Redaksi Team
Universitas Padjadjaran

Published : 61 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN TBC DALAM MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI TIGA PUSKESMAS, KABUPATEN SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.92 KB)

Abstract

ABSTRAK Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Dukungan keluarga ini terbagi menjadi dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TBC dalam menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 51 orang menjalani pengobatan OAT di tiga puskesmas yaitu Puskesmas Cimalaka, Puskesmas Situ, dan Puskesmas Paseh. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang berskala Likert pada variabel dukungan keluarga dan angket berskala guttmant pada variabel kepatuhan. Hasil pengujian didapatkan dengan menggunakan Skor T untuk analisa univariat dan Chi Square untuk analisa bivariat, dengan menggunakan nilai signifikansi alpha 5% (α = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TBC yang menjalani pengobatan OAT di tiga puskesmas, Kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka seharusnya keluarga dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kondisi pasien yang sedang menjalankan pengobatan OAT guna mencapai kesembuhan pasien. Kesembuhan pasien ini harus ditunjang dengan partisipasi petugas kesehatan dalam meningkatkan pemahaman pasien terhadap pentingnya pengobatan TBC. Kata kunci : TBC, Dukungan keluarga, Pengobatan. ABSTRACT Tuberculosis needs long-term medication to reach recovery. The type of long-term medication causes the patient disadherence in doing medication. Patient adherence is influenced by family support. This family support is divided into emotional support, appreciation support, instrumental support, and information support. The aims of this research were to know the correlation of family support with adherence of TBC patient in doing medication of drugs of tuberculosis. The type of research was used cross sectional design. Sampling taking used total sampling technique by the sum of sample as many as 51 people who do medication drug of tuberculosis at Puskemas Cimalaka, Puskesmas Situ, dan Puskesmas Paseh. Data collecting technique used questionaire with Likert’s scale to the variable of family support and questinaire with Gutman’s scale to adherence variable. The experimental result gained by using T score for univariate analysis and Chi-square for bivarate analysis, by using significance score of alfa 5 % (α=0,05). Based on the research result showed there wasn’t correlation between family support with adherence of TBC that run medication Drug of Tuberculosis at Three Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Based on the research result thus the family can increase the awareness and care toward patient condition that is being conducted medication drug of tuberculosis to reach the patient recovery. This patient recovery should be support with health staff participation in increasing the patient understanding toward the importance medication of TBC. Keywords : TBC, family support, Medication.
PENGARUH TERAPI INFRA RED TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS FISIK LANSIA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.241 KB)

