Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penanaman Seribu Pohon Sebagai Upaya Mencegah Banjir dan Tanah Longsor di Desa Eyat Mayang, Lembar, Nusa Tenggara Barat Prapti Sedijani; Miko Eniarti; Nurwidianti; Siska Yulia Hermana; Jumriani
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 2 (2022): April-Juni
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.186 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i2.1837

Abstract

Eyat Mayang is a hilly Village where landslides can occur during heavy rains. The rainfall makes the dike unable to accommodate the overflow from the river. This condition is exacerbated by the unavailability of a Garbage Final Destination (TPA), causing the community to throw their garbage in the river. In addition, silting of the river naturally occurs. Garbage piling and river siltation are the main causes for flooding. Based on data, in 2021 there were 2 floods that resulted in damage to infrastructure, housing, and public facilities, which caused substantial material losses beside the immaterial things. There were 785 families that were impacted by floods in 2021. Therefore, Students of Mataram University (UNRAM) who were conducting Integrated Community Service in the area Period of 2021/2022 carry out programs, one of which was called "Towards a Disaster Response Village" (DESTANA). This service is an effort to prevent the danger of flooding and land sliding in the future by planting a thousand trees at certain points agreed by the leadership, village officials, and the local community. The seedlings planted were provided by the Mataram Environment and Forestry Service, West Nusa Tenggara. This service is carried out in mutual cooperation with Bhabinsa, village officials, and the local community. Activities were conducted in stages in several designated hamlets. The community were very enthusiastic about the program with the hope that this program will be able to reduce or even overcome floodings and landslides. Moreover, we all hope that the Tree Planting Program increases the awareness of the communitiy about protecting the environment. We do hope that the trees will reduce the increase of global warming.
Program Kampung Iklim (Proklim) Berbasis Partisipasi Masyarakat di Desa Montong Baan Selatan, Lombok Timur Sulistyowati, Tri; Didi Supriyadi Agustawijaya; Ismail Hoesain Muchtaranda; Miko Eniarti; Achmad Fajar Narotama Sarjan; Desi Widianty
Portal ABDIMAS Vol. 2 No. 02 (2024): Jurnal PORTAL ABDIMAS
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/portalabdimas.v2i02.5992

Abstract

Perubahan iklim merupakan permasalahan yang terus berkembang dan bersifat multidimensional karena berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu program sebagai wujud kepedulian terhadap perubahan iklim adalah Program Kampung Iklim (ProKlim) yang merupakan program pemerintah berskala nasional dan bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lain. Proklim dilakukan sebagai langkah nyata aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang berisiko pada seluruh lapisan masyarakat agar memberikan manfaat sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan dan ketahanan pangan. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pendampingan terhadap kegiatan Proklim berbasis partisipasi masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim dan strategi adaptasi yang bisa diterapkan. Lokasi pengabdian kepada masyarakat sekaligus sebagai mitra yaitu di Desa Montong Baan Selatan, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Metode yang dilakukan adalah dengan sosialisasi, diskusi dan pendampingan kepada seluruh masyarakat tentang perencanaan dan pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Montong Baan Selatan telah memahami tujuan, manfaat dan cara melaksanakan kegiatan Proklim. Selain itu, tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap Proklim sudah mulai terbentuk sehingga lebih aktif dalam menerapkan strategi adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, perlu adanya evaluasi terkait implementasi program agar dapat dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, sehingga pembangunan berkelanjutan dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat tercapai.
KUAT TARIK SAMBUNGAN BAMBU DENGAN PERKUATAN KLEM DAN PENGISI BERBASIS PLASTIK PET PADA BERBAGAI VARIASI DIAMETER BAUT: Tensile Strength of Bamboo Connections with Clamp Reinforcement and PET Plastic Based Filler in Various Bolt Diameters Sugiartha, I Wayan; Suparjo; Miko Eniarti; Shofia Rawiana; Desi Widianty
Spektrum Sipil Vol 12 No 1 (2025): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v12i1.386

Abstract

Salah satu kelemahan dari bambu adalah ketidakmampuannya dalam menahan tekanan geser, terutama pada bagian sambungan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan bambu dalam menahan tegangan geser, para peneliti melakukan studi seperti penambahan bahan pengisi dan penggunaan klem dari plastik serat. Namun, penerapan klem plastik serat masih dirasa kurang mampu untuk mencegah terjadinya kegagalan geser pada bambu. Berangkat dari fakta ini maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan performa sambungan bambu klem dengan penambahan pengisi plastik PET. Sistem sambungan yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari pelat buhul, klem, bambu berpengisi, dan baut sebagai konektor. Variasi baut yang digunakan dalam penelitian ini adalah baut dengan diameter 10 mm, 12 mm, 16 mm, dan 19 mm. Benda uji yang telah dirakit dilakukan pengujian menggunakan jack hidrolik dengan bantuan rangka pembebanan. Beban diterapkan secara bertahap sampai terjadi kegagalan pada sambungan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar diameter baut semakin besar kuat tarik sambungan bambu yang dihasilkan. Kontribusi pengisi pada sistem sambungan di pengujian ini hanya berkisar sebesar 10%. Pola kegagalan yang terjadi pada sambungan bambu adalah pola kegagalan tipe I, hal ini ditandai dengan terjadinya kerusakan pada bambu, pengisi dan baut yang bengkok khususnya pada baut diameter kecil (kelangsingan besar).