Articles
ARCHITECTURE AS IDENTIFICATION OF PLACE : THE CASE OF JOGLO KAMPUNG KETANDAN SURABAYA
Andy Mappajaya;
Nur Endah Nuffida;
Murni Rachmawati
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (627.762 KB)
|
DOI: 10.12962/j2355262x.v18i2.a5862
To make a site become a place is the existential function of architecture. The definition of architecture as identification of place (Unwin, 2003), comes with a purpose that architecture is also process to discover the essence, the meaning conceivably present in the given environment. In the case of Kampung Ketandan Surabaya, the architecture is produced by community by preserving and revitalizing the character of kampung, with regards of its history, its activities and its buildings. Balai Pertemuan Warga in the form of Pendhopo, is one from many other community centers in the kampung. This paper investigates in what way architecture generates symbolic places. Descriptive criticism is used as method to investigate the phenomenon by considering architecture as a way of art and find the interrelationship between the elements in it. To grasp the context of Kampung Ketandan, case study method is chosen because of its ability to explore and endowed the holistic, yet meaningful aspects of a presence phenomenon happened in real-life. The results of the study revealed that that place is holistic phenomenon, determine as an ‘environmental character’ and architecture is a symbol to identify it.
Median Vertical Dwelling dan Horizontal Dwelling untuk Masyarakat Penggusuran
Lidya Kartika;
Andy Mappajaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (322.613 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18850
Meninggalkan tempat tinggal lama dan bermukim di tempat yang baru merupakan hal yang lumrah untuk manusia namun ada kalanya seorang manusia terpaksa berpindah dan harus bermukim di tempat yang jauh berbeda. Seperti halnya pada fenomena penggusuran dimana warga kampung yang terbiasa dengan kehidupan horizontal harus menjajaki rasanya bermukim secara vertikal. Tak jarang para korban penggusuran memilih untuk kembali bermukim di kampung halamannya atau bahkan membuat koloni kumuh yang baru. Rekonstruksi bermukim vertikal adalah sebuah bangunan transisi yang menjembatani perubahan dari permukiman horizontal dengan permukiman vertikal.
Pusat Pelatihan Meditasi Yoga di Surabaya Merupakan Wujud Intepretasi dari Kontemplasi
Anggara Afianto;
Andy Mappajaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1457.813 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v2i1.3219
Pengertian Pusat Pelatihan Meditasi Yoga di Surabaya adalah sebagai pusat kegiatan meditasi dan yoga, baik seminar maupun pelatihan dengan menghadirkan miniatur alam sebagai pengisi atmosfir pada tatanan tapaknya serta sebagai pengkondisi atmosfir udara di kota Surabaya. Dengan tema ‘kontemplasi’ yang merupakan esensi dari meditasi dan yoga, diharapkan mampu menciptakan ikatan emosi antara obyek rancang dengan penggunanya sehingga dapat tercipta kenyamanan dan ketenangan. Maksudnya, meditasi (jiwa) diartikan sebagai proses pemahaman pergerakan ketika sedang berkonsentrasi, sedangkan pada yoga (tubuh) diartikan sebagai proses pemahaman akan pergerakan tubuh itu sendiri. Proses tersebut membutuhkan keseimbangan baik dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Proses tersebut menjadi acuan dalam menciptakan atmosfer ketika mendesain Pusat Pelatihan Meditasi Yoga di Surabaya. Menghadirkan konsep yang menerapkan tatanan, pola dan gubahan bentuk berdasarkan hirarki setiap fasilitas yang disediakan agar dapat dengan jelas menginterpretasikan tema, fungsi dan guna obyek rancang secara intangible metaphor dengan diikuti kaidah-kaidah Arsitektural yang sesuai tema ke dalam obyek rancang.