Abstract

ABSTRAK Terapi Infra Red bagi lansia dalam keperawatan dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk baru terapi komplementer dengan menggunakan radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang diantara 0,7 dan 300 mikrometer. Meningkatnya kelompok lansia membentuk cara pandang yang berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan ketika implikasi dari bertambahnya usia ternyata berdampak terhadap timbulnya masalah kesehatan lansia seperti menurunnya kemampuan mobilisasi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik pada lansia di Kota Sukabumi. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah experiment research yaitu pre-test dan post-test grup. 36 lansia sebagai pengunjung baru di klinik Infra Red dijadikan responden yang akan diberikan terapi selama 12 kali dalam 12 hari berturut-turut. Variabel tingkat mobilitas fisik lansia diukur dalam 3 aspek yaitu luas gerak sendi / Range of Motion (ROM), kekuatan otot, dan keseimbangan gerakan. Hasil pengukuran mendapatkan mean skor kemampuan mobilitas fisik pada Lansia sebelum terapi adalah 60,4% yang termasuk dalam kategori immobilitas fisik berat. Sedangkan mean skor sesudah terapi yaitu 83,6% yang termasuk kategori immobilitas fisik sedang. Diperoleh besar selisih kemampuan mobilitas fisik 23,2 % dengan nilai p 0,000 dalam tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik lansia. Merujuk hasil penelitian ini, manager keperawatan dapat mempertimbangkan terapi Infra Red menjadi salah satu jenis Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi lansia yang mengalami penurunan kemampuan gerak. Kata Kunci : Terapi Infra Red, Terapi komplementer, Lansia, Mobilitas fisik ABSTRACT Infra red therapy for the elderlies in nursery can be categorized as one of new forms of complementary therapy that uses the medium of electromagnetic radiation at wavelength between 0,7 and 300 micrometer. The increasing numbers of elderly form a new perspective in the application of nursing care plan when the implication of the aging process undeniably affects the emergence of elderly health problems such as the decreasingrate of physical mobility. The purpose of this research is to reveal the effects of infra red therapy to physical mobility of elderlies in Sukabumi. The method used in this research is an experiment research, applying pre-test and post-test group research methods. 36 new elderly visitors in an infra red clinic are made respondents, all of whom are given 12 times therapy in 12 subsequent days. The elderlies physical mobility were measured in three variables, i.e. Range of Motion (ROM), muscular strength, and motion balance. The test results indicates mean score of elderlies physical mobility prior to the therapy at 60,4%, categorized in heavy physical immobility, while the mean score post of therapy application at 83,6%, categorized in medium physical immobility. A 23,2% physical mobility capability differential rate, obtained by subtracting the medium with the heavy category, with p 0,000 value indicates 95% rate of trust supports the conclusionthat Infra red therapy affects elderlies’ physical mobility. By referring to this research, the nursery manager may consider infra red therapy as one of SOP for elderlies with physical mobility degradation. Keywords: Infra Red Therapy, Complementary therapy, Elderly, Physical mobility
GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL DENGAN ORIENTASI HETEROSEKSUAL MAHASISWA KOS DI KECAMATAN JATINANGOR - SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 10, No 18 (2008): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.322 KB)

Abstract

ABSTRAK Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan fase perkembangan seksual yang mendorong mereka untuk menjalin relasi heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku seksual. Disamping itu, ciri perilaku heteroseksual remaja masa kini yaitu sikap terhadap perilaku seks yang jauh lebih lunak dibanding remaja generasi sebelumnya , maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan mahasiswa berkembang semakin serius. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku seksual yang telah dilakukan mahasiswa kos di Jatinangor dengan pasangan lawan jenisnya. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan modifikasi konsep teori bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock (2003) dan Irawati (1999). Jumlah sampel yan digunakan sebanyak 100 orang. Adapun mahasiswa yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa kos yang memenuhi syarat sebagai berikut, berusia antara 18-24 tahun, sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual (pacaran), belum menikah, tinggal di tempat kos wilayah kecamatan Jatinangor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian seluruhnya pernah melakukan perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari 100 orang yang melakukan perilaku seksual terdapat 100% telah melakukan perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse. Kata kunci: perilaku seksual, mahasiswa, kos ABSTRACT University students, as late adolescents, have developmental task and they are in the sexual phase. That support them to make heterosexual relationships such as dating. In making a heterosexsual relationship, an individual has tendency to do varios sexual behaviors. Beside that, characteristics of current adolescent sexual behavior is more free than adolescent in the past, therefore the treat of the free sex problem among University students become a serious problem in the future. The aim of this study is to describe sexual behavior that has been done by University students and their partner who live in dormitories in Jatinangor. The quantitative design was used with 18 to 24 years old, who are recently dating or having heterosexual relationship, not married, and lived in dormitory area around Jatinangor. Questioner was modified from concepts of sexual behavior from Santrock (2002) and Irawati (1999). The study result showed that 100 per cent respondents have done certain sexual behavior. The sexual behavior that have been done including : 100 per cent of respondents hold their partners hand, 90 per cent huging each other, 82 per cent do necking, 56 per cent touch their partner sensitive part of body, 52 per cent do petting, 33 per cent conducting oral sex, and even 34 per cent doing sexual intercourse. Key word : Sexual behaviors, University students, Dormitories
TIPE RELASI REMAJA DENGAN ORANG TUA PADA REMAJA DELINKUEN DI RUMAH TAHANAN NEGARA BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.43 KB)

