Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Characteristics of Pozzolan and Composite Portland Cements for Sustainable Concrete's Material Ni Nyoman Kencanawati; Shofia Rawiana; Ni Putu Ria Ria Darmayanti
Aceh International Journal of Science and Technology Vol 9, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Graduate Program of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.016 KB) | DOI: 10.13170/aijst.9.1.16177

Abstract

To support sustainable materials, the ordinary Portland cement production has been reduced since it left a high carbon footprint during manufacturing. As an alternative, the use of pozzolan Portland cement and composite Portland cement has been encouraged because they are more environmentally friendly. This paper examines some characteristics of cement made from pozzolan Portland cement (P.P.C.) and composite Portland cement (P.C.C.). The testing procedures were carried out on chemical and physical testing on P.P.C. and P.C.C. In addition, the mechanical testing of concrete made from both types of Portland cement and their combinations were conducted under compression load. Furthermore, the surface hardness of the concrete was evaluated using a rebound hammer measurement. Concrete testing was conducted after the curing age of 7, 28, and 42 days. According to chemical examination, P.P.C. has higher silica (SiO2) and iron (Fe2O3) than those of P.C.C., whereas P.C.C. has a higher lime (CaO) content. Compared to P.P.C., P.C.C. shows faster initial and final setting time. This result is proportionally influencing the strength development of concrete. P.C.C. concrete offers significant strength development at an earlier age. Meanwhile, P.P.C. concrete reacts slower at an earlier age, but it improves the compressive strength at a later age. The mix combination of 50% P.P.C. and 50% P.C.C. in concrete shows the highest average compressive strength and surface hardness. This combination achieves the average compressive strength of 30.27 MPa, 35.27 MPa, and 35.93 MPa respectively for 7, 28, and 42 days curing time. Furthermore, this concrete also shows the most remarkable characteristics of Young's modulus and surface hardness
KUAT TARIK SAMBUNGAN BAMBU DENGAN PERKUATAN KLEM DAN PENGISI BERBASIS PLASTIK PET PADA BERBAGAI VARIASI DIAMETER BAUT: Tensile Strength of Bamboo Connections with Clamp Reinforcement and PET Plastic Based Filler in Various Bolt Diameters Sugiartha, I Wayan; Suparjo; Miko Eniarti; Shofia Rawiana; Desi Widianty
Spektrum Sipil Vol 12 No 1 (2025): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v12i1.386

Abstract

Salah satu kelemahan dari bambu adalah ketidakmampuannya dalam menahan tekanan geser, terutama pada bagian sambungan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan bambu dalam menahan tegangan geser, para peneliti melakukan studi seperti penambahan bahan pengisi dan penggunaan klem dari plastik serat. Namun, penerapan klem plastik serat masih dirasa kurang mampu untuk mencegah terjadinya kegagalan geser pada bambu. Berangkat dari fakta ini maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan performa sambungan bambu klem dengan penambahan pengisi plastik PET. Sistem sambungan yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari pelat buhul, klem, bambu berpengisi, dan baut sebagai konektor. Variasi baut yang digunakan dalam penelitian ini adalah baut dengan diameter 10 mm, 12 mm, 16 mm, dan 19 mm. Benda uji yang telah dirakit dilakukan pengujian menggunakan jack hidrolik dengan bantuan rangka pembebanan. Beban diterapkan secara bertahap sampai terjadi kegagalan pada sambungan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar diameter baut semakin besar kuat tarik sambungan bambu yang dihasilkan. Kontribusi pengisi pada sistem sambungan di pengujian ini hanya berkisar sebesar 10%. Pola kegagalan yang terjadi pada sambungan bambu adalah pola kegagalan tipe I, hal ini ditandai dengan terjadinya kerusakan pada bambu, pengisi dan baut yang bengkok khususnya pada baut diameter kecil (kelangsingan besar).