Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Persepsi Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran PPKN Dalam Membentuk Sikap Bela Negara Fatimatuz Zahrah; Berchah Pitoewas; Hermi Yanzi
Jurnal Kultur Demokrasi Vol 5, No 7 (2017): JURNAL KULTUR DEMOKRASI
Publisher : FKIP Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to analyze and describe perception of learners to PPKn subject in shaping the states defensive stance in MAN 1 Pringsewu of class XI in academic year 2016/2017. The method that is used in this research is descriptive method with quantitative approach and data collection technique using questionnaire. Population in this study are learners of class XI in MAN 1 Pringsewu which amounts 264 with samples taken as much as 15% of the population of 39,6 rounded to 40 respondents. The result showed that the perception of learners to PPKn subject in shaping the states defensive stance countries are in the category tend to be positive. This means that learners have good understanding, responses and expectations of the state defender in class XI MAN 1 Pringsewu.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan persepsi peserta didik terhadap mata pelajaran PPKn dalam membentuk sikap bela Negara di kelas XI MAN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MAN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 264 dengan sampel yang diambil sebanyak 15% dari populasi yaitu 39,6 yang dibulatkan menjadi 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peserta didik terhadap mata pelajaran PPKn dalam membentuk sikap bela negara berada pada kategori cenderung positif. Hal ini berarti peserta didik memiliki pemahaman, tanggapan, dan harapan yang baik terhadap sikap bela negara di kelas XI MAN 1 Pringsewu.Kata kunci: bela Negara , persepsi peserta didik, mata pelajaran PPKn, sikap.
TRANSFORMASI TRADISI PERNIKAHAN USIA ANAK DI MASYARAKAT MADURA FATIMATUZ ZAHRAH; OKSIANA JATININGSIH
Kajian Moral dan Kewarganegaraan Vol 8 No 2 (2020): Kajian Moral dan Kewarganegaraan (Jilid 2)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.791 KB) | DOI: 10.26740/kmkn.v8n2.p%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan memahami (verstehen) terjadinya transformasi tradisi pernikahan usia anak di masyarakat. Teori yang digunakan adalah Tindakan Sosial Max Weber, yang menjelaskan empat orientasi tindakan seseorang yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas tujuan, tindakan tradisional, dan tindakan efektif. Penelitian yang dilaksanakan di Desa Klompang Timur Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif eksplorasi. Informan penelitian ini adalah sepuluh orang yang dipilih secara purposive. Fokus penelitian ini adalah tindakan dan alasannya untuk tidak menikah atau tidak menikahkan anaknya pada usia anak. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam. Untuk keabsahan data, digunakan triangulasi sumber dan waktu. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tindakan tidak menjodohkan anak sejak dini dan memberi izin kepada anak untuk berkuliah dilakukan karena kini mereka berpandangan bahwa menyambung tali silaturrahmi tanpa harus melalui perjodohan anak, serta mengakui hak anak dalam menentukan pasangan hidupnya dan meraih masa depan yang lebih baik. Pada anak, tindakan terus berkuliah ini dilakukan dengan mengabaikan sorotan negative orang lain. Transformasi tradisi pernikahan usia anak ini menunjukkan adanya tindakan rasionalitas instrumental yaitu menunda pernikahan untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang lebih baik. Kata Kunci: pernikahan usia anak, tradisi pernikahan, transformasi, perempuan, Madura. Abstract This study aims to understand (verstehen) the transformation of the tradition of child age marriage in the community. The theory which used is Max Webers Social Action that explains the four orientations of ones actions such as instrumental rationality, objective rationality, traditional action, and effective action. The study was carried out in Klompang Timur Village, Pakong District, Pamekasan Regency by using a qualitative research approach with an exploratory descriptive design. The informants of this study were ten people who were selected purposively. The focus of this research is the actions and reasons for not marrying of their children from an early ages. Data was collected through participant observation and in-depth interviews. For data validity, triangulation of sources and time is used. The results of the study revealed that the act of not pairing children from an early age and giving permission for the children to study was done because nowadays the parents thought that they can make good relation without having to go through matchmaking, and recognize their childrens rights in determining their life partners and for achieving a better future. For children, the action continues to study is done by ignoring the negative highlights of others. The transformation of child marriage tradition shows the existence of instrumental rationality, which is delaying marriage to get education, work, and a better life. Keywords: child marriage, marriage tradition, transformation, women, Madura.
Kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Resolusi Konflik Beragama di Ruang Digital rahyudidwiputra; M. Yunasri Ridhoh; Fatimatuz Zahrah; Ilham Samudra Sanur
Antroposen: Journal of Social Studies and Humaniora Vol. 3 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/antroposen.v3i1.5693

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan utama, yaitu (1) bagaimana kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina kewarganegaraan digital; (2) urgensi kewarganegaraan digital dalam menjawab problem beragama di ruang digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan atau tinjauan literatur. Proses analisis data dilakukan melalui reduksi data, display data, verifikasi serta penarikan kesimpulan. Dari analisis yang penulis lakukan, ditemukan bahwa (1) Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran penting untuk berkontribusi dalam membentuk warga negara digital yang plural. Kemampuan menguasai kompetensi digital merupakan indikator awal yang harus dimiliki oleh setiap warga digital. Kompetensi digital tersebut yaitu baik dan cerdas, plural, literat, kritis, partisipatif, serta beretika. (2) Pada dasarnya praktek beragama dan ruang digital merupakan dua hal yang berbeda, namun di abad-21 keduanya terhubung dan saling kaitmengait. Interaksi antara keduanya selain membawa impresi positif juga memiliki residu, seperti ujaran kebencian berbasis agama di ruang digital. Di sinilah digital citizens menemukan urgensi dan relevansinya.
Pengenalan Dasar Artifical Intellengence di Era Digitalisasi di SMK Sampang Elvin Nury Khirdany; Rokip Rokip; Fatimatuz Zahrah; Faisol Faisol
Faedah : Jurnal Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 2 No. 3 (2024): Jurnal Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : FKIP, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/faedah.v2i3.1000

Abstract

Technology in the era of revolution 4.0 is no longer a foreign object in society but has become something that almost all human activities involve technology. However, there is a problem, namely that many of the younger generation do not know about artificial intelligence.  The lack of knowledge and examples of artificial intelligence applications can be an obstacle for the younger generation to start studying artificial intelligence from an early age.  Therefore, training regarding artificial intelligence needs to be socialized to students at Vocational High School Sampang so that they understand the scope and application of artificial intelligence. The method used in this community service uses survey, lecture and discussion methods. It is hoped that this socialization will provide openness for teenage students to understand and utilize quality technology. This community service provides benefits both for service partners or participants and for service members, including: (1) increasing knowledge related to generation Z, namely technological developments with the presence of artificial intelligence; and (2) after attending the training, participants expressed a high level of satisfaction with the implementation