Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Peran Budaya Organisasi dalam Memoderasi Keterlibatan Kerja dan Perilaku Kewargaorganisasian pada Karyawan Non Dosen Universitas Mercu Buana Jakarta Buntaran, Firman Alamsyah Ario
Mediapsi Vol 2, No 1 (2016): JUNE
Publisher : MEDIAPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.029 KB) | DOI: 10.21776/ub.mps.2016.002.01.4

Abstract

Perilaku kewargaorganisasian saat ini menjadi pembicaraan yang tetap menarik untuk dikaji karena maju dan berkembangnya sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dengan masalah perilaku kewargaorganisasian anggota di dalamnya. Organisasi yang sukses harus didukung oleh semangat dan kinerja yang bagus dari segenap anggota yang menjadi bagian dalam sebuah organisasi. Namun sayangnya tidak semua organisasi didukung oleh adanya perilaku kewargaorganisasian yang dianut oleh segenap orang-orang yang tinggal di dalamnya sehingga mempengaruhi organisasi dalam menggapai visi dan misinya. Dalam penelitian ini, masalah yang dibahas dibatasi pada keterlibatan kerja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kewargaorganisasian yang diperkuat dengan variabel moderasi. Hipotesis penelitian ini adalah budaya organisasi dapat memperkuat hubungan keterlibatan kerja terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan pendekatan uji regresi berganda. Terdapat kontribusi signifikan dari keterlibatan kerja karyawan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 34,3%. Budaya organisasi juga memberi kontribusi signifikan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 46%. Demikian juga dengan variabel moderator memberikan kontribusi signifikan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 48.2 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi perilaku kewargaorganisasian yang diperkuat oleh peran keterlibatan kerja.
Peran Kepercayaan Interpersonal Remaja yang Kesepian dalam Memoderasi Pengungkapkan Diri pada Media Jejaring Sosial Online Firman Alamsyah Ario Buntaran; Avin Fadilla Helmi
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP) Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.318 KB) | DOI: 10.22146/gamajop.7348

Abstract

Penelitian ini meneliti peran kepercayaan interpersonal secara online memperkuat hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri pada 162 siswa-siswi. Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala kesepian, skala pengungkapan diri, dan kepercayaan interpersonal di jejaring sosial online. Hasil penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara siswa perempuan dibandingkan laki-laki pada diri secara online dalam mengungkapkan diri. Siswa perempuan lebih lama dalam waktu penggunaan jejaring sosial online dibandingkan dengan siswa laki-laki. Penelitian juga menemukan bahwa siswa perempuan memiliki situs jejaring sosial online lebih banyak seperti Facebook, Twitter, dan Instagram dibandingkan dengan siswa laki-laki. Penggunaan waktu selama tiga jam adalah rentang waktu paling banyak digunakan oleh partisipan. Terdapat hubungan yang signifikan antara kesepian dan pengungkapan diri secara online yang dimoderatori oleh kepercayaan interpersonal online.
Pentingnya Kemandirian Bagi Remaja Buntaran, Firman Alamsyah Ario; Dawanti, Rizki; Riskinanti, Karisma
J-ADIMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 12, No 2 (2024)
Publisher : (STKIP) PGRI Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29100/j-adimas.v12i2.6206

Abstract

ABSTRAK    Pada masa perkembangan remaja, kemandirian merupakan isu penting yang idealnya telah dicapai oleh remaja meskipun memang belum sepenuhnya mandiri.  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian dalam kalangan remaja, dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya memicu terjadinya perubahan emosional. Konsep kemandirian remaja umumnya  ditandai dengan kemampuan remaja dalam inisiatif mengambil keputusan, mampu mengatur dan mengendalikan perilakunya, mampu mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan dan perilakunya sendiri, serta telah berpikir masa depan yang lebih baik. Kemandirian sangatlah penting bagi remaja, namun perhatian orang tua maupun pihak sekolah belum begitu serius dalam membekali remaja dengan konsep kemandirian, untuk itu pada kesempatan pengabdian saat ini, fokus kepada pembekalan remaja terkait dengan kemandirian yang memang penting dalam usia remaja, karena pengetahuan dan keterampilan ini sangat penting untuk remaja dan sebagai isu sentral, jika remaja berhasil melalui fase perkembangan ini dengan berhasil dan dapat mandiri, pada usia dewasa tidak akan ada masalah terkait dengan kemandirian. Salah satu cara dalam membantu remaja terkait masalah kemandirian ini adalah dengan cara memberikan penyuluhan mengenai kemandirian berupa tugas perkembangan remaja berkaitan dengan kemandirian Pre dan post test diberikan untuk mengukur sejauh mana efektifitas penyeluhun dapat berjalan, berdasarkan materi yang akan disampaikan. Penyuluhan ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 32 Jakarta.hasil pretest dan postest menunjukkan ada perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, yang dapat diartikan terdapat pegaruh penyuluhan terhadap pemahaman remaja terhadap kemandirian. Kata kunci: remaja, kemandirian, penyuluhan
Pelatihan Komunikasi Efektif Pada Pasangan Suami Istri di Kelurahan Duri Kepa Jakarta Barat Buntaran, Firman Alamsyah Ario; Sabir, Ahmad; Irmawan, Dhani
J-ADIMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 13, No 1 (2025)
Publisher : (STKIP) PGRI Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29100/j-adimas.v13i1.8518