Abstract

ABSTRAK Perilaku pelanggaran hukum kerap terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini. Akibatnya, remaja delinkuen (melanggar hukum) harus ditahan dan berstatus narapidana. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan tindakan melanggar hukum adalah pengaruh orang tua. Pengaruh orang tua difokuskan kepada riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua dengan mengukur aspek individualitas & keterkaitan berdasarkan teori Cooper dan Grotevant (1986). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tipe relasi remaja dengan orang tua pada remaja delinkuen di Rumah Tahanan Kelas I Kebun Waru Bandung. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepada 55 responden. Hasil penelitian untuk aspek individualitas didapatkan lebih dari setengah responden (53%) berada dalam kategori rendah & 47% berada dalam kategori tinggi. Untuk aspek keterkaitan didapatkan hasil lebih dari setengah responden (51%) berada dalam kategori rendah dan 49% dalam kategori tinggi. Remaja delinkuen mempunyai riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua yang beragam,yaitu 27%) menggunakan tipe tertutup;tipe kooperatif (25%);24% menggunakan tipe akomodatif dan tipe peduli diri(22%). Dengan demikian, diharapkan pihak instansi rumah tahanan kelas I Bandung, perawat, psikolog untuk dapat meningkatkan peran tenaga profesionalnya melalui konseling rutin dan pembinaan kesehatan jiwa yang tidak hanya diperuntukkan kepada para narapidana remaja, tetapi kepada orang tua narapidana remaja. Sehingga remaja dapat lebih meningkatkan relasi yang sehat dengan orang tuanya. Kata Kunci : Delinkuen, Type hubungan, Orang tua ABSTRACT Breaking the law was often happened among the teenegers recently. As the consequences, the delinquent teenagers have to live in jail and become a convicted criminal. One of the caused of delinquency is family influences. Family influences in this research was focused by the type of relation history between adolescents and parents, by measuring individuality and connectedness aspect based on Cooper and Grotevant theory (1986). The main aim of this research was to describe the types of relationship between delinquent adolescents and their parents in the state prison class I Kebon Waru Bandung. Method of this research was used descriptive quantitative. Data was collected since July 7th-11st 2009 by using questioner to 55 respondent. The results of this research found more than a half (53%) of individuality aspect in the low category and (47%) for the high category. For connectedness aspect was found more than a half respondent (51%) in the low category and (49%) in the high category. General result of the research showed a variety of relation type between adolescents and their parents, almost half of respondent (24%) used closed type; cooperative type (25%); less a half of respondent (24%) used acomodative type and peduli type (22%). Based on that condition, the state prison class I Bandung, especially nurses and psycholog could increase the role of their professionality by giving routine counseling and constructing about mental health not only for youth convicted criminal, but also for their parents who visited them. So that, adolescent would increased healthy relationship with their parents. Keywords: Delinquent, Types relationship, Parents
PENGELOLAAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.987 KB)

