Ida Bagus Rai Widiarsa
Department Of Obstetrics And Gynecologic, Hermina Kemayoran Hospital, Central Jakarta, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KUAT GESER BAJA KOMPOSIT DENGAN VARIASI TINGGI PENGHUBUNG GESER TIPE-T DITINJAU DARI UJI GESER MURNI Ida Bagus Rai Widiarsa; Putu Deskarta
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No. 1 Januari 2007
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1422.022 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas geser dari penghubung geser tipe-T dengan tinggi penghubung geser (h) yang bervariasi, sedangkan lebar penghubung geser (l) dan tebal penghubung geser (t) konstan. Mutu beton f’c direncanakan 22,5 MPa. Benda uji untuk pengujian tekan digunakan kubus (15x15x15) cm sebanyak 8 buah, sedangkan pengujian kuat geser shear connector dilakukan terhadap 4 jenis spesimen komposit, dimana tinggi penghubung geser setiap jenis bervariasi yaitu 30 mm, 45 mm, 60 mm, dan 75 mm dan masing-masing dibuat 3 benda uji. Masing-masing benda uji dibuat dari kombinasi baja H-beam (200x200) mm, panjang 200 mm dan pelat beton berukuran (280x340x100) mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan tinggi penghubung geser 30 mm, spesimen komposit langsung runtuh tanpa menimbulkan retak belah pada pelat beton. Hal ini disebabkan karena luas bidang muka penghubung geser tipe T yang terlalu kecil sehingga penghubung geser tidak mampu memberikan gaya tarik belah pada pelat beton. Pada spesimen komposit dengan tinggi penghubung geser lebih dari 30 mm, semuanya mengalami retak belah pada pelat beton. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan tinggi penghubung geser tipe-T meningkatkan kapasitas penghubung geser, walaupun nilai yang dicapai agak seragam. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh panjang beton di muka penghubung geser, sehingga pada saat hancur spesimen komposit belum mencapai kapasitas maksimumnya
PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN DUA JENIS SEMEN Ida Bagus Rai Widiarsa
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2 Juli 2010
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.462 KB)

Abstract

The aim of this research is to investigate the effect of using two kinds(brand) cement namely Gresik and Padang cement in one concrete mix with respectto concrete compressive strength. This research is conducted at Concrete ConstructionLaboratory of Engineering Faculty, Udayana University. The concrete wasmixed with a ratio 1:2:3 of cement:sand:gravel, batched by volume. Five differentconcrete mixes were made to determine their compressive strength. The first mixused Gresik cement, the 2nd mix used Padang cement, the 3rd used a mixture of Gresikand Padang cement batched by volume 1:3, the 4th mix used a mixture of Gresikand Padang cement batched by volume 1:1, and the 5th mix used a mixture of Gresikand Padang cement batched by volume 3:1The test results show that the concrete compressive strength, ’bk , of the 1st, 2nd, 3rd,4th, and the 5th mixture was 209,85 kg/cm2, 184,12 kg/cm2, 185,18 kg/cm2, 191,99kg/cm2, and 202,10 kg/cm2 respectively.
PENGARUH LUAS BIDANG REKATAN LAPIS GFRP TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG Ida Bagus Rai Widiarsa; Putu Deskarta
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 9, No. 2 Juli 2005
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.08 KB)

Abstract

Debonding of GFRP plate from the surface of concrete results the capacityof strenghtened reinforced concrete beams becomes not optimal. To obtain the optimalflexural capacity and avoiding the debonding of GFRP plate from concrete surface,therefore it is important to know the influence of bonding area between GFRP plateand concrete surface.Samples that were used in this research were concrete cylinders with diameter of 15cm and height of 30 cm, and concrete beams with the size of 10 cm x 14 x cm 140 cm.Beams reinforcement consist of flexural reinforcement of 2Ø10 mm and shearreinforcement of Ø6 mm with space of 60 mm. The samples were made in 4 types thatwere beam without addition of GFRP sheet; beam with addition of 2 sheets of GFRPplate and 100% addition of bonding area of GFRP; beam with addition of 2 sheets ofGFRP plate and 200% addition of bonding area of GFRP; and beam with addition of 2sheets of GFRP plate and 200% addition of bonding area of GFRP with side folding.The GFRP plates that were used in this research consist of glass fiber which in form of woven roving glued to the beams by epoxy resin. The data that were observed such asbeams failure model, maximum load and deflection.The results of this research show that the addition of bonding area of GFRP improvedthe flexural capacity of reinforced concrete beam. The addition of 100%, 200% and200% with side folding of bonding area of GFRP plate increased the maximummoment of beams by 14%, 21,39% and 14%, respectively. On the other hand it did notwork optimally due to the debonding between GFRP plate and beam. The averagebonding strength of GFRP plate on the beams was 1,453 MPa which was 1/5 of therequired bonding strength of GFRP plate
PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS GLASS FIBRE REINFORCED POLYMER (GFRP) I Ketut Sudarsana; Ida Bagus Rai Widiarsa
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12, No. 1 Januari 2008
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.063 KB)

