Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Bisnis Keluarga di Bandung Bagaimana Mereka Bertahan-Berlanjut? Gomulia, Budiana
Jurnal Trikonomika Vol 12, No 2 (2013): Edisi Desember 2013
Publisher : Jurnal Trikonomika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bisnis Keluarga di Indonesia memiliki kemampuan bertahan-berlanjut. Diawali ketika seseorang ”founder” memulai bisnisnya, kemudian dengan perjuangannya bisnis itu  berkembang. Agar bisnis dapat terus tumbuh dan berlanjut “Built to Last” terdapat banyak aspek dan faktor yang harus diperhatikan, di antaranya regenerasi oleh penerusnya dan profesionalisasi manajemennya. Memotret bisnis keluarga di Bandung dalam pandangan Model Tiga Dimensi Perkembangan (Davis et al, 1997), meliputi: perkembangan dimensi bisnis, perkembangan dimensi keluarga, dan perkembangan dimensi kepemilikan. Penelitian dilakukan dalam tiga semester pada tahun 2011 dan 2012. Memanfaatkan 45 sampel perusahaan dari beragam usia bisnis dan jenis usaha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan  multikasus. Proses wawancara, observasi dan diskusi dengan responden pada setiap perusahaan dengan menugaskan mahasiswa di kelas Manajemen Bisnis Keluarga yang diselenggarakan oleh Jurusan Manajemen Unpar. “Tampaknya” bisnis keluarga di Bandung  mampu bertahan dan berlanjut sampai usia panjang, bahkan ada yang telah mencapai lebih dari 50 tahun, dimana suksesi dari generasi pertama ke generasi penerus sudah atau sedang terjadi. Faktor yang  menyebabkan adanya keberlanjutan adalah komitmen keluarga dan kepercayaan pada  keluarga yang masih sangat kuat. Bisnis keluarga yang diteliti umumnya berada pada tahap dewasa dengan  manajemen dan kepemilikannya  masih dikuasai keluarga.
STRUKTUR MODAL USAHA KECIL SENTRA KULIT DI SUKAREGANG, GARUT Budiana Gomulia; Vera Intanie Dewi
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2010)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.85 KB)

Abstract

Sentra Pengrajin kulit di Garut sudah dikenal secara nasional, dan merupakan bisnis kebanggaan masyarakat di sana. Namun perkembangannya belum dapat dikatakan memuaskan. Masalah permodalan masih disebut sebagai salah satu faktor kendala. Sementara itu dinyatakan bahwa kementerian UMKM bermaksud membangun UMKM yang kuat dan sehat, diantaranya karena kemampuan UMKM dalam mengumpulkan modal sendiri/ekuitas dan meningkatkan manfaat penggunaan hutang/pinjaman.Populasi penelitian ini adalah pengusaha (skala kecil-mikro) Sentra Kulit-Garut, sementara digunakan purposive sampling dengan 32 pengrajin. Teknik pengumpulan data adalah focus group discussion dan survei dengan menggunakan quesioner. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah memaparkan struktur permodalan secara umum, dan menemukan permasalahan penelitian lanjutannya.Dari penelitian terhadap pengusaha skala kecil-mikro di Sentra Kulit Sukaregang diketahui situasinya : Struktur Permodalan belum optimal (tidak sesuai kebutuhan yang dirasakan) , yaitu 1) akumulasi modal sendiri yang sangat terbatas dan 2) sangat kecilnya proporsi pinjaman-kredit yang telah dimanfaatkan untuk mendukung kelancaran, kontinuitas dan pengembangan usaha. Temuan masalah yang sangat mengkhawatirkan : a)suplier maupun pelanggan masih “sangat enggan” untuk memberikan dukungan permodalan .b) Koperasi, BPR dan Bank Umum telah diketahui dapat memberikan kredit oleh para pengrajin namun kendala tingkat suku bunga dan biaya lain yang tinggi, agunan yang diminta, dan berbagai syarat administrasi menjadi faktor yang menghambat mereka untuk mendapatkan pinjaman.c) dampak dari cukup banyaknya pengusaha menengah yang tidak dapat mengembalikan kreditnya dengan baik , maka para pengrajin di sentra ini telah mendapat istilah “Black List” dari beberapa Bank , menyebabkan kesempatan bagi pengusaha skala kecil ini hampir mustahil untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga dan biaya yang wajar, serta tuntutan berbagai persyaratan kredit lainnya.
POLA GAYA HIDUP DALAM KEUANGAN KELUARGA (STUDI KASUS:UNIT KERJA INSTITUSI PENDIDIKAN SWASTA DI BANDUNG) Ridwan S. Sundjaja; Budiana Gomulia; Dharma Putra Sundjaja; Felisca Oriana; Inge Barlian; Meilinda Meilinda; Vera Intanie Dewi
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2011)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.945 KB)

