Articles
Pembuatan Alat Produksi Bata Ringan dari Pasir Silika di Desa Tegalwangi Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur
Pintowantoro, Sungging;
Rochiem, Rochman;
Susanti, Diah;
Setiyorini, Yuli;
Abdul, Fakhreza;
Nurdiansah, Haniffudin
JPP IPTEK (Jurnal Pengabdian dan Penerapan IPTEK) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : LPPM ITATS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31284/j.jpp-iptek.2021.v5i1.1199
Perkembangan zaman dan teknologi pembuatan material telah banyak berubah dengan pesat. Setiap perkembangan material biasanya akan mengarah kepada bagaimana membuat suatu material tersebut ringan, mudah didapat dan juga dengan biaya produksi yang lebih rendah. Salah satu material yang mengalami perkembangan adalah material penyusun dari batu bata. Batu bata merah tersusun dari material tanah liat yang cukup berat. Hal ini menyebabkan beban bangunan akan menjadi lebih berat secara keseluruhan salah satu solusinya adalah dibutuhkan batu bata dengan massa jenis yang lebih rendah untuk mengurangi beban dari bangunan secara keseluruhan. Keunggulan dari batu bata yang lebih ringan adalah memiliki sifat mekanik yang lebih kuat, bentuk dan ukurannya yang presisi dan biaya produksi serta pengaplikasian yang lebih efisien jika dibandingkan dengan batu bata merah yang konvensional. Bahan baku pembuatan batu bata ringan juga mudah ditemukan, dapat menggunakan pasir silika dengan kadar yang rendah yang banyak terdapat di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Bata ringan adalah yang memiliki massa jenis dibawah dari 1.800 kg/m3. Komponen dari bata ringan biasanya terdiri dari pasir silika, semen dan juga kapur. Namun pada proses pembuatan bata ringan kali ini ditambahkan zat pengembang dan zat aditif khusus dengan komposisi tertentu agar proses pengembangan bata dan campuran lebih homogen serta cepat kering tanpa mengalami retakan dan penyusutan saat dicetak. Alat produksi bata ringan dan prosedur pembuatannya diterapkan di wilayah Desa Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember.
Macroporous thermosensitive poly(HEMA-coNIPAAm) hydrogels for controlled drug delivery application
Setiyorini, Yuli
Indonesian Journal of Pharmacy Vol 21 No 4, 2010
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (510.139 KB)
|
DOI: 10.14499/indonesianjpharm0iss0pp250-257
Controlled delivery systems of a predetermined dose over a sustained period have been used to overcome the shortcomings of conventional dosage forms. This is because the controlled drug delivery system can provide sustained therapeutic level of drug concentration without toxicity and convenience for patients. It would be more beneficial and ideal if the drug could be delivered by a device that would respond to external environmental change. Therefore, the correct amount of drug would be released upon the stimulation of such a temperature change. The purpose of study is synthesis of macroporous thermal responsive poly(HEMA-co-NIPAAM) hydrogels by free radical polymerization for controlled drug delivery applications. Effect of varying water and HEMA-NIPAAm ratio in the monomer mixture were resulted interconnected macroporous structure. From the result, 5HEMA15NIPAAm was showed the most rapid responsiveness in swelling ratio, polymer volume fraction, swelling and deswelling kinetics. The high drug loading capacity was achieved at or below ambient  temperature, whilst the release profile was revealed sustain release of conventional anti-inflammatory drug; prednisolone 21 hemisuccinate sodium salt. In general, incorporating appropriate amount of water and HEMA-NIPAAm ratio can improve the swelling properties, drug loading capacity and drug release profile, which can be use for sustained release of various medication.Key words: macroporous, thermosensitive hydrogel, controlled drug delivery application
Pengaruh Media Pendingin pada Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Friction Wedge AISI 1340
Bayu Adie Septianto;
Yuli Setiyorini
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (194.891 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3846