Abstract

ABSTRAK Komunikasi efektif merupakan salah satu kunci utama dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara pasangan suami istri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan pasangan suami istri dalam berkomunikasi secara efektif melalui program pelatihan berbasis pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di Karang Taruna Duri Kepa, Jakarta Barat, dengan melibatkan 41 pasangan suami istri sebagai peserta. Metode yang digunakan meliputi penyampaian materi, diskusi interaktif, dan simulasi praktik komunikasi. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman konsep komunikasi efektif pada peserta pelatihan, kesadaran akan pentingnya mendengarkan aktif, peningkatan pemahaman dalam menyelesaikan konflik, penggunaan bahasa verbal dan non vernal serta kemampuan menyampaikan pesan dengan empati. Dampak positif dari pelatihan ini tidak hanya dirasakan oleh pasangan, tetapi juga berkontribusi terhadap keharmonisan lingkungan keluarga secara keseluruhan. Program ini diharapkan dapat menjadi model pengabdian kepada masyarakat yang dapat diterapkan di wilayah lain untuk memperkuat ketahanan dan keharmonisan keluarga. Kata kunci: komunikasi efektif, pasangan suami istri, pelatihan, pengabdian kepada masyarakat, keharmonisan keluarga
The Mediating Role of Internet Addiction in the Relationship Between Loneliness and Depression Among Adolescents Buntaran, Firman Alamsyah Ario; Kadir, Nor Ba’yah Abdul; Zakaria, Siti Marziah
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 7 No. 2 (2025): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/002025071560000

Abstract

Loneliness and internet addiction (IA) are risk factors for depression. Internet addiction and depression among adolescents have recently increased in prevalence globally and are expected to continue to increase. However, there is no clear line between internet addiction and depression as to why it occurs. Previous research on the relationship between loneliness and depression in adolescents involved IA as a mediator, and the results of the study showed that IA can be a partial mediator between loneliness and depression. However, in Indonesia, there has been no similar research regarding IA as a mediator and explaining the relationship between these variables. Previous studies show that lonely individuals show high levels of IA. It also causes depression in adolescents. The relationship is still not fully explained. The results of a study involving 732 adolescents in Indonesia, high school students aged 14 to 19 years, actively using the internet, and owning smartphones show that there is partial mediation of IA in the relationship between loneliness and depression in adolescents. Loss of control (LoC) is a dimension that is strongly associated with depression and loneliness. The amount of time spent on the Internet is also linked to loneliness and depression. The study found that girls were more likely to experience depression and loneliness compared to boys. These findings provide important information for parents and schools, and interventions related to these findings can be of serious concern.
The role of self-control on peer attachment and internet addiction Buntaran, Firman Alamsyah Ario; Aprianti, Melani; Sabir, Shmad
JURNAL SPIRITS Vol 15 No 1 (2024): Volume 15 no 1 , November 2024
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/spirits.v15i2.17907

Abstract

There has been an increase in the prevalence of internet addiction among adolescents in recent years. It is known that self-control and attachment are protective factors against various maladaptive behaviors in adolescents. In middle adolescence, close friends become the main source of intimacy and openness and are the main providers of emotional and social support. However, there has been no research in Indonesia that assesses the role of the protective factor of self-control as an introductory factor of various maladaptive behaviors. The purpose of this study was to assess the role of self-control as an intermediary factor in the relationship between peer attachment and internet addiction in 114 high school students. Mediation test using Macro Process and Sobel calculation, the results of the mediation test showed that self-control can fully mediate the relationship between peer attachment and internet addiction. These findings provide important suggestions for parents and schools to be able to provide interventions regarding the importance of self-control and the meaning of peer attachment among students
Peran Budaya Organisasi dalam Memoderasi Keterlibatan Kerja dan Perilaku Kewargaorganisasian pada Karyawan Non Dosen Universitas Mercu Buana Jakarta Buntaran, Firman Alamsyah Ario
Mediapsi Vol 2 No 1 (2016): JUNE
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.mps.2016.002.01.4

