Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

HUBUNGAN AKTIVITAS BERMAIN VIDEO GAME DENGAN SCHOOL MYOPIA PADA SISWA-SISWI SD ASY SYIFA 1 BANDUNG Anisa Suangga; Helwiyah Ropi; Ai Mardiyah
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.138 KB)

Abstract

Anisa Suangga*Helwiyah Ropi**Ai Mardhiyah** ABSTRAKSchool myopia adalah kondisi mata minus yang baru timbul di masa anak-anak, dimana faktor lingkungan berperan lebih besar dalam menyebabkan mata minus dibanding faktor genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara aktivitas bermain video game dengan school myopia pada siswa-siswi SD Asy Syifa 1 Bandung. Penelitian dirancang dengan metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan alat pemeriksaan visus dasar. Sampel penelitian sejumlah 85 orang. Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan dari kedua variabel. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas bermain video game dengan school myopia pada siswa-siswi SD Asy Syifa 1 Bandung. Kemungkinan ini berarti peran video game dalam mengakibatkan school myopia tidak banyak. Meski demikian, tetap dibutuhkan dukungan dari orang tua, guru, maupun perawat untuk mencegah terjadinya school myopia.                                                                                           Kata Kunci : Aktivitas bermain video game, Anak-anak, School myopia  ABSTRACTSchool myopia is a minus eye condition arising in childhood, in which environmental factors play a greater role in causing minus eye than genetic factors. The aims of study is to identification the correlation between the activity of playing video games and school myopia of students at Asy Syifa 1 Elementary School Bandung. The study was designed with the correlational method with quantitative approach. The instrument used was questionnaire and visual acuity screening tools. Samples of the study was 85 people. Bivariate analysis was done to identification the correlation of these two variables. The result showed that there was no significant correlation between the activity of playing video games and school myopia of students at Asy Syifa 1 Elementary School Bandung. It is means possible that the role of video games not much causing school myopia. However, the support from parents, teachers, and school nurses to prevent myopia is still needed. Key words: Activity of playing video games, Children, School myopia
Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas Ibu dengan Usia Penyapihan pada Balita Vinda Dwi Oktoviyanda; Helwiyah Ropi; Ai Mardiyah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.638 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i3.63

Abstract

Penyapihan cepat adalah salah satu penyebab anak terserang infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun, namun ditemukan banyak ibu-ibu yang melakukan penyapihan cepat di Wilayah Posyandu “X”. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dan paritas ibu dengan usia penyapihan pada balita di Wilayah Posyandu X menggunakan metode deskriptif korelasional dengan studi retrospektif terhadap 60 responden ibu yang memiliki anak usia 2−5 tahun dengan tehnik purposive samplingdan dianalisis menggunakan spearman rankdan odd ratio(OR). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan usia penyapihan (p=0.868), ada hubungan negatif antara pekerjaan dengan usia penyapihan (p=0.016) dan ada hubungan antara paritas dengan usia penyapihan (p=0.027) serta nilai odd ratio (OR) 8,143. Dari hasil penelitian disarankan bahwa pendidikan kesehatan tentang ASI perlu ditambahkan tentang cara penyapihan ASI yang benar dan mengevaluasi pendidikan kesehatan yang diberikan secara teratur.Kata kunci: Balita, paritas, pekerjaan, penyapihan ASI, tingkat pendidikan AbstractThe early weaning process is one of the infection causes among children. That process have influenced in reducing the children’s immune. However, many mothers in the “Posyandu X” have applied the early weaning process to their children. This study aimed to know the relationship between the level of education, job status, maternal parities and the weaning time in toddlers in the “Posyandu X”. This study used the descriptive correlational approach with retrospective study. Samples were 60 mothers who have children aged 2–5 years old. Samples were chosen using the purposive sampling method, and data were analysed using spearman rank and odd ratio (OR). The result showed that there were no correlation between the level of education and the age of weaning (p=0.868), there were negative correlation between mother’s job status and the age of weaning (p=0.016), and there were correlation between the maternal parity and the age of waning p=0.027). The study also found that the odd ratio= 8.143. The study suggests that the health education program related to breast feeding should involve the weaning process as part of the health education material.Key words:Job status, parities, the level of education, the weaning process, toddlers
Perbedaan Efek Kompres Selimut Basah dan Cold-pack terhadap Suhu Tubuh Pasien Cedera Kepala di Neurosurgical Critical Care Unit Sri Hartati Pratiwi; Helwiyah Ropi; Ria Sitorus
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.721 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.117

