Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : An-Nida'

PERSPEKTIF TAQIYUDDIN AL-NABHANI TENTANG BAI’AT (Menggagas pembentukan Khilafah Islamiah oleh Hizb al-Tahrir) Haris Riadi
An-Nida' Vol 39, No 2 (2014): July - December 2014
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v39i2.874

Abstract

Salah satu metode Syar’i untuk mengangkat kepala negara adalah bai’at. Adapun pelaksanaan bai’at ini, tergambar dalam rincian-rincian praktek bai’at. Yaitu agar muslim saling berdiskusi tentang orang yang layak untuk memegang jabatan khilafah. Sehingga apabila mereka telah menetapkan pendapat pada beberapa orang tertentu (sebagai talon Khalifah), lalu calon-calon khalifah itu diajukan kepada kaum muslim. Siapa yang terpilih diantara mereka, maka umat diminta untuk membai’atnya. Hukum syara’ tentang pelaksanaan pengangkatan kepala negara dalam negara Islam adalah kandidat khalifah dibatasi oleh kaum muslim yang menjadi anggota majelis syura. karena majelis inilah yang menjadi representasi mayoritas kaum muslim. Kemudian nama-nama kandidat khalifah diajukan kepada kaum muslim. Yaitu agar mereka memilih satu orang dari kandidat itu sebagai khalifah bagi mereka. Selanjutnya dilihat siapa yang memperoleh suara paling banyak. Kemudian diambil bai’at untuk kandidat dengan suara terbanyak itu dari kaum muslim yang memilihnya maupun dari kaum muslim yang tidak memilihnya
KESALEHAN SOSIAL SEBAGAI PARAMETER KESALEHAN KEBERISLAMAN (Ikhtiar baru dalam menggagas mempraktekkan tauhid sosial) Haris Riadi
An-Nida' Vol 39, No 1 (2014): January - June 2014
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v39i1.864

Abstract

Seringkali terdengar di kalangan muslim, orang yang membedakan antara kesalehan Individu dan kesalehan sosial. Seolah-olah dalam Islam ada dua macam kesalehan; kesalehan individu dan kesalehan sosial. Itulah sebabnya, kenapa kesalehan tersebut tidak terukur seperti ibadah lainnya, dan terkadang tak jarang, menyebabkan perbedaan dalam memahami kesalehan tersebut. Paling tidak dalam pengertian Kesalehan Individu dimaksud adalah kesalehan yang hanya mementingkan ibadah semata yang berhubungan dengan Tuhan dan kepentingan diri sendiri, sementara kesalehan sosial dipahami sebagai kesalehan yang menunjukkan pada prilaku orang yang peduli dengan dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Maka yang terpenting sekarang adalah menjadikan satu Ibadah tidak hanya bernilai kesalehan indiviui tapi sekaligus bernilai kesalehan sosial. Sehingga ibadah itu tidak terdikhotami antara individu dan sosial