Abstract

This research was conducted to know the failure behavior and flexural strength of reinforced concrete (R/C) beam strengthened with GFRP sheet. The research used simple supported beams with dimension of 100x150x1100 mm. The beam resisted two concentrated loads at a distance of 300 mm from each support. On the beams were applied 3 conditions that were beam without addition of GFRP sheet; beam with addition of 1 layer GFRP sheet and beam with addition of 2 layers GFRP sheet. The GFRP sheets used in this research were made of woven roving glass fibre mixed with epoxy resin. The data collected in this research were crack load, ultimate load, crack pattern, crack width, deflection and failure behavior. Results of from this research indicated that addition of GFRP sheet decreased the length and width of the R/C beam crack. The addition of GFRP sheet improved flexural strength of R/C beam as well. The addition of 1 layer GFRP sheet increased the flexural strength by 10,8 %, with failure in flexure accompanied by breaking of the sheet. On the other hand, the addition of 2 layers GFRP sheet increased the flexural strength by 13,4 %, with failure in flexure accompanied by debonding of the sheet from concrete surface. This showed that the sheet did not work effectively.
HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN I Made Alit Karyawan Salain; I.B. Rai Widiarsa
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 2 Juli 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.13 KB)

Abstract

Hubungan antara kuat tekan (?’b) dan faktor air semen (fas) pada beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland-pozzolan (PPC) telah diteliti pada umur 3, 7, 28 dan 90 hari. Sebagai pembanding digunakan beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland tipe I (PC). Campuran beton ditetapkan dalam perbandingan berat, antara semen : agregat halus : agregat kasar sebesar 1 : 2 : 3 dengan variasi fas : 0,4, 0,5, 0,7 dan 0,9. Untuk uji tekan digunakan silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm dimana untuk satu umur uji dan nilai fas dibuat 3 (tiga) buah benda uji. Pembuatan dan perawatan benda uji dilakukan dengan tata cara standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara ?’b dan fas pada beton dengan PPC mengikuti hukum Duff Abrams yaitu kuat tekan berkurang secara exponential dengan meningkatnya nilai faktor air semen. Pada umur awal kuat tekan beton dengan PPC lebih rendah dari beton dengan PC, namun lebih tinggi setelah melampaui umur 7 hari. Pada penggunaan nilai faktor air semen antara 0,4 sampai 0,9, perbedaan kuat tekan yang dihasilkan oleh beton yang dibuat dengan PPC dan PC hanyalah sekitar 1-17% dan 3-26% berturut-turut pada umur 28 dan 90 hari.
HUBUNGAN ANTARA MODULUS ELASTISITAS DENGAN KUAT TEKAN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN MAUPUN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain; Ida Bagus Rai Widiarsa
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 1 Januari 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.758 KB)

Abstract

Hubungan antara modulus elastisitas (Ec) dengan kuat tekan (?’b) pada beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland-pozzolan (PPC) maupun semen portland tipe I (PC) telah diteliti. Sebagai benda uji digunakan silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Campuran beton ditetapkan dalam perbandingan berat, antara semen : agregat halus : agregat kasar sebesar 1 : 2 : 3 dengan variasi fas : 0,4, 0,5, 0,7 dan 0,9. Pembuatan dan perawatan benda uji dilakukan dengan tata cara standar. Pengukuran Ec dan ?’b dilaksanakan pada umur 3, 7, 28 dan 90 hari, sesuai dengan ketentuan ASTM C 469-95 dengan menggunakan 3 (tiga) benda uji untuk setiap fas dan umur uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modulus elastisitas dan kuat tekan beton berkurang dengan meningkatnya fas dan meningkat dengan bertambahnya umur beton. Hubungan antara modulus elastisitas dengan kuat tekan beton menunjukkan hubungan non linier, dalam bentuk Ec = 4525,2 Ln ?’b - 3961,4 untuk beton dengan PPC dan Ec = 4302,3 Ln ?’b - 3582,2 untuk beton dengan PC. Pengaruh jenis semen terhadap modulus elastisitas baru terlihat pada beton dengan kuat tekan lebih besar dari 15 MPa, dimana untuk suatu nilai kuat tekan, modulus elastisitas beton dengan PPC mampu melampaui, sekitar 3% - 4%, modulus elastisitas beton dengan PC.
PENGARUH PEMASANGAN ANGKER UJUNG TERHADAP PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN LAPIS GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer) I K. Sudarsana; I B. Rai Widiarsa
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2 Juli 2009
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.067 KB)