Abstract

This research was conducted to determine lifestyle patterns in family finances. This research was conducted in a private educational institution in Bandung. Data collection technique used in this research is survey technique with questionnaires and for data analysis technique that used in this study is descriptive analysis. It has been found that the lifestyle patterns of employees at one of private educational institution in Bandung generally still have a good patterns.This is proved by the monetary sequences of their revenue and expense. Also, the priority selection of their needs and wants in fullfilling their life style is still in control.The result of this research, generally the respondents already have their own house, vehicles, and mobile communication devices like handphone, with purchasing frequency in 1 year mostly less than 2 times.Moreover, the respondents also already have a habit of saving/investing and insurance.T o fill their spare time, respondents prefer to gather with their family, go to mall with frequency in a month 1-4 times and also they do exercise. But, the problem that needs to be taken care of is how to handle their credit card/loans because a lot of respondents have routine spending of paying credit card installment/loans.From this research, also found that there is still a lack of awareness for making simple bookkeeping of their revenue and expense. Therefore to make them literate family finances, they need to follow a counseling and training about family finances. Even, they are suggested to follow the counseling and training with their family members.
BISNIS KELUARGA MODEL PERKEMBANGAN 3 DIMENSI (Beberapa Bisnis Keluarga di Bandung dan sekitarnya) Budiana Gomulia; Erwin Suryadi; Inge Barlian
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2011)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.061 KB)

Abstract

Perkembangan Bisnis Keluarga merupakan topik kajian yang luas, meliputi aspek internal dan aspek eksternal dari usaha keluarga. Memahami tahap-tahap perkembangan sebuah usaha berguna untuk melihat “road map” dan menemukan cara pengelolaan yang tepat dalam mengatasi jebakan transisi. Bagaimana perkembangan bisnis keluarga-UKM di Bandung dan sekitarnya , masih memerlukan penggalian baik dalam praktek maupun teorinya. Tahap siklus hidup bisnis keluarga dapat dianalisis pada 3 dimensi (Davis , 1997), yaitu : perkembangan dimensi bisnis , perkembangan dimensi keluarga dan perkembangan dimensi kepemilikan.Perkembangan Bisnis Keluarga (UKM) di Bandung dan sekitarnya dipelajari melalui 45 sampel perusahaan , dengan keterwakilan : ukuran bisnis (yang berkembang dari skala kecil dan menengah), beragam usia bisnis – minimal 8 tahun, dan jenis usaha – dagang dan bukan dagang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptiv - multikasus , sama sekali tidak ditujukan untuk melakukan generalisasi. Wawancara , observasi dan diskusi yang dilakukan melibatkan semua mahasiswa di kelas Manajemen Bisnis Keluarga dalam 3 semester: Genap 2010-2011, Ganjil dan Genap 2011-2012Perkembangan Bisnis Keluarga di Bandung dan sekitarnya , “tampaknya” mampu bertahan dan berlanjut ( Toko Kopi Aroma, Toko Sim sudah dijalankan lebih dari 60 tahun), dan penerusan bisnis dari generasi 1 ke generasi 2 atau generasi 3.Kelihatannya faktor utama yang menyebabkan adanya keberlanjutan tsb adalah komitmen keluarga dan kepercayaan pada keluarga yang masih kuat – hal ini dibaca pada perkembangan dimensi keluarga dan dimensi kepemilikan yang stabil dan tertutup . Sedangkan untuk faktor manajemen dan sistem kerja relatif tidak berkembang, dengan tahap bisnis saat ini berada di tahap dewasa ; yaitu usaha tsb tidak diinginkan berkembang lagi atau sulit untuk dikembangkan lagi . Jadi keadaan bisnis berjalan pada posisi untuk mempertahankan saja yang ada (pelanggan, pasar dan fasilitas fisik)Perubahan paradigma dari pelaku bisnis keluarga di Bandung , pada kelompok usaha di era milinium, tampaknya sudah mulai terjadi yaitu : mereka mulai menyadari pentingnya kompetensi dan profesionalisme (al.lebih terbuka pada peranan bukan keluarga untuk duduk dalam manajemen). Dengan adanya perubahan ini diharapkan ada sumber daya yang lebih baik untuk keberlanjutannya di masa yang akan datang.Upaya membangun desain penelitian Manajemen Bisnis Keluarga yang terintegrasi dengan proses pembelajaran di kelas masih harus diperbaiki - direvisi , sehingga hasil akhir yang diharapkan (membuat sebuah buku yang berbasis praktek dan pengetahuan Bisnis Keluarga (UKM) di Bandung -Jabar ) bukanlah suatu impian tanpa usaha
PENGELOLAAN KEUANGAN OLEH PENGUSAHA PEREMPUAN PADA BEBERAPA BISNIS KREATIF DI BANDUNG (Studi Kasus Pada Bisnis Kreatif : fesyen, kerajinan, dan film) Inge Barlian; Budiana Gomulia; Elvy Maria Manurung
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2012)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4553.405 KB)