Abstract

ABSTRAK Tingginya angka kematian bayi baru lahir di Indonesia terlihat dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) asfiksia merupakan penyebab kematian ke-2 bayi baru lahir setelah BBLR. Tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penurunan mortalitas dan morbiditas akibat asfiksia. Dalam melakukan pengelolaannya, tentunya perawat harus dibekali pengetahuan yang memadai dan keterampilan harus dikuasai dengan baik agar terbentuk perilaku yang baik dalam pengelolaan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengelolaan bayi baru lahir dengan asfiksia di Ruang Perinatologi RSUD Sumedang. Desain penelitian ini desriptif kuantitatif dengan 20 orang responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Dihitung secara persentase dan data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram Pie disertai dengan pembahasannya. Hasil penelitian didapatkan pada aspek pengetahuan sebanyak 55% pada kriteria cukup, dalam hal persiapan dan penilaian bayi, 35% antara baik dan kurang dalam pelaksanaan, dan 55% kurang dalam pemantauan lanjutan. Sedangkan pada penatalaksanaannya sebanyak 60% termasuk kriteria baik dalam hal menjaga bayi tetap hangat dan mengeringkan serta memberi rangsang taktil. Pihak rumah sakit disarankan dapat dilakukan pengayaan tentang pengetahuan dan pelaksanaan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan perawat ruang Perinatologi RSUD Sumedang. Kata Kunci : Pengetahuan, Pengelolaan, Asfiksia, Bayi baru lahir ABSTRACT According to Indonesian’s Demography and Health Survey (IDHS) in 2003, Indonesia still has relatively high Infant mortality rate and asphyxia indicate as a main cause after low birth weight baby. Care providers act an active and important role in prevention for decreased infant mortality and morbidity effect of asphyxia. In management care, a nurse should be supported with basic knowledge and skills about care management of asphyxia. The purpose of this study was identifying of care management of infant with asphyxia in Perinatology ward RSUD Sumedang. This study was used descriptive quantitative and took desire sample size 20 respondents. Quantitative analysis was used percentage and further explanation through table and pie diagram including discussion. The result of this study showed the aspect of knowledge was 55% for criteria in moderate in terms of training and evaluation of infants, 35% indicate criteria in between good and less, and 55% less than in continued monitoring during process care management of asphyxia. Whereas the higher point 60% for good criteria in kept baby still warm and dry including provided tactile irritation. The findings of this study was suggested to Hospital to enhance for knowledge and skills nurses especially about management care of asphyxia to increased the quality of care . Keywords: Knowledge, Care management, Asphyxia, Infant
SIKAP SISWA SLTA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI LINGKUNGAN KABUPATEN TASIKMALAYA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 11, No 20 (2009): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kasus seks bebas di Indonesia ternyata cukup mengejutkan, apabila dikaitkan dengan kenyataan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama serta budaya tradisional yang sangat menabukan aktivitas seksual sebelum menikah terhadap siswa SLTA. Sikap siswa SLTA terhadap bentuk seks bebas merupakan suatu bentuk evaluasi perasaan terhadap suatu sikap yang cenderung menerima (favorable) atau cenderung tidak menerima (unfavorable) terhadap seks bebas yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran sikap siswa SLTA terhadap seks bebas di kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SLTA di lingkungan Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah sampel sebanyak 98 responden dengan teknik pengambilan simple random sampling dari 4 SMA yaitu SMA 1 Ciawi, SMA 1 Singaparna, SMA 1 Manonjaya dan MAN Cipasung. Data dikumpulkan dengan instrumen quesioner skala likert berdasarkan sub variable seks bebas, kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase dan proporsi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dari responden (64,30%) yang tidak menerima (unfavorable) terhadap seks bebas, dan ada hampir setengahnya dari responden (35,70%) mempunyai sikap menerima terhadap seks bebas (favorable). Untuk sub variabel Necking (perilaku keintiman seksual dengan aktivitas menyentuh dan mencium bagian leher ke atas) hampir setengah (40%) dari siswa responden yang menerima terhadap perilaku Necking dan 60% dari siswa responden bersikap tidak menerima perilaku Necking. Untuk sub variabel Petting hampir setengahnya (36%) dari siswa responden yang bersikap menerima terhadap perilaku petting (perilaku keintiman seksual dengan cara pengaduan organ genital tanpa membuka baju) dan 64% tidak menerima perilaku Petting. Untuk sub variabel Premarital Intercourse, hampir setengahnya (30%) dari siswa responden yang mempunyai sikap menerima terhadap perilaku berhubungan intim sebelum menikah (premarital intercourse), sedangkan 70% tidak menerima perilaku tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya diharapkan mampu membuat program pendidikan untuk mengisi waktu-waktu luang siswa dengan kegiatan keilmuan, keagamaan dan seni olahraga yang bermanfaat bagi siswa dan merancang pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa SLTA kabupaten Tasikmalaya. Kata Kunci : Sikap, Siswa SLTA, Seks Bebas ABSTRACT Free sex in Indonesia actually was horrified, if attributable to fact that Indonesia as a country that has a high norm and religion and eastern customs that unlikely about free sex activity before married of senior high school student. The attitude of student senior high school about a reaction evaluation type to accept (favorable) or not to accept (unfavorable) about free sex habit. The attitude is influenced by external and internal factors. The research was conducted to explore attitude of senior high school student on free sex in Tasikmalaya District. The type of this research was descriptive quantitative. Populations in this research were all student senior high school in Tasikmalaya Residence. Samples have taken by simple random sampling and total sample were 98 student from Senior High School 1 Ciawi, Senior High School 1 Singaparna, Senior High School 1 Manonjaya and Man Cipasung. The data was collected by questioner and then analyzed with percentage and proportion formula. Result of this research show that a half of respondents ( 64,30% ) were favorable about free sex and almost a half of respondents ( 35,70% ) has accept ( unfavorable ) about free sex. Based on necking sub variable, almost half of respondents has accept activity of Necking by touching and kissing from neck to up and 60% of respondents has don’t accept necking activity. Based on petting sub variable, almost half of respondents has accept petting activity, and half of respondents has didn’t accept petting activity. Based on premarital intercourse sub variable, almost half of respondents has accept premarital intercourse activity and 70% has didn’t accept premarital intercourse activity. The result of research show no good condition. Because of this situation, everyone especially government should plan a good education program seriously for substitute spend more time student’s by science activity, religion activity, art and sports that useful for students senior high school and must plan reproduction health education for students senior high school in Tasikmalaya Residence. Keywords : Free sex, Attitude, Senior High School Student
KUALITAS HIDUP WANITA PENDERITA AIDS DAN WANITA PASANGAN PENDERITA AIDS DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.864 KB)