Abstract

Some researches have shown that critical phenomena on the use of FRPsheets as external reinforcement is de-bounding between the FRP sheet andconcrete. This research was done to investigate the effect of end anchorage onfailure behavior and flexural strength of reinforced concrete beam with additionalGFRP sheet.The test was done on reinforced concrete beam specimens with dimension of 100 x150 x 1100 mm on a simple support having a span length of 900 mm. Thespecimens were loaded using 2 point concentrated loads at 300 mm from thesupports. Three group specimens were made namely control beam withoutadditional GFRP sheets, beam with 2 layer GFRP sheets without end anchorage, beam with 2 layer GFRP sheets with end anchorage type U-shape straps, fastenersand steel bolts. Each group consists of 3 specimens. The data observed during thetest are cracking loads, crack patterns, crack widths, ultimate load capacities,deflections and failure modes.Test results show that end anchorage changes starting point of de-boundingmode failure of the GFRP sheets which is from the point of cut-off to the middlespan of the beams. The addition of end anchorages can increase the ultimateflexural capacity of the beam with 2 layer GFRP sheet about 18.628%, 5.555% and10.131% respectively for end anchorage of fastener, U-shape straps and steel bolts.When it is compared to the capacity of control beam, the ultimate flexural capacityof the beams with end anchorage is higher about 31.373%, 18.3% and 22.876% forend anchorage of fastener, U-shape straps and steel bolts, respectively.
KARAKTERISTIK DAN KUAT LEKAT TULANGAN SERAT BAGU PILINAN PADA BETON NORMAL I Ketut Sudarsana; Ida Bagus Rai Widiarsa; I Gede Wira Sayoga
JURNAL SPEKTRAN Vol 8 No 2 (2020): VOL. 8 NO. 2, JULI 2020
Publisher : Master of Civil Engineering Program Study, Faculty of Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penggunaan tulangan baja pada struktur beton bertulang untuk memikul tegangan tarik sangat rentan terhadap korosi. Serat bagu dipakai sebagai bahan pengganti baja tulangan untuk menghindari korosi yang sering terjadi. Perilaku tulangan dalam beton dipengaruhi banyak faktor, diantaranya lekatan antara beton dan tulangan serta panjang penanaman tulangan dalam beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kuat lekat antara tulangan serat bagu pilinan dan beton. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa kubus beton dengan ukuran 150x150x150 mm dengan kuat tekan rencana 20 MPa. Tulangan serat bagu ditanam pada kubus beton dengan kedalaman 75, 100, 125 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulangan serat bagu memiliki kuat tarik berbeda pada masing-masing jumlah pilinan, dimana untuk 2 pilinan memiliki kuat tarik 28,85 MPa, 3 pilinan memiliki kuat tarik 36,16 MPa, 5 pilinan memiliki kuat tarik 30,36 MPa. Dari pengujian kuat tarik tulangan diperoleh tulangan 3 pilinan mempunyai kuat tarik yang paling besar, dimana hal ini disebabkan oleh jumlah serat yang lebih banyak dan resin yang bekerja lebih baik. Hasil pengujian kuat lekat tulangan menunjukkan bahwa kuat lekat tulangan bagu melebihi kuat lekat baja tulangan, terbukti dari kuat putus tulangan serat bagu masih lebih tinggi dari pada kuat lekat baja tulangan untuk semua panjang penanaman (75 mm, 100 mm, 125 mm).
PERILAKU GESER BALOK TINGGI BETON SERAT BAGU TANPA TULANGAN TRANSVERSAL I Ketut Sudarsana; Ida Bagus Rai Widiarsa; Marselinus Anggur Ngganggus
JURNAL SPEKTRAN Vol 8 No 1 (2020): VOL. 8, NO. 1, JANUARI 2020
Publisher : Master of Civil Engineering Program Study, Faculty of Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.214 KB)