Abstract

Peningkatan suhu tubuh pada pasien cedera kepala bisa menyebabkan peningkatan metabolisme yang dapat memperburuk kondisi pasien, meningkatkan lama hari rawat dan menambah resiko kematian. Metode pendinginan yang sering digunakan adalah kompres selimut basah dan cold-pack. Namun belum ada penelitian yang membuktikan efek kedua metoda tersebut terhadap suhu tubuh pasien cedera kepala. Penelitian ini menggunakan rancangan perbandingan tidak berpasangan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah 24 orang responden. Penelitian ini memberikan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan suhu tubuh setelah kompres selimut basah dan setelah kompres cold-pack (p=0,371). Oleh karena itu, kompres cold-pack dapat dijadikan alternatif kompres selimut basah yang biasa digunakan.Kata kunci : Cold-pack, cedera kepala, selimut basah, suhu tubuh. Wet Blanket and Cold-pack Application to Reduce Body Temperature among Patients with Head Injury in Neurosurgical Critical Care UnitAbstractThe elevation of body temperature among patients with head injury may lead to increase total metabolism of the body. Such situation may worsen the patient condition, prolonged length of stay and increase risk of death. Cooling methods using wet blanket and cold-pack have been commonly adopted to reduce the body heat. However no empirical studies have proved these methods are effective to reduce high temperature of patients with head injury. This non-paired comparative study seeks to examine the difference of those two methods towards body temperature involving 24 patients with head injury that recruited using consecutive sampling technique. Results indicated that there is no significant difference of the temperature decrease after wet blanket and cold-pack application (p= 0,371). However, cold-pack still can be used as an alternative compress beside wet blanket application.Key words: Cold-pack, head injury, body temperature, wet blanket.
The Factors that are Related to Self-Care Agency in Patients with Hypertension Dendy Kharisna; Helwiyah Ropi; Urip Rahayu
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1503.279 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v6i1.301

Abstract

Uncontrolled hypertension leads to complex problems experienced by patient as the complication of the hypertension. The patient’s ability to do self-care (self-care agency) is essential and recommended to control hypertension. Age, sex, education, occupation, marital status, decision making, duration of hypertension, lifestyle, and insurance availability are contributed to the self-care agency. Nurses and patients should be able to know and understand these self-care agency related factors. The aim of this study was to identify self-care agency relating factors of hypertension patients in Pekanbaru. This study conducted using a quantitative approach with cross sectional design and involving 100 hypertension patients who recruited using purposive sampling techniques. Self-care agency was measure using exercise of self-care agency (ESCA) questionnare. Data were analyzed using Spearman test and Chi Square test to determine the relation of each factors on self-care agency and multivariate logistic regression test to determine the most related factors on self-care agency. The result showed that there were a significant different of age (p=0.048), education (p=0.002), gender (p= 0.025), health insurance (p=0.027), and life style (p=0.003) with self-care agency. Meanwhile, there were no signifcant different of occupation (p=1.000), decision making (p=0.800), marital status (p=1.000), and duration of hypertension (p=0.567) with self-care agency. Multivariate analysis revealed that the most influence factor for self-care agency is life style. This study suggest the nurses in improving self-care agency of hypertension patients must concern about patient lifestyle and help patient to modify their lifestyle.
GAMBARAN RESPON BERDUKA PADA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA BERCERAI DI SMP NEGERI 1 JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG Desi Purwanti; Helwiyah Ropi; Efri Widianti
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 1, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.532 KB) | DOI: 10.26714/jkj.1.2.2013.%p

