulnia Azriani; Ade Iskandar
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v3n1.2006.24-32

Abstract

Mi sagu merupakan makanan khas Indonesia. khususnya daerah Bogor dan sekitarnya. Saat ini mi sagu dijual dalam bentuk curah dan belum dikemas secara higienis schingga umur simpannya hanya berkisar 1-3 hari pada kondisi kamar. Untuk memperpanjang umur simpan mi sagu dapat dilakukan, antara lain menggunakan kemasan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jenis kemasan plastik dan kondisi pengemasan terbaik untuk dapat memperpanjang daya simpan mi sagu basah. Penelitian ini dilakukan dengan mengemas produk mi sagu pada tiga jenis kemasun plastik , yuitu laminasi, polietilen dan polipropilen pada dua kondisi pengemasan yaitu vakum dan nonvakum. Penelitian menggunakan rancangan acak faktorial dengun tiga ulangan. Adapun parameter yang diamati meliputi sineresis, cooking loss, ketengikan, pH, warna dan mikroorganisme total. Mi sagu yang telah dikemas disimpan pada suhu sekitar 50C selama 50 hari dan dilakukan pengamatan setiap 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pengemasan lebih berpengaruh terhadap kualitas mi sagu dibandingkan jenis kemasan. Kemasan polipropilen pada kondisi vakum merupakan jenis kemasan terbaik untuk mempertahankan kualitas mi sagu hingga penyimpanan 40 hari, Prolonging Shelf Life or Sago Noodle At Low Temperature With Flexible Packaging Application and Vacuum ConditionSago starch noodle is a traditional food of lndonesian especially at Bogor area. Currently, sago starch noodles sold at traditional market was not under an hygienic packages so that the shelflife was only between 1-3 days at room conditions. To prolong the shelflife of sago starch noodle can be done by using right packaging techniques. The aim or this research was to find out the best packaging techniques to prolong the shelflife of wet sago starch noodles. This research was conducted using three types of plastic bag (lamination, polypropylene and polyethylene) in two atmospheric conditions (vacuum and non vacuum). Experiment design used was a complete randomized factorial design with three replications. Parameter to be observed were syneresis, cooking loss, rancidity, pH, color and total microorganism. Sago starch noodle was stored at 50C for 50 days and evaluated every 5 days. Results showed that packaging conditions more significantly affected the sago starch noodles quality compare to packaging types. Vacuum condition gave the best results. Overall. the best packaging material for sago starch noodle was polypropylene under vacuum condition which could prolong the shelf life until 40 days.
Pemanfaatan Kacang-Kacangan Lokal Sebagai Substitusi Bahan Baku Tempe dan Tahu Winda Haliza; Endang Yuli Purwani; Ridwan Thahir
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 3, No 1 (2007): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar kedelai di Indonesia dimanfaatkan untuk memenuhi industri tempe dan tahu. Saat ini, produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu kedelai perlu diimpor. Cara lain untuk mengatasinya adalah memanfaatkan kacang-kacangan selain kedelai. Ada beberapa jenis kacang-kacangan yang belum termanfaatkan untuk produksi tempe dan tahu. Beberapa kacang-kacangan yang belum termanfaatkan seperti seperti kacang tunggak (Vigna unguiculata), kacang gude (Cajanus cajan), kacang babi (Vacia faba) dan lain-lain banyak dijumpai di Indonesia. Sifat fisiko-kimia kacang-kacangan tersebut sangat beragam. Berdasarkan komposisi kimia utama yang ada di dalamnya, kacang-kacangan di atas hanya sesuai untuk produksi tempe. Pengembangan tempe tampaknya memiliki prospek cukup baik di masa yang akan datang. Tempe selain bergizi tinggi juga memiliki efek menyehatkan bagi manusia.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA NANOEMULSI MINYAK BIJI PALA (Antimicrobial Activity of Nutmeg Oil Nanoemulsion) Iceu Agustinisari; Endang Yuli Purwani; Niken Harimurti; Sri Yuliani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n1.2014.1-8