Abstract

Perilaku kewargaorganisasian saat ini menjadi pembicaraan yang tetap menarik untuk dikaji karena maju dan berkembangnya sebuah organisasi tidak bisa dilepaskan dengan masalah perilaku kewargaorganisasian anggota di dalamnya. Organisasi yang sukses harus didukung oleh semangat dan kinerja yang bagus dari segenap anggota yang menjadi bagian dalam sebuah organisasi. Namun sayangnya tidak semua organisasi didukung oleh adanya perilaku kewargaorganisasian yang dianut oleh segenap orang-orang yang tinggal di dalamnya sehingga mempengaruhi organisasi dalam menggapai visi dan misinya. Dalam penelitian ini, masalah yang dibahas dibatasi pada keterlibatan kerja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kewargaorganisasian yang diperkuat dengan variabel moderasi. Hipotesis penelitian ini adalah budaya organisasi dapat memperkuat hubungan keterlibatan kerja terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan pendekatan uji regresi berganda. Terdapat kontribusi signifikan dari keterlibatan kerja karyawan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 34,3%. Budaya organisasi juga memberi kontribusi signifikan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 46%. Demikian juga dengan variabel moderator memberikan kontribusi signifikan terhadap perilaku kewargaorganisasian dengan sumbangan efektif sebesar 48.2 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi perilaku kewargaorganisasian yang diperkuat oleh peran keterlibatan kerja.
PSIKOEDUKASI PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING) PADA SISWA SMP YADIKA 11 BEKASI Riskinanti, Karisma; Buntaran, Firman Alamsyah Ario
Jurnal Abdi Masyarakat (JAM) Vol 2, No 2 (2017): JAM (Jurnal Abdi Masyarakat) - Maret
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.172 KB) | DOI: 10.22441/jam.2017.v2.i2.005

Abstract

Saat ini banyak terjadi kasus kenakalan remaja di Indonesia. Remaja selalu menjadi sorotan pembicaraan masyarakat Karena tingkat kenakalan remaja yang meningkat. Salah satu contoh kasus kenakalan remaja adalah perilaku bullying. Bullying adalah masalah yang dialami oleh hampir sepertiga remaja yang ditindas di sekolah (Fitzpatrick & Bussey, 2011). Menurut Smith et al., (dalam Fitzpatrick &Bussey, 2011) bullying secara luas dianggap sebagai bagian perilaku agresif yang berada dalam konteks kelompok dan merugikan, yang dilakukan dengan kesengajaan dari individu yang memiliki peran yang kuatatau kelompok yang lebih kuat. Perilaku remaja tersebut dapat berupa kekerasan secara verbal (mengucapkan perkataan yang tidak baik) dan secara non verbal (memukul, menendang, dan lain sebagainya). Kasus perundungan atau bullying ini memiliki dampak negatif yang mengganggu kesehatan mental anak baik sebagai pelaku bullying maupun sebagai korbannya. Dampak negative tersebut adalah adanya trauma fisik dan psikologis. Dampak bullying tersebut sangat jelas berbekas pada terganggunya kesehatan mental korbannya. Hal ini menjadipertimbangan bagi kami agar dapat mengurangi atau menghilangkan perilaku bullying pada siswa remaja tersebut. Program psikoedukasi diharapkan dapat menambah wawasan mereka terhadap perkembangan diri pribadi remaja,lingkungan keluarga dan social mereka. Hasil dari psikoedukasi yang diadakan di SMP Yadika 11 Bekasi adalah keseluruhan dari peserta merasa puas akan kegiatan psikoedukasi tentang bahaya perundungan ini. Seluruh peserta merasa bahwa kegiatan ini bermanfaat bagi diri dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka dapat mengetahui bahaya dari merundung, bagaimana pencegahannya, dan bagaimana harus bersikap agar dapat mencegah perundungan ini terjadi di lingkungan sekolah mereka. Secara garis besar, kegiatan ini dinilai sangat bermanfaat, baik bagi sekolah maupun siswa yang terlibat dalam kegiatan ini.
Does attachment to parents in adolescent influence internet addiction? Buntaran, Firman Alamsyah Ario; Nor Ba’yah Abdul Kadir; Siti Marziah Zakaria
JURNAL SPIRITS Vol 16 No 1 (2025): volume 16 n0 1 2025
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/spirits.v16i1.20281

Abstract

Digital technology has had a significant impact on adolescent behavior, including the increasing prevalence of internet addiction. This study aimed to examine the influence of adolescents’ attachment to their mothers and fathers on the level of internet addiction. Parental attachment is a crucial aspect of adolescent psychosocial development that can affect patterns of internet use. A quantitative survey method was employed, involving X adolescent respondents aged 14 to 18 years, selected using purposive sampling. The instruments used in this study were the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) and the Internet Addiction Test (IAT). Based on the results of the analysis, this study concludes that parental attachment has a statistically significant relationship but does not have a practically significant effect on internet addiction in adolescents. These findings suggest that internet addiction in adolescents is influenced by various complex factors beyond the dynamics of family relationships, such as peer pressure and the influence of the digital environment. Therefore, it is essential for researchers and practitioners to develop more comprehensive intervention approaches that incorporate broader social environments and relevant psychological factors to support adolescents in managing healthy internet use.