Abstract

Purpose-This paper presents interviews with several women entrepreneur in Bandung who dedicate herself in creative businesses. These creative businesses give challenges to woman today to take a part, as an entrepreneur beside a woman.Design/methodology/approach – The research use qualitative methods with discource analysis with following step : observation, deep interviews and focus group discussion.Findings – The interviews describe that challenged by the economy doesn’t make women entrepreneur in Bandung stop to create. There are five women who have interviewed, and all of them have passionate, always come with new and bright ideas. All of them got supported by their family. With inadequate financial literacy (management) and improper accounting, they still could manage the mixed sources of fund to great succeed, but they have to fix the problem in the future.Originality/value – This paper gives insights that todays women in Bandung are more empowered and stand equally with their men counterpart.Keywords : women entrepreneur, creative business, financial management.
Peranan Modal Dari Keluarga Pada 3 UKM di Bandung Inge Barlian; Budiana Gomulia; Elvy Maria
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2013)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2844.909 KB)

Abstract

Usaha kecil dan menengah menjadi bagian terbesar dari dunia usaha di Indonesia ,  yang telah  terbukti mampu bertahan selama masa krisis, tahun 1997-1998 dan tahun 2008. Usaha skala kecil dan menengah ini (UKM) memiliki peran penting terhadap perkembangan ekonomi, menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak memberikan kontribusi terhadap GDP. Ada suatu fakta yang belum cukup  dipahami , bahwa berdirinya usaha skala kecil dan menengah umumnya dimulai dengan melibatkan anggota keluarga atau tidak langsung  mendapat dukungan dan bantuan keluarga . Penelitian ini difokuskan untuk menemukan   peran  modal  yang diberikan oleh keluarga pada saat pendirian usaha dan dalam perkembangannya,  baik modal yang  berupa uang dan finansial (harta tetap atau harta lancar), maupun yang bersifat nilai-nilai (family capital), dan emosi-waktu-perhatian (psychological capital) , dsb . Penelitian dilaksanakan dengan metode kualitatif yakni Multi Case Studies. Tiga UKM  di Bandung  dipilih sebagai obyek penelitian.  Teknik wawancara dan observasi digunakan saling melengkapi   . Hasil transkrip wawancara dikategorisasi (coding) sesuai tema penelitian. Teori modal Bourdieu (1996) digunakan untuk menganalisis dan untuk mendapatkan pemaknaan dari temuan. Temuan menunjukkan bahwa modal ekonomi bukanlah satu-satunya faktor yang berperan dalam memulai dan mengembangkan usaha dalam 3 kasus ini.  Ada  modal yang lain yaitu modal budaya dan modal sosial yang punya peran penting  terhadap awal dan  kelangsungan usaha. Modal simbolik dapat  dibangun dari   modal budaya  sejalan dengan berjalannya usaha dalam  jangka waktu yang cukup   lama. Kata-kata Kunci : modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, modal simbolik
IDENTIFIKASI dan KLASIFIKASI UKM di SEKITAR UNPAR Agus Hasan; Budiana Gomulia; Ria Satyarini
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1327.939 KB)