Abstract

ABSTRAK Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Menurut data yang ada di Departemen Kesehatan maupun Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia (KPAI) penderita HIV/AIDS sampai saat ini lebih banyak diderita oleh laki-laki dari pada perempuan dengan ratio 4,6:1 (KPAI 2007), meskipun demikian perempuan merupakan pihak yang paling rentan terhadap penularan HIV/AIDS dari pasangan atau suaminya. Kerentanan diakibatkan oleh adanya ketimpangan jender dan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas hidup wanita dengan HIV AIDS dan wanita pasangan penderita HIV AIDS di Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara indepth interview pada enam orang informan dimana dua orang informan adalah wanita yang hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS dan empat orang informan adalah wanita penderita HIV/AIDS. Analisa data dengan menggunakan “content analysis”. Hasil dari penelitian ini adalah secara umum tiga dari enam informan menyatakan kualitas hidup tidak ada perubahan, satu orang informan menyatakan kualitas hidup lebih baik, satu orang informan menyatakan kualitas hidupnya menurun, sedangkan satu orang informan masih dalam fase bingung dan terlihat masih tertutup. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan kualitas hidup dari segi fisik, psikologis, sosial, spiritual dan hubungan interpersonal masing-masing informan mempunyai hasil yang bervariasi. Saran dari penelitian ini perawat sebagai pemberi pelayanan pada penderita HIV/AIDS perlu untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup wanita penderita HIV/AIDS dan senantiasa memperhatikan wanita pasangan/keluarga penderita HIV/AIDS untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kata kunci : Kualitas hidup, wanita, HIV/AIDS
Akreditasi dan Re-Akreditasi Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Lokakarya Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5696.462 KB)

Abstract

žSurat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi no. 152/ET/2012 ž ¡Kewajiban untuk mempublikasikan karya ilmiah ¡ ¡Sarjana S1, S2, dan S3
GAMBARAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARAN NAMBO KABUPATEN BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.074 KB)

