Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Distribusi Spasial dan Temporal Kepiting Kelapa (Birgus latro Linn 1767) di Daeo Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara Rugaya Serosero; . Sulistiono; Nurlisa Alias Butet; Etty Riani
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 23 No. 3 (2018): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.422 KB) | DOI: 10.18343/jipi.23.3.211

Abstract

This study aims to describe the size distribution of coconut crabs spatially and temporally in Daeo, Morotai Island, North Maluku. The captching was carried out at three stations, namely in areas adjacent to residential areas (station I), steep terrain with varying vegetation (station II), and shallow areas with various vegetation and coconut trees (station III). The collections of samples were conducted using coconut bait and catching directly by hand. Their lengths of cephalotorax plus rostrum (Cp+r) and thorax (TL) and weight were measured. The habitat conditions of natural vegetation were also observed. Data collected in catch (spatial) were analyzed with non-parametric Mann- Whitney (α0.05) and temporal tests with Kruskal Wallis test (α0.05). The results showed that the total numbers of catched coconut crabs were 581 individuals consisted of 314 and 267 males and femalescoconut crabs). The weight ranges of male and female coconut crabs were 50-990 and 50-520 grams, respectively. The ranges of Cp+r on male and female coconut crabs were 43.98-114.72 mm and 43.98-90.67 mm, respectively. The sizes of the TL in male and female coconut crabs were 19.56-54.86 mm and 19.56-48.65 mm, respectively. Non-parametric Mann-Whitney test of the number of spatial coconut crab catched in station I was different from those in station II and stasion III (P<0.05). The numbers coconut crabs catched were not temporally different (P>0.05). The spatial environmental qualities were not different (P>0.05) and the temporal parameters were significantly different (P<0.05) except pH that was not significantly different (P>0.05). Station III had denser vegetation than stations I and II.
Sex Ratio and Growth Pattern of Coconut Crabs Birgus latro (Crustacea, Decapoda, Cianobitidae) in North Moluccas Province, Indonesia Rugaya Serosero; Sulistiono Sulistiono; Nurlisa A. Butet; Etty Riani
Journal Omni-Akuatika Vol 15, No 1 (2019): Omni-Akuatika May
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.69 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2019.15.1.527

Abstract

Coconut crab (Birgus latro) is a crustacean that has a large size until four kilograms. The study  aimed to analyze sex ratio and growth pattern including the relationship of thorax length - body weight, thorax width - body weight and cephalothorax length plus rostrum - body weight in Daeo (Morotai Island), Laigoma (South Halmahera District) and Fitako (North Halmahera District). The sex ratio was determined using χ2 test and the growth pattern was tested by the b value through t test. The results showed sex ratio of 1: 0.9 in Daeo (n = 581), 1: 0.6 in Laigoma (n = 24), and 1: 2 in Fitako (n = 31). The relationship of thorax length, thorax width and cephalothorax length plus rostrum with body weight were strongly correlated (R2> 70%). The growth pattern of coconut crab in Daeo was negative allometric, while in Laigoma and Fitako were negative allometric and isometric.
Distribusi Vertikal dan Keanekaragaman Jenis Moluska pada Ekosistem Hutan Mangrove di Gugusan Pulau-Pulau Sidangoli Dehe Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Said Hasan; Rugaya H Serosero; Salim Abubakar
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 1 (2020)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1633.283 KB) | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.1.29-37

Abstract

Pola sebaran spesies-spesies moluska di hutan mangrove menunjukkan adanya suatu zonasi. Moluska mangrove dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: moluska pengunjung, fakultatif dan asli. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji distribusi vertikal moluska dan keanekaragaman jenis, dominansi jenis, kemerataan jenis dan kesaman komunitas moluska hutan mangrove di Gugusan Pulau Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat. Pengambilan moluska  menggunakan metode transek kuadrat. Transek ditarik secara horizontal sejajar garis pantai berdasarkan zonasi hutan mangrove yaitu zona bagian depan (ZBD), zona bagian tengah (ZBT) dan zona bagian belakang (ZBB). Hasil penelitian diperoleh distribusi vertikal moluska pada Zonasi Bagian Depan (ZBD) memiliki keanekaragaman jenis moluska lebih tinggi dan terendah di Zona Bagian Belakang (ZBB). Struktur komunitas moluska untuk semua stasiun penelitian memiliki keanekaragaman jenis tergolong sedang, tidak ada jenis yang dominasi dan penyebaran jenis moluska sangat merata.
Karakteristik habitat kepiting bakau (Scylla spp) di perairan pantai Desa Todowongi Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Rugaya Serosero
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.4.1.69-73