Abstract

UKM saat ini dibutuhkan tetapi belum mendapat perhatian yang cukup. UKM dengan segala perannya, masih memiliki banyak kendala disamping peluang yang juga banyak. Unpar sebagai salah satu institusi pendidikan harus mulai memiliki peran terhadap UKM terutama UKM disekitar Unpar.Penelitian ini hanyalah awal dari penelitian, pengabdian serta penugasan pengajaran pada Jurusan Manajemen yang coba dibuat dan diaplikasikan dimulai dari semester ganjil 2012/2013, diharapkan dapat berkelanjutan seterusnya.Kata kunci: UKM, Unpar, identifikasi, klasifikasi
PERUSAHAAN BERTANGGUNGJAWAB: MOTIVASI KEPATUHAN UKM TERHADAP PERATURAN Budiana Gomulia; Catharina Ria Budiningsih; Vera Intanie
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1277.371 KB)

Abstract

Usaha Kecil dan Menengah memiliki kedudukan yang penting dalamperekonomian Indonesia . Demikian juga bagi perekonomian di Jawa Barat selama tahun 2012 UKM memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah sebesar 45,5%. Sejalan meningkatnya aktivitas dan peran UKM dalam perekonomian lokal, nasional maupun regional mempersoalkan “Corporate Citizenship” dari kelompok usaha kecildan menengah menjadi semakin menarik.Semua perusahaan besar atau kecil seyogyanya 1) bertanggungjawab untuk menghasilkan keuntungan (bagi pemilik) 2) bertanggungjawab melayani kebutuhan para pemangku kepentingan (konsumen, pekerja, tetangga, dsb) 3) bertanggungjawab menjaga kelestarian alam . Sejalan dengan konsep tanggungjawab yang mendukung keberlanjutan ekonomi-sosial-alam “ Triple Bottom line” . Hukum/Peraturan Perusahaan memiliki fungsi mengatur yang dapat memaksa setiap perusahaan untuk mematuhinya. Kewajiban yang diatur oleh hukum merupakan tanggungjawab minimal perusahaan . Menurut filosofi moral motivasi perusahaan mematuhi hukum mungkin bersifat deskriptiv , instrumental atau normativ.Diawali studi pustaka terhadap Hukum Perusahaan (ada 5 yang dipilih) ,dilanjutkan diskusi dengan para praktisi hukum dan bisnis untuk memperoleh pandangan tentang permasalahan perusahaan menjalankan kewajibannya . Survey yang disusun merupakan survey pendapat umum (psikososial), diisi oleh 27 perusahaan kecil dan menengah bidang makanan di Bandung. Dengan menggunakan program Excel dilakukan perhitungan statistik deskriptiv . Analisisnya bersifat kualitatif untukmemaparkan wujud tanggungjawab dari ke 27 UKM di Bandung. Hukum Perusahaan di Indonesia yang meliputi Perijinan dan Daftar Perusahaan , UU.Perlindungan Konsumen, UU. Ketenagakerjaan , UU. Pangan , UU.Limbah Berbahaya memiliki “spirit hukum” kepastian hukum dan tertib administrasi , pro penyelenggaran usaha yang baik , dan pro keberlanjutan sosial-alam-profit.UKM industri makanan memahami perlunya mematuhi hukum untuk menjaga reputasi perusahaan dan menciptakan rasa tenang dalam menjalankan usahanya. Bahwa perusahaan menyadari mereka akan memperoleh keuntungan yang baik kalau berhasil memuaskan para pemangku kepentingan seperti konsumen, masyarakat lokal maupun pekerjanya. Bahkan perusahaan menjalankan kegiatan berderma sebagaisebagai dorongan hatinya.Kata kunci :Tanggungjawab Perusahaan , Keberlanjutan “Triple Bottom Line” , Hukum/PeraturanPerusahaan   
POLA GAYA HIDUP DALAM KEUANGAN KELUARGA (Studi Kasus:Unit Kerja Institusi Pendidikan Swasta di Bandung) Ridwan S. Sundjaja; Budiana Gomulia; Dharma Putra Sudjaja; Felisca Oriana S; Inge Barlian; Meilinda .; Vera Intanie Dewi
Bina Ekonomi Vol. 15 No. 2 (2011)
Publisher : Center for Economic Studies Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1158.997 KB) | DOI: 10.26593/be.v15i2.784.%p