Baja AISI 1340 termasuk baja paduan rendah dengan komposisi karbon 0.38-0.43% dan Mangan 1,78%. Baja ini digunakan untuk komponen kereta api Friction Wedge yang memiliki standar kekerasan minimal 300 BHN. Untuk menambah kekerasan, salah satu cara yang digunakan adalah heat treatment. Pada penelitian ini variasi yang digunakan adalah media pendingin air, oli SAE 20W, PVA 20% dan pendinginan udara pada tempertaur austenitisasi 8400C dan waktu tahan 20 menit. Kekerasan yang dihasilkan oleh media pendingin air adalah 556,6 BHN, sedangkan quench oli dan polimer 461,8 BHN dan 416 BHN. Pada pendinginan udara dihasilkan kekerasan dibawah 300 BHN. Perbedaan media pendingin berpengaruh terhadap struktur mikro yang terbentuk. Pada pendinginan dengan media air dan oli diperoleh struktur martensit dengan bentuk kristal BCT. Sedangkan pada pendinginan udara terbentuk struktur ferrit dan perlit dengan bentuk kristal BCC. Selain berpengaruh pada sifat mekanik dan struktur mikronya, variasi media pendingin juga memberikan efek terhadap sifat termalnya dan berpengaruh terhadap elongation pada temperatur maksimum kerja. Dari hasil uji TMA, performa paling baik pada temperatur 300oC dihasilkan pada pendinginan quench oli SAE 20W, dengan pertambahan panjang sebesar 0,65%.
Pengaruh Media Pendingin Pada Proses Hardening Terhadap Strukturmikro Baja Mangan Hadfield AISI 3401 PT Semen Gresik
Mohammad Ismanhadi Syahputra;
Yuli Setiyorini
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (179.241 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3582
Baja Mangan Hadfield termasuk dalam kategori baja mangan austenitic dengan kandungan Mn (mangan) yang tinggi, antara 12-14% Mn dan 0.8-1.25% C. Baja mangan hadfield memiliki kekerasan, kekuatan, ketangguhan, serta ketahanan terhadap aus yang tinggi. Proses hardening diberikan dengan melakukan pendinginan yang relatif cepat dengan menggunakan media pendingin air, oli, polivinylalcohol 10%, dan polyvinylalcohol 40% bertujuan untuk mendapatkan nilai kekerasan yang lebih tinggi yakni dengan pendinginan air 275VHN sedangkan tanpa perlakuan 206VHN. Viskositas dari media pendingin yang berbeda-beda berpengaruh terhadap laju pendinginan pada baja mangan hadifield.. Jenis media pendingin yang bervariasi mempengaruhi perubahan austenit menjadi martensit. Strukturmikro yang terbentuk pada baja mangan hadfield yang mengalami proses hardening tampak butir-butir kristal yang seluruhnya martensit, sedangkan pada baja mangan hadfield yang tanpa mendapatkan perlakuan tampak karbida mangan lamellar dengan matriks austenit.
Pengaruh Variasi Temperatur Austenisasi pada Proses Heat Treatment Quenching Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Friction Wedge AISI 1340
Fahmi Aziz Husain;
Yuli Setiyorini
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (540.043 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3767
Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan friction wedge AISI 1340 adalah adanya Crack yang terjadi setelah proses quenching dalam pembuatan friction wedge. Kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi yakni kurang tepatnya perlakuan panas yang dilakukan.Oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian untuk mencari perlakuan panas yang tepat. . Metodologi yang digunakan adalah heat treatment quenching dengan variasi temperatur austenisasi 830°C, 850°C, 870°C dan 920°C dengan waktu penahanan 20 menit, kemudian didinginkan cepat dengan media pendingin oli. Hasil dari penelitian ini adalah semua spesimen hasil treatment memenuhi standar kekerasan friction wedge. Nilai kekerasan naik seiring naiknya temperatur austenisasi. Hasil paling baik didapat dari spesimen heat treatment quenching di media pendingin oli pada temperatur austenisasi 830oC dengan nilai kekerasan 458 BHN, tidak ada Crack yang terjadi dan memiliki nilai elongasi yang paling rendah yaitu 0,43%, sehingga bisa tahan pada temperatur kerja daripada spesimen yang lain. Struktur mikro yang dihasilkan berupa martensit dan austenit sisa. Dari pengujian XRD didapatkan fasa Fe1.91 C0.09 (Martensit BCT) dan Fe15.1 C (Austenit FCC).