Abstract

Minyak biji pala mengandung senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa bioaktif umumnya bersifat tidak stabil sehingga mudah mengalami penurunan aktivitas biologisnya. Salah satu cara untuk meningkatkan stabilitasnya adalah dengan menggunakan teknologi nano. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan formulasi nanoemulsi minyak biji pala dengan ukuran droplet partikel <300 nm sebagai bahan antimikroba, (2) mendapatkan formulasi nanoemulsi yang memiliki aktivitas antimikroba terbaik terhadap mikroba E.coli, S.aureus dan S.cereviseae. Proses nanoemulsi minyak biji pala dilakukan dengan menggunakan alat High Pressure Homogenizer pada tekanan 20000 psi atau 137,931 KPa dengan 5 siklus. Pengamatan dilakukan terhadap 12 formulasi yang diperoleh dari kombinasi antara tiga konsentrasi minyak (5%, 10% dan 15%) dan dua jenis surfaktan (tween 20 dan tween 80) dengan tiga tingkat konsentrasi (10%, 15% dan 20% dari massa minyak biji pala). Pengujian aktivitas antikmikroba dilakukan dengan metode difusi sumur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi nanoemulsi minyak biji pala yang diperoleh memiliki ukuran droplet partikel 104,80-161,15 nm.. Konsentrasi minyak biji pala berpengaruh secara signifikan terhadap zona penghambatan pertumbuhan mikroba. Nanoemulsi minyak biji pala dengan formulasi konsentrasi minyak biji pala 15% dan jenis surfaktan Tween 80 dengan konsentrasi 20% dari massa minyak (M15S20T80) memberikan efek penghambatan terbaik pada E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Kata kunci :minyak biji pala, surfaktan, nanoemulsi, antimikroba, penghambatanEnglish Version AbstractNutmeg oil contained bioactive compounds which had antimicrobial activities. Generally, bioactive compounds have a limited stability, so that they undergo biological activity degradation easily. One of ways to increase its stability is using nanotechnology. This research was aimed (1) to obtain nutmeg oil nanoemulsion formulation which having particle size <300 nm as antimicrobial agent, (2) to obtain nanoemulsion formulation which having the best antimicrobial activity toward E.coli, S.aureus and S.cereviseae. Processing of nanoemulsion was conducted using High Pressure Homogenizer at 20000 psi or 137,931 Kpa and 5 cycles. Observation was conducted to 12 nanoemulsion formulation which was gained from combination between concentration of nutmeg oil (5%, 10%, 15%) and types of surfactant (tween 20 and tween 80) with 3 level concentration (10%, 15% and 20% from nutmeg oil mass). Antimicrobial testing was conducted using agar well diffusion method. The result showed that formulation of nutmeg oil nanoemulsion having particle size 104,80-161,15 nm. Nutmeg oil concentration had significantly effect in inhibition zone of microbes growth. Formulation of nutmeg oil nanoemulsion with 15% nutmeg oil and surfactant tween 80 as much as 20% of nutmeg oil mass gave the best growth inhibition on E.coli (11,25 mm), S.aureus (13,06 mm) dan S.cereviseae (11,4 mm).Keywords :nutmeg oil, nanoemulsion, antimicrobial, inhibition
Pemanfaatan Beras (Oryza sativa L.) Inpari 17 Menjadi Tepung sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non Gluten Utilization of Inpari 17 Rice (Oryza Sativa L.) Modified as Flour to be used as Gluten-Free Bread Raw Materials Kendry Wahyuningsih; Natasa Puteri Dwiwangsa; Wisnu Cahyadi Cahyadi; Endang Yuli Purwani
JURNAL PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v24i3.9

Abstract

ABSTRAKRoti tawar adalah produk berbasis sereal, umumnya terbuat dari tepung terigu yang masih diimpor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana beras INPARI 17 yang dibuat menjadi tepung beras dapat dimanfaatkan dalam pengolahan roti dengan bantuan gum xanthan. Jenis tepung beras termodifikasi Heat Moisture Treatment (HMT) yang dipilih adalah yang memiliki nilai viskositas dingin terbaik. Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial 3 x 3 sebanyak tiga kali pengulangan diterapkan dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Faktor percobaan meliputi jenis tepung beras (giling basah, giling kering, termodifikasi HMT) dan konsentrasi gum xanthan (1 persen, 2 persen dan 3 persen). Penggunaan gum xanthan memberikan pengaruh terhadap sifat kimia (kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat), sifat fisik (volume pengembangan dan tekstur), dan rasa roti. Semakin tinggi konsentrasi gum xanthan, semakin tinggi nilai kekerasan yang diperoleh. Produk terbaik diperoleh pada tepung beras giling basah termodifikasi HMT dengan penambahan gum xanthan sebesar 1 persen dengan kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat secara berurutan sebesar 36,38; 1,81; 10,58; 10,65; dan 40,58 persen, dengan volume pengembangan sebesar 3,94 cm3/gram, angka lempeng total sebesar 1,25 x 103 koloni/gram, danmemberikan skor terbaik pada uji kesukaan. Bread is a cereal-based product, usually made from wheat flour from other countries. The purpose of the research is to know how INPARI 17 rice modified as rice flour is used in bread processing by xanthan gum addition. The selected type of Heat Moisture Treatment (HMT) rice flour is the one with the best coldviscosity (setback value). The design used is Randomizes Block Design with 3 x 3 factorial patterns and three replications, followed by Duncan`s test. The research factors are rice flour types (wet-milled rice flour, dry-milled rice flour, and modified HMT rice flour) and xanthan gum concentrations (1 percent, 2 percent and 3 percent). The results show that the use of xanthan gum affects chemical properties (water, ash, protein, fat and carbohydrate content), physical properties (specific volume and texture), and bread taste. The higher concentration of xanthan gum is used, the higher value of hardness (texture) is produced. The treatment of 1 percent xanthan gum with wet-milled modified HMT rice flour is the best treatment and gives the best result with water, ash, fat, protein and carbohydrate contents of 36.38, 1.81, 10.58, 10.65, and 40.58 percents respectively, 3.94 cm3/g of specific volume, 1.25 x 103 colonies/g of total plate count and gives the best score in preference test. 
Pati Resistan serta Perannya dalam Penghambatan Proliferasi dan Induksi Apoptosis Sel Kanker Kolon ENDANG YULI PURWANI
Indonesian Journal of Cancer Vol 8, No 4 (2014): Oct - Dec 2014
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.744 KB) | DOI: 10.33371/ijoc.v8i4.363

Abstract

Resistant starch (RS) is starch fraction which is not digested by human starch degrading enzyme, and it will thus undergo bacterial fermentation in the colon. The main fermentation products are Short Chain Fatty Acid (SCFA): acetate, propionate and butyrate. The Fermentation products were able to inhibit the proliferation and to induce apoptosis of colon cancer cell. The apoptosis occured through mitochondrial pathway by changing the expression of pro-apoptosis related gene of Bax toward antiapoptosis related gene of Bcl-2.