Abstract

ABSTRAK Pneumonia masih menjadi penyebab pembunuh balita utama di dunia. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kejadian dan kematian pneumonia salah satunya melalui peran keluarga. Keluarga memiliki peran besar dalam memelihara fungsi kesehatan anggotanya. Pemeliharaan fungsi kesehatan keluarga bergantung pada pelaksanaan tugas kesehatan keluarga, seperti mengenal masalah kesehatan balita, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada balita yang sakit, menciptakan suasana rumah yang sehat, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada balita dengan pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Banjaran Nambo. Penelitian ini dirancang dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling, dengan jumlah responden sebanyak 92 orang ibu yang membawa balita pneumonia untuk berobat ke puskesmas. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan, pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada balita dengan pneumonia, sebagian responden yaitu sebanyak 51,1 % memiliki upaya keluarga dalam kategori tidak baik. Saran dari penelitian ini, perlu adanya upaya dari petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan untuk meningkatkan lagi upaya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga terutama untuk keluarga dengan balita yang mengalami pneumonia. Kata Kunci : Pneumonia, Balita , Tugas kesehatan keluarga ABSTRACT Pneumonia has been a major cause for infant mortality around the globe. Efforts and initiatives have been undertaken to reduce the number of pneumonia related incident and mortality among infants, such as increasing the family engagement and participation. Family has a great role in preserving and maintaining the well-being of its members. The health functioning relies on how the role is exercised such as understanding the medical problem in infancy, executing the proper medical and social intervention, maintaining healthy home and lifestyle in family, and utilizing medical resources and access in community. This research aims at understanding, uncovering and providing the description about how the role of family in promoting health among infants is carried out in community health center (Puskesmas) at Banjaran Nambo,Kabupaten Bandung. This quantitative-descriptive research employs accidental sampling technique. There are 92 samples, consisting of mothers who come to the center with their babies for medical assistance. The data is collected with questionnaires. The research revealed that most respondents (51.1%) in “Good” category regard to providing medical functioning and roles among infants with pneumonia. Result suggests that there is a need for involvement of medical staff in promoting and enhancing the medical functioning and roles of families, particularly those who have infants in their households. Keywords: Pneumonia, Preschool children, Health functioning role of family
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA(PARENTING STYLE) DENGAN KESEHATAN MENTAL REMAJA DI CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 10, No 18 (2008): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.201 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian tentang pola asuh orangtua dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan anak telah memberikan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian pola asuh authoritarian menunjukkan dampak yang positif pada anaknya sedangkan penelitian yang lain menunjukkan aspek negative. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pola asuh orangtua dengan kesehatan mental remaja di Ciawi kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan analysis rank Spearman. Untuk mengukur pola asuh menggunakan Parental Authority Questionnaire–Revised dari Baumrind dan untuk mengukur kesehatan mental menggunakan indikator kesehatan mental secara umum dari Dwairy. Penarikan sample menggunakan teknik purposive dan didapatkan partisipan sebanyak 57 pasangan orangtua dan anaknya yang berusia remaja. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan tidak terdapat hubungan antara parenting style (pola asuh orangtua) dengan kesehatan mental remaja, (rs = - 0.127). Namun untuk pola asuh authoritarian terdapat korelasi negative (rs = - 0.285), artinya makin otoriter orangtua maka makin rendah tingkat kesehatan mental remaja. Disimpulkan bahwa pola asuh secara sendiri tidak dapat memprediksi kesehatan mental remaja, namun bersama faktor lain saling mempengaruhi. Kata kunci: Pola Asuh, Kesehatan mental, Remaja ABSTRACT Research on parenting style and its correlation with some aspects of their children live has yielded inconsistent results. Some studies on authoritarian indentifying significant positive imoact while other find negative. The aim of the currant study is to identify correlationship between parenting style and adolescence mental helth in Ciawi Tasikmalaya. This study used correlation methodology, and rank Spearman for analiyzing. Parenting style measurement used Parental Authority Questionnaire-Revised (PAQ-R) by Baumrind, and mental health used general mental health indicator by Dwairy. We recruited 57 partisipan who consist of pairs of parent and their children from purposive sampling technique. In general, the result shows there was not significant corelationship between parenting style and mental health, the rs is – 0.127. But the authoritarian was negative correlate with mental health, (rs = - 0.285), this mean that the more authoritarian, the mental health will much low. Based on the results, it may be concluded that parenting style independently can’t predict mental health asdolescence, but with one another factors can impact. Key word: Parenting Style, Mental Health, Adolescence