Abstract

Anak remaja yang mengalami perceraian orangtua merasakan kehilangan dan perasaan berduka yang sangat mendalam, sama berdukanya ketika kehilangan orangtua karena meninggal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon berduka pada anak remaja yang mengalami perceraian orangtua di SMP Negeri 1 Jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam dan tidak terstruktur. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah enam orang. Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan konten analisa data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang orangtuanya mengalami perceraian merasa marah, takut, dan sedih, berfikir kasih sayang yang diberikan oleh orangtuanya tidak sama lagi seperti ketika masih bersama, menaruh harapan agar kedua orangtuanya bisa kembali bersama dan ketikateringat pada saat proses perceraian berlangsung anak sering menangis, sering melamun, mudah tersinggung, malu berinteraksi dengan teman sebaya, dan dengan orangtua yang bercerai anak menyatakan jarang berkomunikasi lagi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah respon berduka pada anakdengan orangtua yang bercerai mengalami respon kognitif, afektif, sosial dan perilaku. Rekomendasi penelitain ini adalah perawat komunitas hendaknya bekerjasama dengan bimbingan konseling dari sekolah dalam upaya memberikan konseling pada anak yang berduka karena perceraian orangtuanya sehingga anak dapat tetap menyelesaikan tugas perkembangannya dan berprestasi disekolah serta mencegah terjadinya masalah psikososial pada remaja
Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri Dibanding Terapi Musik pada Pasien Pascabedah Eldessa Vava Rilla; Helwiyah Ropi; Aat Sriati
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 17 No 2 (2014): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v17i2.444

Abstract

 Tindakan pembedahan dapat menimbulkan nyeri dan perubahan tanda-tanda vital. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektivitas terapi musik dan terapi murottal terhadap penururunan tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital pada pasien pascabedah. Penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group ini melibatkan 36 responden. Pengukuran tingkat nyeri menggunakan Numerik Rating Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara terapi murottal dan terapi musik pada penurunan tingkat nyeri. Rerata penurunan nyeri pada kelompok terapi murottal lebih besar dibandingkan dengan penurunan nyeri dengan pada kelompok terapi musik. Akan tetapi, penelitian ini tidak menemukan perbedaan pada kestabilan tanda-tanda vital antara kelompok yang diberikan terapi murottal dan terapi musik. Terapi murottal dapat menjadi pertimbangan sebagai terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien muslim setelah tindakan pembedahan. Abstract Murottal Therapy Reduces Pain Level Effevtively Compare to Music Therapy on the Post Surgery Patients. Surgery causes painful and vital signs alteration. The objective of this study was to compare the effectiviness of music therapy and murottal therapy on reducing of the pain level and stability of vital signs in post surgery patiens. This quasi experimental with pretest-posttest control group study involved 36 respondents. Numeric Rating Scale was used to measure pain level. The result showed that there was significantly difference between murottal therapy and music therapy in reducing pain level. The average of pain level on murottal therapy group was higher than pain level in the music therapy group. On contrary, there no diffirence on average of vital signs stability of both murottal dan musc therapy groups. The murottal therapy should considere as non-pharmacologic measures to reduce pain level in post-surgery patients. Keywords: Murottal therapy, music therapy, pain, post-surger, vital signs stability
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER LEHER RAHIM YANG MENJALANI TERAPI DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG Vera Fauziah Fatah; Helwiyah Ropi
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 1, No 1 (2017): JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : LPPM Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54440/jmk.v1i1.5