Abstract

This research was conducted to discover lifestyle patterns in family finances. This research was conducted in a private educational institution in Bandung. Data collection technique used in this research is survey technique with questionnaires and the data analysis technique that used in this study is descriptive analysis. It has been found that the lifestyle patterns of employees at one of private educational institution in Bandung generally still have a good patterns. This is proved by the monetary sequences of their revenues and expenses. Also, the priority selection of their needs and wants in fulfilling their life style is still in control.  From this research, it is known generally the respondents already have their own house, vehicles, and mobile communication devices like hand phone.  The purchasing frequency of hand phone in average is less than 2 times per year. Moreover, the respondents have already had a habit of saving/investing and buying insurance. To fill their spare time, respondents prefer to gather with their family, go to mall with frequency of 1-4 times per month and do exercise. But,  the problem  that needs  to be taken  care of is how  to handle  their credit  cards/loans  because  a lot of respondents have routine spending of  paying credit card installment/loans.  From this research, it is also found that there is still a lack of awareness for making simple bookkeeping of their revenues and expenses. Therefore to make  them  family  finances  literate,  they need  to follow a counseling and  training  on family  finances.  Even, they are suggested to follow  the counseling and training with their family members.
STRUKTUR MODAL USAHA KECIL SENTRA KULIT DI SUKAREGANG, GARUT Budiana Gomulia; Vera Intanie Dewi
Bina Ekonomi Vol. 15 No. 2 (2011)
Publisher : Center for Economic Studies Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1359.547 KB) | DOI: 10.26593/be.v15i2.786.%p

Abstract

Sukaregang Leather craftsmen Centre in Garut is known nationally, and is also a pride of Garutan people, but unfortunately its growth has not shown any outstanding outcomes.  The problem of capital-is mentioned as one of the issues. Meanwhile,  as we know that  the Ministry  of Economic, Small and Medium Enterprises (KEMENKOP) aims at building healthy and strong small, micro and medium enterprises because of its capability to collect its own capital or equity capital and to increase the benefits of credit utilizing as a couple of the reasons. Population of this research is small-scale craftsmen in Sukaregang Leather Craftsmen Centre in Garut taken by purposive sampling. Data collection methodology is focus group discussions and surveys. Purpose of this research is to explain capital structure in general. From the research  on micro- and small-scale entrepreneurs  in Sukaregang  Leather Craftsmen Centre in Garut, we know that: capital structure is not optimum yet, 1). Equity capital accumulation  is very limited; 2). Proportion  of a loan utilized for business  operational,  continuity  and expansion is too little; and 3) There are potencies of ineffective loan utilizing. Researchers  find some worrying facts: a). Both suppliers  and customers are 'still reluctant' to give capital aid; b). Koperasi, BPR, and public banks are known to be able to giant a loan for craftsmen, but high interest rate and other costs, required collateral are factors which inhibit them to get a credit; c). Due  to some middle-scale entrepreneurs who do not pay their credit appropriately,  these entrepreneurs in this center are "black  list”-ed by more than two banks in Garut, making even fewer chances for them (micro-small  entrepreneurs)  to get a loan in standard rate and  free  from demands for various credit requirements,  especially collateral. Researchers suggest  that  to help them to expand, a proper scheme  of capital aid  is needed, which then can be complemented with a scheme of credit-loan from various  financial  institutions  that have been adjusted with the conditions  of these small enterprises.