Abstract

Penelitian yang dilakukan di perairan pantai Desa Todowongi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat kepiting bakau dengan menentukan tekstur substrat dan mengetahui kualitas perairan yang menjadi habitat kepiting bakau serta makanan alami khususnya makrozoobentos di daerah hutan mangrove Desa Todowongi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur substrat adalah lempung berlumpur. Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas dan pH air berada pada kondisi yang layak bagi kehidupan kepiting bakau. Makanan alami khususnya makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 10 jenis dengan kepadatan tertinggi pada jenis Turricula javana dan Tereblaria palustris (2,467 ind/m2)), keanekaragamannya tergolong rendah dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Tingkat Kematangan Gonad Kepiting Bakau (S. serrata, S. paramamosain, dan S. olivacea) di Perairan Pantai Desa Mayangan Kab. Subang Jawa Barat Rugaya H. Serosero
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 1, No 1 (2008): Edisi Spesial - Publikasi Perdana Agrikan
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.1.1.40-43

Abstract

Tingkat kematangan gonad merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah pemijahan. Perkembangan gonad yang semakin rnatang merupakan bagian dart reproduksi sebelum terjadi pemijahan. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad kepiting bakau hasil tangkapan di perairan pantai Desa Mayangan. Hasil pengamatan secara morfologis dan histologis menunjukan bohwa komposisi TKG kepiting bakau hasil tangkapan kepiting terdiri atas TKGJ: 54.90%, kemudian TKG II: 31.02%, TKGIIJ: 11.43%, TKG IV: 1.84% danpada TKG ke V: 1.84%. Tingkat kematangan gonad/, II dan III ditemukan pada seluruh bu/an pengamatan di seluruh stasiun, sedangkan tingkat kematangan gonad IV dan V hanya ditemukan pada stasiun IIIB dan di bu/an Maret, April dan Mei dalam jumlah sedikit.
KAJIAN GENETIKA KETAM KENARI (Birgus latro) DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT DAN PULAU TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA Rugaya H Serosero; Suryani Suryani; Rina Rina
Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.997 KB)

Abstract

Maluku Utara merupakan salah satu wilayah distribusi ketam kenari (Birgus latri) di Indonesia. Keberadaanya tidak pada semua daerah di Maluku Utara namun hanya pada beberapa daerah tertentu. Penelitian tentang ketam kenari di Maluku Utara masih jarang dilakukan. Beberapa tahun terakhir ini baru dilakukan penelitian di Kabupaten Halmahera Tengah khususnya di Pulau-Pulau Patani, Yoi, oleh beberapa peneliti namun keberadaan ketam kenari di daerah lainnya di Maluku Utara belum diteliti dan dikaji secara detil. Ketam kenari merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang tergolong langka dan dilindungi serta tergolong sebagai sumberdaya yang kekurangan data. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan informasi tentang ketam kenari di Maluku Utara khususnya di Kabupaten Halmahera Barat dan Pulau Ternate yang meliputi kajian ekologi dan biologi serta ganetikanya sehingga dapat dijadikan sebagai informasi dalam kegiatan domestikasinya. Hasil kajian di lokasi studi terlihat bahwa ketam kenari sebagai salah satu sumberdaya yang dilindungi memiliki potensi yang cukup besar di Desa Idamdehe Kabupaten Halmahera Barat dan Kelurahan Takome Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara. Secara ekologi, karakteristik habitat di kedua lokasi berbeda tetapi memiliki vegetasi yang sama. Pengamatan parameter biologi yaitu tingkah laku makan dengan kamera CCTV menunjukkan bahwa ketam kenari lebih menyukai kelapa disbanding makanan lainnya namun makanan yang lain tetap dimakan meskipun jumlahnya tidak banyak. Hasil pengamatan juga terlihat bahwa aktivitas ketam kenari aktif di atas jam 18.00 sedangkan di siang hari ketam terlihat beristirahat. Berdasarkan pengamatan isi lambung terlihat bahwa kelapa memiliki frekuensi kejadian 100%. Kelangsungan hidup ketam kenari selama pengamatan adalah 100%. Berdasarkan hasil analisis matriks jarak dan konstruksi pohon filogenetik terlihat bahwa kepiting kelapa antara Desa Idamdehe Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat dan Desa Takome Pulau Ternate memiliki hubungan kekerabatan yang erat di dalam spesies yang sama.Kata kunci: Ketam kenari, ekologi, biologi, genetika, Idamdehe, Takome
Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Untuk Produk Kerajinan Tangan Masyarakat Pesisir Salim Abubakar; Masykhur Abdul Kadir; Rugaya H. Serosero; Riyadi Subur; Sri Endah Widiyanti; Adi Noman Susanto; Rina Rina; Reni Tyas Asrining P
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.562 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i4.1010