Pengaplikasian Tema Dolan terhadap Objek Rancang Taman Rakyat Surabaya berdasarkan teori “Intangible Methafor “ Anthony C. Antoniades
Ardianto Septian;
Andy Mappajaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (704.555 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3800
Saat ini kebutuhan akan tempat taman rekreatif yang menarik menjadi sautu kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan warga perkotaan yang padat dengan hiruk pikuk suasana perkotaan yang penuh akan polusi dan kemacetan. Ditambah lagi kurang adanya wagah untuk acara rutin Pemerintah Surabaya berupa Car Free day dan SUCF apalagi kehidupan serta kebudayaan cangkruk seakan menjadi gaya hidup yang tidak dapat ditinggalkan oleh warga Surabaya.Keistimewaan dari Taman Rakyat Surabaya adalah menghadirkan suasana petualangan baru di sebuah taman agar pengunjung dapat mengekspresikan segala sesuatunya di taman tersebut. Selain itu taman ini diharapkan mampu menampung aktifitas Car Free Day dan SUCF (Surabaya Urban Culture Festival) serta hobby fotografi dan tujuan jangka panjang dari taman ini adalah menjadi pengembang kawasan sekitar Tunjungan yang telah lama mati. Pendekatan yang dilakukan ialah melalui teori intangible methafor yang mengangkat tema dolan. Dolan dapat diartikan sebuah kesenangan, sebuah petualangan, dan sebuah keakraban. Hal tersebut terlihat dari sifat atau karakter dolan tersebut sehingga pemilihan tema dolan tepat sasaran bila digunakan dalam dasar merancang Taman Rakyat SurabayaPengaplikasian tema dolan ke dalam rancangan dapat dilihat dengan adanya pola berkelok-kelok pada sirkulasi maupun massa bangunan hal tersebut untuk menggambarkan kesenangan pada objek rancang agar pengunjung tidak cepat bosan. Konsep taman yang terletak pada atap menjadi daya tarik dan sebauah petualangan baru di kawasan Surabaya.Keakraban dapat tercipta dengan adanya tribun yang menghadap ke area seni agar pengunjung dapat berkomunikasi satu dengan yang lain sambil melihat pertunjukan seni yang berlangsung
Kampung Surabaya sebagai Elemen Kunci Perancangan Ruang Identitas Kota
Astri Isnaini Dewi;
Andy Mappa Jaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (758.536 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.12482
Bertumbuhnya kota Surabaya menuju kota metropolitan mendorong adanya penutupan ruang-ruang, dengan fungsi dan guna yang berbeda dengan kondisi awalnya. Kota Surabaya, telah mengalami penumpukan layer ruang hingga identitasnya semakin pudar. Dalam pencarian identitas, dilakukan penelusuran perkembangan Surabaya, ditemukan sebuah elemen yang menjadi kunci perkembangannya. Kampung Surabaya, adalah sebuah fragmen kota yang secara kasat mata memberikan makna ruang yang mencerminkan identitas melalui berbagai entitas yang berbeda-beda. Dalam sebuah perbedaan entitas tersebut, pendekatan simbiosis dalam konteks urban dengan metode timeless way of building oleh Christopher Alexander digunakan untuk dapat menyatukan variabel lama-baru pada kampung, sehingga mampu menarik intisari yang utama. Untuk kemudian diolah sebagai elemen rancangan utama dalam berarsitektur, mengambil intisari program, bentukan arsitektur, hingga sekuen. Begitu banyaknya fragmen yang perlu disatukan, memerlukan sebuah penyelesaian secara makro. Sebuah ruang dengan galeri, pasar, dan restoran yang mampu memberikan gambaran sejarah dan interaksi sosial secara raya yang semestinya.
Simbiosis Alam dengan Cagar Budaya dalam Konservasi Saujana Desa Tamansari
Sarah Inassari Santoso;
Andy Mappa Jaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1038.859 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.12581
Makam Adipati Pragolapati dan Sendang Sani merupakan cagar budaya yang dilindungi sebagai bukti sejarah berdirinya Kabupaten Pati dan sebagai sumber mata air yang dimuliakan. Saat ini, keduanya membutuhkan perhatian karena kondisinya yang terbengkalai. Pemerintah setempat mengeluarkan sebuah rencana untuk membangun sebuah obyek wisata religi dan keluarga yang akan menghidupkan kawasan ini. Namun wisata dan kebutuhan pelestarian adalah dua hal yang kontradiktif. Oleh karena itu dibutuhkan solusi perancangan yang secara sinergis akan dapat mengakomodasi dua hal tersebut. Melalui hubungan simbiosis, alam dan cagar budaya sebagai karakter tapak, dipertemukan dalam sebuah interaksi saling menjaga. Alam sebagai latar belakang dan cagar budaya sebagai latar depan. Obyek rancang bersama alam menguatkan cagar budaya eksisting melalui penataan massa yang mengikuti kontur eksisting, pemilihan bentuk massa yang mampu memberikan pandangan luas terhadap lansekap desa, serta penataan lansekap yang menguatkan orientasi pengunjung terhadap cagar budaya. Sebagai timbal balik, cagar budaya yang mampu hadir secara kuat akan dapat membentuk suasana kontemplatif bagi masyarakat untuk tergerak menjaga alam. Dengan hubungan simbiosis yang demikian, maka alam dan cagar budaya akan dapat terus terjaga keberlangsungannya.