Abstract

Wanita yang mengalami kanker leher rahim dan menjalani terapi beresiko mengalami gangguan mental emosional karena terjadi perubahan fungsi tubuh yang menyebabkan konsep dirinya menjadi negatif. Konsep diri yang negatif kemungkinan menyebabkan kualitas hidup seseorang menjadi buruk. Namun dalam beberapa kasus penyakit kronis justru didapatkan bahwa konsep diri mengalami peningkatan walaupun kualitas hidupnya mengalami penurunan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Data dianalisis dengan univariat dan bivariat. Perhitungan data univariat kualitas hidup dianalisis berdasarkan scoring dari EORTC QLQ-C30 + CX-24 dan konsep diri dianalisis berdasarkan scoring instrumen TSCS. Data bivariat dianalisis menggunakan range spearman dinyatakan bermakna jika nilai p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (38 pasien) memiliki konsep diri sangat rendah, untuk kualitas hidup hampir keseluruhan (43 pasien) berada pada kategori buruk, selain itu didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Konsep Diri dengan Kualitas Hidup dengan besarnya hubungan adalah 0,753 (kategori kuat). Nilai hubungan masing-masing komponen konsep diri dengan kualitas hidup sebagai berikut: physical self sebesar 0,623 (kategori kuat), moral self sebesar 0,642 (kategori kuat), komponen Personal self 0,720 yang berarti dalam kategori kuat, family self sebesar 0,492 (kategori sedang). Social self sebesar 0,765 (kategori kuat). Academic/work sebesar 0,758 (kategori kuat). Semakin tinggi konsep diri seseorang maka ia akan memiliki motivasi untuk beradaptasi dengan segala perubahan, sebaliknya semakin rendah konsep diri seseorang maka semakin tidak memiliki motivasi dalam hidupnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi dirinya mempersepsikan kehidupan. Mengacu pada hasil penelitian bahwa social self merupakan komponen yang memiliki nilai hubungan paling tinggi dengan kualitas hidup maka disarankan bagi praktisi kesehatan ataupun rumah sakit untuk membentuk perkumpulam khusus kanker leher rahim yang menjalani terapi untuk diberi program terapi suportif, selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi social self pada wanita dengan kanker leher rahim yang menjalani terapi.Kata kunci : konsep diri, kualitas hidup, kanker leher rahim
Pain and Anxiety Reduction of First Stage Maternity Mothers using SEFT Intervention Sri Mumpuni Yuniarsih; Helwiyah Ropi; Ida Maryati
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Vol 28, No 2 (2015): Pena Maret 2015
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/jurnalpena.v28i2.140

Abstract

Pain and anxiety are major problems in childbirth. Management of pain and anxiety made to smooth the process of childbirth. This study aimed to compare the effect of spiritual intervention and Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) to reduce both pain and anxiety. The study design used was quasy experiment with consecutive sampling technique. The subjects involved were  36  mothers  giving  birth  at  health  centers  PONED  Pekalongan  which  divided  into  two groups,  SEFT  intervention  as  intervension  group  and  spiritual  intervention  as  control  group. The instrument used was numeric rating scale. Data were analyzed using the Mann Whitney U test,  Wilcoxon  and  Independent  t  Test.  The  results  showed  there  were  differences  in  average decrease  in  pain  and  anxiety  between two groups.  SEFT  intervention proven  to reduce  pain intensity  of  the  first  stage  and  maternal  anxiety was better  than  spiritual  intervention. Keywords: Anxiety, Pain childbirth, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANAJEMEN DIRI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISIS RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG Tina Handayani Nasution; Helwiyah Ropi; Ria Eviyantini Sitorus
Journal of Nursing Science Update (JNSU) Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Health Sciencce, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.585 KB)

Abstract

Manajemen diri yang efektif merupakan hal penting dalam pengelolaan pasien penyakit ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Ada banyak faktor yang bisa berhubungan dengan manajemen diri pada pasien penyakit ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor – fakor yang berhubungan dengan manajemen diri pada pasien yang menjalani hemodialisis di ruang hemodialisis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Desain penelitian cross sectional, jumlah sampel 48 pasien, dengan tehnik concecutive sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner data demografi, kuesioner pembiayaan, kuesioner nilai, kuesioner Zung Self Rating Anxiety Scale dan kuesioner manajemen diri. Analisa data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia (p=0,492), jenis kelamin (p = 0,546), status pernikahan (p = 0,572), pendidikan (p= 0,059) dan lamanya menjalani hemodialisis ( p = 0,262) dengan manajemen diri. Sementara faktor – faktor yang berhubungan dengan manajemen diri pada pasien yang menjalani hemodialisis pada penelitian ini adalah pembiayaan (p = 0,023), nilai – nilai terkait hemodialisis yang dimiliki pasien (p = 0,046) dan kecemasan (p=0,022). Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor tersebutlah yang berhubungan dengan manajemen diri pada pasien penyakit ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya program edukasi secara rutin menggunakan berbagai media seperti media lifleat atau audiovisual untuk meningkatkan manajemen diri pada pasien yang menjalani hemodialisis.   Kata kunci: Analisis faktor, manajemen diri, hemodialisis