Abstract

The shellfish craft business is not only profitable for business actors, but also provides other benefits, including opening up employment opportunities for the community, increasing community creativity due to growing market demand and maintaining the product as a quality work of art. The output targets are household equipment (tissue boxes), interior accessories (wind chimes, door/window curtains) and souvenirs (key chains, brooches). Implementation methods include counseling, demonstration, training and coaching in the development of shellfish waste as a business opportunity. The training activity was successful because the enthusiasm of the participants was so great in pursuing the art of shellfish craft. Various forms of products and models produced are very varied. The products produced are tissue boxes, wind chimes, door/window curtains, key chains and brooches. The formation of a craft group “Creative Kastil” in the context of the sustainability of training activities.
Karakteristik habitat kepiting bakau (Scylla spp) di perairan pantai Desa Todowongi Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Rugaya Serosero
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.4.1.69-73

Abstract

Penelitian yang dilakukan di perairan pantai Desa Todowongi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat kepiting bakau dengan menentukan tekstur substrat dan mengetahui kualitas perairan yang menjadi habitat kepiting bakau serta makanan alami khususnya makrozoobentos di daerah hutan mangrove Desa Todowongi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur substrat adalah lempung berlumpur. Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas dan pH air berada pada kondisi yang layak bagi kehidupan kepiting bakau. Makanan alami khususnya makrozoobentos yang ditemukan terdiri atas 10 jenis dengan kepadatan tertinggi pada jenis Turricula javana dan Tereblaria palustris (2,467 ind/m2)), keanekaragamannya tergolong rendah dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Karakteristik habitat dan pola pertumbuhan kepiting kelapa (Birgus latro) di Pulau Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Rugaya H. Serosero; Suryani Suryani; Rina Rina
Depik Vol 5, No 2 (2016): August 2016
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.989 KB) | DOI: 10.13170/depik.5.2.4350

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat dan pola pertumbuhan kepiting kelapa (Birgus latro) di Takome Pulau Ternate dan Idamdehe Kecamatan Jailolo Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2014. Data yang dikumpulkan adalah tekstur substrat dengan metode pipet, penentuan kandungan nitrat danfosfat tanah dengan metode spektofotometer, pengukuran panjang + rostrum (cp+r) kepiting kelapa dan pola pertumbuhannya. Selain it juga diukur suhu udara, suhu lubang dan kelembaban udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Idamdehe memiliki karakteristik pantai yang curam, bahkan di beberapa lokasi penangkapan sangat terjal, sedangkan  di lokasi Takome Pulau Ternate memiliki karakteristik pantai yang lebih landai. Tekstur substrat di lokasi Takome Pulau Ternate terdiri atas pasir (55,76 %), debu (18,4%) dan liat (25,84%) dan Stasiun Idamdehe memiliki tekstur pasir (49,17%), debu (25,61%) dan liat (25,22%)dankandungan bahan organik substrat (Total N) di Takome adalah 0,31% dan total P adalah 0,09% sedangkan di Idamdehe Total N adalah 0,19% dan Total P 0,02%. Suhu udara di lokasi Idamdehe berkisar 26-280C dan di Takome 27-280C. Kelembaban udara 73%-98% di Idamdehe dan 71%-90% di Takome. Parameter lingkungan berupa suhu udara, kelembaban udara, tekstur substrat dan kandungan bahan organik di kedua lokasi penelitian mendukung kehidupan kepiting kelapa di habitat alaminya. Pola pertumbuhan kepiting kelapa di kedua lokasi Idamdehe adalah allometrik negatif.Kata kunci: Karakteristik habitat, Idamdehe, Takome, Birgus latro, isometrik, allometrik negatifAbstract. This objectives of the present study were to evaluate the habitat characteristics and growth patterns of the coconut crabs in Takome and Idamdehe waters North Maluku Province. This study was conducted during April-July 2014. The collected data were the substrate texture, nitrate and phosphate contents of soil using spectrophotometric method, length + rostrum (cp+r) of coconut crabs and the growth patterns. In addition, the air temperature, hole temperature and humidity were also recorded during the study. The results showed that Idamdehe waters has precipitous coast, indeed very precipitous in several catching locations, while Takome waters in Ternate Island has sloping coast. The substrate texture of Takome waters in Ternate Island consisted of sands (55.76%), dusts (18.4%) and clays (25.84%), while Idamdehe waters has the substrate texture that consisted of sands (49.17%), dusts (25.61 %) and clays (25.22%). As for organic matter contents of the substrate, Takome waters has 0.31% in total N and 0.09% in total P, while Idamdehe waters has 0.19% in total N and 0.02 % in total P. The air temperature in Idamdehe waters ranged between 26-280C and in Takome waters ranged between 27-280C. Air humidity in Idamdehe waters was 73%-98% and in Takome waters was 71%-90%. The environmental parameters such as temperature, humidity, substrate texture and organic matter content in both locations are suitable for coconut crab growing. The growth pattern of coconut crabs in Idamdehe and Sulamadaha waters were allometric negative pattern.Keywords: Habitat characteristics, Idamdehe, Takome, Birgus latro, isometric, negative allometric.
Karakteristik habitat dan pola pertumbuhan kepiting kelapa (Birgus latro) di Pulau Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Rugaya H. Serosero; Suryani Suryani; Rina Rina
Depik Vol 5, No 2 (2016): August 2016
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.5.2.4350

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat dan pola pertumbuhan kepiting kelapa (Birgus latro) di Takome Pulau Ternate dan Idamdehe Kecamatan Jailolo Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2014. Data yang dikumpulkan adalah tekstur substrat dengan metode pipet, penentuan kandungan nitrat danfosfat tanah dengan metode spektofotometer, pengukuran panjang + rostrum (cp+r) kepiting kelapa dan pola pertumbuhannya. Selain it juga diukur suhu udara, suhu lubang dan kelembaban udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Idamdehe memiliki karakteristik pantai yang curam, bahkan di beberapa lokasi penangkapan sangat terjal, sedangkan  di lokasi Takome Pulau Ternate memiliki karakteristik pantai yang lebih landai. Tekstur substrat di lokasi Takome Pulau Ternate terdiri atas pasir (55,76 %), debu (18,4%) dan liat (25,84%) dan Stasiun Idamdehe memiliki tekstur pasir (49,17%), debu (25,61%) dan liat (25,22%)dankandungan bahan organik substrat (Total N) di Takome adalah 0,31% dan total P adalah 0,09% sedangkan di Idamdehe Total N adalah 0,19% dan Total P 0,02%. Suhu udara di lokasi Idamdehe berkisar 26-280C dan di Takome 27-280C. Kelembaban udara 73%-98% di Idamdehe dan 71%-90% di Takome. Parameter lingkungan berupa suhu udara, kelembaban udara, tekstur substrat dan kandungan bahan organik di kedua lokasi penelitian mendukung kehidupan kepiting kelapa di habitat alaminya. Pola pertumbuhan kepiting kelapa di kedua lokasi Idamdehe adalah allometrik negatif.Kata kunci: Karakteristik habitat, Idamdehe, Takome, Birgus latro, isometrik, allometrik negatifAbstract. This objectives of the present study were to evaluate the habitat characteristics and growth patterns of the coconut crabs in Takome and Idamdehe waters North Maluku Province. This study was conducted during April-July 2014. The collected data were the substrate texture, nitrate and phosphate contents of soil using spectrophotometric method, length + rostrum (cp+r) of coconut crabs and the growth patterns. In addition, the air temperature, hole temperature and humidity were also recorded during the study. The results showed that Idamdehe waters has precipitous coast, indeed very precipitous in several catching locations, while Takome waters in Ternate Island has sloping coast. The substrate texture of Takome waters in Ternate Island consisted of sands (55.76%), dusts (18.4%) and clays (25.84%), while Idamdehe waters has the substrate texture that consisted of sands (49.17%), dusts (25.61 %) and clays (25.22%). As for organic matter contents of the substrate, Takome waters has 0.31% in total N and 0.09% in total P, while Idamdehe waters has 0.19% in total N and 0.02 % in total P. The air temperature in Idamdehe waters ranged between 26-280C and in Takome waters ranged between 27-280C. Air humidity in Idamdehe waters was 73%-98% and in Takome waters was 71%-90%. The environmental parameters such as temperature, humidity, substrate texture and organic matter content in both locations are suitable for coconut crab growing. The growth pattern of coconut crabs in Idamdehe and Sulamadaha waters were allometric negative pattern.Keywords: Habitat characteristics, Idamdehe, Takome, Birgus latro, isometric, negative allometric.