Perancangan Pusat Rehabilitasi bagi Pecandu Narkotika dengan Konsep Arsitektur sebagai Terapi
Muhammad Ali;
Andy Mappa Jaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12962/j23373520.v10i2.72234
Penanganan bagi pecandu narkotika di Indonesia meliputi rehabilitasi secara medis maupun sosial. Namun dalam beberapa kasus, terdapat pecandu narkotika yang telah melalui masa rehabilitasi kembali menggunakan narkotika. Peristiwa ini menjadi sebuah evaluasi apakah proses rehabilitasi yang ada tidak berhasil untuk menangani permasalahan ini. Fasilitas rehabilitasi yang dulunya dianggap sebatas wadah mencoba untuk ditingkatkan sehingga dapat memberikan dampak bagi proses rehabilitas yang sedang dijalani. Berdasarkan stimulation theory, arsitektur dapat memberikan pengaruh pada pengguna melalui stimulan-stimulan yang dihadirkan oleh pengolahan elemennya. Mengacu pada teori tersebut, rancangan arsitektur dengan konsep arsitektur sebagai terapi dibuat. Menggunakan metode Frame and Sequences, rancangan dibangun dari sudut pandang pengguna dengan harapan dapat menghasilkan suatu fasilitas yang sesuai dengan keadaan. Tekstur, suara, warna, dan bau yang dihadirkan dalam rancangan ditujukan untuk mengembalikan fungsi indra pada pengguna yang terdegradasi karena penggunaan narkotika. Integrasi dengan aktivitas di lingkungan sekitar juga dihadirkan guna mempersiapkan pengguna untuk kembali bersosialisasi dengan masyarakat.
Bogor Tourism Information Center
Rifandi Rahasanto;
Andy Mappajaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (155.022 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18026
Bogor memiliki banyak potensi pariwisata yang tersebar di seluruh daerah. Banyak daerah yang menjadi kawasan wisata di Kota Bogor, seperti prasasti, lansekap, bangunan bersejarah, dan kuliner. Diperlukan sebuah rancangan yang bisa memunculkan potensi-potensi wisata yang ada di Bogor sehingga wistawan dapat meminati seluruh objek wisata dan pada akhirnya dapat menegmbangkan kepariwisataan Bogor. Tourism Information Center merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan potensi suatu daerah kepada wisatawan, tetapi tourism information center biasanya menjadi tempat yang kurang menarik sehingga wisatawan enggan untuk datang. Perancangan tourism information center dengan inovasi yang baru membuat rancangan lebih diminati oleh wisatawan. Tourism information center yang menyajikan informasi dalam media 3 dimensi dan juga media digital. Media ini membuat interaksi antara informasi dengan pengunjung yang datang
Ruang Publik untuk Kesehatan Mental Masyarakat Perkotaan
Ula Izdihar Azizah;
Andy Mappa Jaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (445.412 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18513
WHO menyatakan bahwa “tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental”. Kondisi gangguan kesehatan mental ringan merupakan salah satu tantangan kesehatan yang paling utama di abad ke-21. Penduduk kota lebih beresiko terkena gangguan kesehatan mental yang dikarenakan berbagai macam faktor. Baik gaya hidup maupun kondisi perkotaan memberikan dampak yang kurang baik pada kondisi mental masyarakat urban sehingga dibutuhkan wadah yang mampu mencegah dan mengurangi gangguan kesehatan mental pada penduduk perkotaan. Pendekatan dan metode yang digunakan adalah Biophilic Architecture, yang menjelaskan bahwa biologis manusia memiliki kecenderungan terhadap alam yang berperan dalam meningkatkan kebugaran fisik, emosional, dan intelektual manusia. Kesejahteraan mental maupun fisik masyarakat masih sangat bergantung pada kontak dengan lingkungan alam. Biophilic adalah cara yang inovatif untuk merancang tempat dimana kita hidup, bekerja dan belajar yang bertujuan untuk menciptakan ruang hidup yang sehat dan berpengaruh baik bagi masyarakat. Objek rancang berupa Mental Health Center yang terintegrasi dengan ruang publik, menyatukan program yang bersifat privat yaitu sebuah area konsultasi informal dan program yang bersifat publik seperti roof garden dan area bermain dalam satu kesatuan objek rancang sebagai wadah untuk mencegah dan mengurangi tingkat gangguan kesehatan mental ringan sehingga memberikan manfaat bagi kondisi kesehatan mental masyarakat dan berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat perkotaan.
Median Vertical Dwelling dan Horizontal Dwelling untuk Masyarakat Penggusuran
Lidya Kartika;
Andy Mappajaya
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (308.445 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373520.v5i2.18857
Meninggalkan tempat tinggal lama dan bermukim di tempat yang baru merupakan hal yang lumrah untuk manusia namun ada kalanya seorang manusia terpaksa berpindah dan harus bermukim di tempat yang jauh berbeda. Seperti halnya pada fenomena penggusuran dimana warga kampung yang terbiasa dengan kehidupan horizontal harus menjajaki rasanya bermukim secara vertikal. Tak jarang para korban penggusuran memilih untuk kembali bermukim di kampung halamannya atau bahkan membuat koloni kumuh yang baru. Rekonstruksi bermukim vertikal adalah sebuah bangunan transisi yang menjembatani perubahan dari permukiman horizontal dengan permukiman vertikal.