Pengaruh variasi Holding Time Pada Perlakuan Panas Quench Annealing Terhadap Sifat mekanik dan Mikro Struktur Pada Baja mangan AISI 3401
Boby Endi Kurniawan;
Yuli Setiyorini
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (221.451 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5865
Baja mangan merupakan salah satu baja penting yang digunakan dalam industri dan memiliki aplikasi yang luas karena mempunyai wear resisten yang baik, kemampuan work hardening yang tinggi dengan ketangguhan dan keuletan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh perubahan struktur mikro dan sifat mekanik pada baja mangan austenitic AISI 3401 .Penelitian baja mangan austenitk AISI 3401 ini dilakukan dengan perlakuan quench annneling pada temperature 10000C dengan empat variasi waktu tahan 30 menit, 60 menit, 120 menit yang diikuti pendinginan cepat media air, dan tanpa perlakuan. Kemudian dilakukan pengujian metalografi untuk mengetahui struktur mikro, uji kekerasan untuk mengetahui sifat mekanik dan uji XRD untuk menganalisis fasa hasil dari perlakuan quench annealing pada temperature 10000C dengan menggunakan empat variasi tersebut. Hasil penelitian diperoleh adanya pembentukan karbida dan austenit pada semua spesimen. Sedangkan hasil uji kekerasan yang didapatkan nilai yang tertinggi adalah pada waktu tahan 30 menit, yaitu 27 HRc
Effect of Screw Diameter in Femoral Fracture Fixation Modeled by Finite Element Method
Muhammad Nashrullah;
Belladina Clara Shinta;
Mas Irfan P. Hidayat;
Agung Purniawan;
Yuli Setiyorini
IPTEK Journal of Proceedings Series No 2 (2017): The 2nd Internasional Seminar on Science and Technology (ISST) 2016
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (560.48 KB)
|
DOI: 10.12962/j23546026.y2017i2.2336
research in the field of biomechanics related to orthopedic implants is rapidly growing in the world, especially for fixation of fractured bone. Fixation is a surgery to locate and attach a plate pressed by screws at the fractured bone. Most of the fracture bones sited in femur. This research focuses on modeling and simulation of plate and screw made of SS316L material for the fixation of the fractured femur using finite element method (FEM). SS316L is a material with good biocompatibility, cheap, and ductile enough. Modeling and simulation done using ANSYS 15.0 software. Simulation results are stress, strain, and total deformation. It is obtained that optimum diameter of screw is 4.5 mm with respect to minimum value of von Mises stress and deformation.
Effect of Screw Diameter in Femoral Fracture Fixation Modeled by Finite Element Method
Muhammad Nashrullah;
Belladina Clara Shinta;
Mas Irfan P. Hidayat;
Agung Purniawan;
Yuli Setiyorini
IPTEK The Journal for Technology and Science Vol 28, No 1 (2017)
Publisher : IPTEK, LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (816.751 KB)
|
DOI: 10.12962/j20882033.v28i1.2219
Research in the field of biomechanics related to orthopedic implants is rapidly growing in the world, especially for fixation of fractured bone. Fixation is a surgery to locate and attach a plate pressed by screws at the fractured bone. Most of the fracture bones sited in femur. This research focuses on modeling and simulation of plate and screw made of SS316L material for the fixation of the fractured femur using finite element method (FEM). SS316L is a material with good biocompatibility, cheap, and ductile enough. Modeling and simulation done using ANSYS 15.0 software. Simulation results are stress, strain, and total deformation. It is obtained that optimum diameter of screw is 4.5 mm with respect to minimum value of von Mises stress and deformation.