Abstract

Mekanisme geser pada balok tinggi penting untuk diperhatikan karena keruntuhan geser bersifat getas (brittle). Gaya geser umumnya kombinasi dengan lentur, torsi, atau gaya normal. Untuk mengatasi keruntuhan yang getas (brittle), perlu untuk meningkatkan persentase tulangan horizontal dan vertikal atau menggantinya dengan beton bertulangan serat (FRC). Serat Bagu merupakan serat alami yang kuat dan awet, serat Bagu banyak ditemukan dipasaran daerah Bali karena merupakan bahan yang dibutuhkan secara berkelanjutan setiap tahun pada saat perayaan Nyepi dengan harga yang terjangkau . Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prilaku geser balok tinggi beton serat Bagu dengan variasi volume serat bagu 0%, 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1% terhadap berat semen yang meliputi perilaku pola retak, beban retak, kekakuan dan daktilitas balok tinggi. Penelitian ini juga membandingkan tingkat keakuratan prediksi geser dari SNI. 2847-2013 dan Strut and Tie Model (STM) untuk memprediksi kapasitas geser balok tinggi beton serat Bagu. Sebanyak 10 buah balok tinggi dengan ukuran 150x450x1500mm dibuat dan diuji diatas perletakan sederhana dengan dua buah beban terpusat pada jarak 370mm dari tumpuan. Balok dengan tulangan longitudinal tunggal 2D16mm. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan 0,75 % serat Bagu menurunkan prosentase jumlah retak lentur sebesar 75 %, peningkatan beban retak lentur pertama sebesar 341,67%, beban retak geser pertama sebesar 170 % dan daktailitas balok sebesar 6,92% pada kondisi sebelum retak pertama dan 0,26% pada kondisi setelah retak pertama. Prediksi kapasitas geser balok tinggi beton serat Bagu tanpa tulangan transversal dengan metode STM lebih baik dari SNI dengan nilai rata-rata rasio Vexp/VSTM atau Vexp/SNI masing-masing sebesar 1.16 untuk teori STM dan 2,47 untuk teori SNI.
PENGARUH MODIFIKASI KOLOM PERSEGI MENJADI BULAT MENGGUNAKAN METODE CONCRETE JACKETING DENGAN KAWAT KASA ATAU FIBERGLASS TERHADAP KAPASITAS AKSIAL KOLOM Ida Bagus Rai Widiarsa; I Ketut Sudarsana; David Pramono
JURNAL SPEKTRAN Vol 8 No 1 (2020): VOL. 8, NO. 1, JANUARI 2020
Publisher : Master of Civil Engineering Program Study, Faculty of Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.909 KB)

Abstract

Kegagalan pada kolom dapat menyebabkan keruntuhan suatu struktur bangunan. Salah satu cara meningkatkan kemampuan kolom menahan beban adalah dengan perkuatan. Material beton, kawat kasa, dan fiberglass merupakan material yang mudah dikerjakan dan tersedia dipasaran. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh modifikasi bentuk penampang kolom beton persegi menjadi bulat dengan tambahan kekangan kawat kasa atau fiberglass terhadap kapasitas aksial kolom. Pada penelitian ini dibuat 18 buah benda uji kolom yang dibagi menjadi 6 kelompok. Benda uji berukuran 76 mm x 76 mm x 300 mm yang terbuat dari beton polos disebut KP. Kolom KP diperkuat dengan concrete jacketing menjadi berdiameter 150 mm dengan tinggi 300 mm disebut kolom KB. Selanjutnya kolom KBT merupakan kolom KB yang diberikan tambahan perlakuan treatment sandblasting pada permukaan core kolomnya. Kelompok lainnya adalah kolom KK yang merupakan kolom KBT dengan tambahan 3 lapis kawat kasa sebagai pengekang internal pada jacketing. Kolom KF merupakan kolom KBT dengan tambahan 3 lapis fiberglass yang dilapisi resin sebagai pengekang internal pada jacketing. Kelompok keenam merupakan kolom KF dengan tambahan pin dari serat fiberglass terpasang kearah luar jacketing. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kapasitas kolom akibat perlakuan sandblasting sebesar 10%. Penggunaan kawat kasa atau fiberglass sebagai pengekang memberikan peningkatan kapasitas pada kolom KK, KF, KFP masing-masing sebesar 21%, 29% dan 30%. Keruntuhan kolom pada kolom KP, KB, KBT, KF dan KFP adalah non-daktail sedangkan kolom KK menghasilkan perilaku keruntuhan yang lebih daktail dibandingkan dengan benda uji kolom lainnya.