The influence of artificial salivary pH on nickel ion release and the surface morphology of stainless steel bracket-nickel-titanium archwire combinations
Ida Bagus Narmada;
Natalya Tantri Sudarno;
Achmad Sjafei;
Yuli Setiyorini
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 50 No. 2 (2017): June 2017
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (777.547 KB)
|
DOI: 10.20473/j.djmkg.v50.i2.p80-85
Background: In the oral cavity, orthodontic appliances come into contact with saliva which may cause corrosion capable of changing their surface morphology due to the release of metal ions. Surface roughness can influence the effectiveness of tooth movement. One of the ions possibly released when body fluid comes into contact with brackets and archwire is nickel ion (Ni). Ni, one of the most popular components of orthodontic appliances, is, however, a toxic element that could potentially increase the likelihood of health problems such as allergic responses during treatment. Purpose: The purpose of this study was to investigate the effect of different artificial salivary pH on the ions released and the surface morphology of stainless steel (SS) brackets-nickel-titanium (NiTi) and archwire combinations. Methods: Brackets and archwires were analyzed by an Energy Dispersive X-Ray Detector System (EDX) to determine their composition, while NiTi archwire compound was examined by means of X-ray Diffraction (XRD). The immersion test was performed at artificial salivary pH levels of 4.2; 6.5; and 7.6 at 37°C for 28 days. Ni ion release measurement was performed using an Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Surface morphology was analyzed by means of a Scanning Electron Microscopy (SEM). Results: The chemical composition of all orthodontic appliances contained Ni element. In addition, XRD was depicted phases not only NiTi but also Ni, Titanium, Silicon and Zinc Oleate. The immersion test showed that the highest release of Ni ions occured at a pH of 4.2, with no significant difference at various levels of pH (p=.092). There were surface morphology changes in the orthodontic appliances. It was revealed that at a pH of 4.2, the surfaces of orthodontic appliances become unhomogenous and rough compared to those at other pH concentrations. Conclusion: The reduction of pH in the artificial saliva increases the amount of released Ni ions, as well as causing changes to the surface morphology of brackets and archwires.
Pembuatan Alat Produksi Bata Ringan dari Pasir Silika di Desa Tegalwangi Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur
Sungging Pintowantoro;
Rochman Rochiem;
Diah Susanti;
Yuli Setiyorini;
Fakhreza Abdul;
Haniffudin Nurdiansah
JPP IPTEK (Jurnal Pengabdian dan Penerapan IPTEK) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : LPPM ITATS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31284/j.jpp-iptek.2021.v5i1.1199
Perkembangan zaman dan teknologi pembuatan material telah banyak berubah dengan pesat. Setiap perkembangan material biasanya akan mengarah kepada bagaimana membuat suatu material tersebut ringan, mudah didapat dan juga dengan biaya produksi yang lebih rendah. Salah satu material yang mengalami perkembangan adalah material penyusun dari batu bata. Batu bata merah tersusun dari material tanah liat yang cukup berat. Hal ini menyebabkan beban bangunan akan menjadi lebih berat secara keseluruhan salah satu solusinya adalah dibutuhkan batu bata dengan massa jenis yang lebih rendah untuk mengurangi beban dari bangunan secara keseluruhan. Keunggulan dari batu bata yang lebih ringan adalah memiliki sifat mekanik yang lebih kuat, bentuk dan ukurannya yang presisi dan biaya produksi serta pengaplikasian yang lebih efisien jika dibandingkan dengan batu bata merah yang konvensional. Bahan baku pembuatan batu bata ringan juga mudah ditemukan, dapat menggunakan pasir silika dengan kadar yang rendah yang banyak terdapat di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Bata ringan adalah yang memiliki massa jenis dibawah dari 1.800 kg/m3. Komponen dari bata ringan biasanya terdiri dari pasir silika, semen dan juga kapur. Namun pada proses pembuatan bata ringan kali ini ditambahkan zat pengembang dan zat aditif khusus dengan komposisi tertentu agar proses pengembangan bata dan campuran lebih homogen serta cepat kering tanpa mengalami retakan dan penyusutan saat dicetak. Alat produksi bata ringan dan prosedur pembuatannya diterapkan di wilayah Desa Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember.