Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MAPPING POTENTIAL FOR WIND ENERGY IN COASTAL MARINE SENGGIGI FOR RENEWABLE ENERGY DEVELOPMENT SUPPORT Muliadi -; Eliza Ruwaidah; Akhmad Asyari
ASEAN Journal of Systems Engineering Vol 3, No 1 (2015): ASEAN Journal of Systems Engineering
Publisher : Master in Systems Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.11 KB)

Abstract

His form of energy self-sufficient villages throughout Indonesia is the government's goal in the field of energy. Utilization of wind energy as a renewable energy source is an attempt to answer the problem for change and the natural environment is also one of the conservation of conventional energy sources. The purpose of this research study is to get the wind potential in accordance with the site characteristics such as speed and direction as a basis for planning SKEA. Potential awakened power of the wind potential and value of the benefits to be derived based on economic analysis if the potential energy is utilized for the generation of renewable energy on the grid system. The method used is the method of distribution. The results of the analysis of wind energy potential in Selaparang in 2011 until 2013, increased in 2011 the potential energy of 278, 5 KW KW rose to 562.5 in 2012 and in 2013 to 522, 4 KW wind speed has increased so the potential for increased power. Increased wind speed at the beginning of the year and the end of the rainy season occurred. The magnitude of the potential of wind energy can be used for supplying the electricity needs of the population about the number of households 500. The potential of wind energy in Kediri in 2011 until 2013, the image can be seen that the energy per year decline in 2011 the potential energy of 1751.33 KW dropped to 636 , 96 KW in 2012 and declined in 2013 to 44.954 KW wind speed so that the lower the potential for wind power down. Economic analysis produces BCR value of 1.4. Wind speed in Kediri greater than in Senggigi same year, but increased wind speeds in Senggigi and in Kediri decreased.
KAJIAN MENGENAI GARIS SEMPADAN BANGUNAN KORIDOR JALAN DR SUDJONO- JALAN ARYA BANJAR GETAS Eliza Ruwaidah
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 5 No. 3 (2019): September 2019
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan tata ruang Kota Mataram yang terus berlangsung hingga saat ini, tentunya diarahkan berdasarkan Perda Kota Mataram Nomor 12 tahun 2016 tentang RTRW Kota Mataram tahun 2011-2031, namun pada kenyataan lapangan, pemanfaatan ruang yang sejak awal kemungkinan besar belum sesuai dengan peraturan tersebut, sehingga hal ini tentunya menimbulkan konflik pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan tata ruang.Pemanfaatan ruang Kota Mataram pada umumnya berfungsi sebagai matra pengembangan berbagai kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan jasa serta fungsi lainnya, dan intensitas perubahan fungsi kawasan terjadi baik dari kawasan non terbangun (sawah) menjadi kawasan terbangun (perumahan) ataupun perubahan fungsi kawasan perumahan pada lokasi strategis atau koridor jalan utama kota menjadi kawasan dengan fungsi yang lebih ekonomi yakni sebagai kawasan perdagangan dan jasa.Dalam rangka menyelaraskan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka sangat diperlukan penyediaan bidang/areal pada kanan – kiri sumbu jalan yang digunakan untuk memberikan jarak antara bangunan dengan derah milik jalan. Permasalahan yang sering terjadi, pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat, swastaseringkali tidak memperhatikan aturan garis sempadan bangunan yang disebabkan antara lain: kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang aturan sempadan jalan, lahan yang digunakan untuk sempadan bangunan berada dalam sertifikat lahan pemilik bangunan sehingga pemilik lahan berkepentingan membangun sesuai dengan haknya,tidak seragamnya luas kapling serta pembangunan yang dilakukan secara individu, dan tanpa melalui prosedur perijinan serta jenis dan intensitas bangunan yang beragam. Berdasarkan ketentuan garis sempadan Jalan Arteri Primer pada Koridor Jalan Dr Sudjono-Jalan Arya Banjar Getas sepanjang 30 meter pada kanan – kiri jalan, Garis Sempadan Jalan pada sisi Utara-Timur Jalan Dr Sudjono dimulai melewati persimpangan Jalan Gajah Mada sampai persimpangan Sultan Kaharudin Berdasarkan hasil analisa garis sempadan bangunan pada umumnya belum sesuai dengan dengan arahan tata ruang. Garis Sempadan Jalan pada sisi selatan Jalan Arya Banjar Getas dimulai dari pangkal sebalah barat persimpangan Jalan Sultan Kaharudin hingga Jalan Energi. Berdasarkan analisa keseuaian garis sempadan bangunan eksisiting terhadap rencana tata ruang pada umumnya garis sempadan bangunan belum sesuai dengan arahan tata ruang untuk semua jenis kegiatan. Secara umum belum sesuaianya Garis Sempadan Bangunan (GSB) yang berkembang di koridor Jalan Dr Sudjono - Jalan Arya Banjar Getasbaik disis kanan – kiri jalan terhadap ketentuan Garis Sempadan Bangunan berdasarkan RTRW Kota Mataram dimana ketentuan GSB Koridor Jalan Dr Sudjono - Jalan Arya Banjar Getasselebar 25 meter yang termasuk dalam fungsi jalan Kolektor Primer.Masih terdapat potensi lahan non terbangun yang akan berubah fungsi di Koridor Jalan Jend. Jalan Dr Sudjono - Jalan Arya Banjar Getas, dimana dalam pengajuan ijin pemanfaatan ruangnya agar sesuai dengan ketentuan GSB dan ketentuan lainnya berdasarkan rencana tata ruang. Tata guna lahan yang berkembang pada koridor Jalan Jalan Dr Sudjono - Jalan Arya Banjar Getas, telah sesuai dengan rencana pola ruang RTRW Kota Mataram.
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN FASILITAS KAWASAN WISATA TAMAN SEJARAH NARMADA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Muh. Hairul Anam; Baiq Susdiana Fibrianti; Eliza Ruwaidah
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 11 No. 1 (2024): JUNI 2024
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Narmada adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Barat, terletak kurang lebih 11 Km di sebelah timur Kota Mataram. Kecamatan Narmada terkenal dengan julukan “kota Air”. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Narmada mempunyai banyak mata air. Mata air berasal dari simpanan air hutan di daerah Narmada yang terletak di Suranadi dan Sesaot. Moto kota Narmada yaitu “AIR” yang merupakan singkatan dari “Aman,Indah dan Rapi”. Sejalan dengan perkembangan di sekitar kawasan tersebut, mendorong tumbuhnya aktivitas yang begitu cepat. Sebagai ruang publik yang digunakan oleh komunitas sosial, kawasan wisata Taman Narmada harus mampu mengakomodir kebutuhan, keinginan, dan estetika yang juga beragam. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kawasan wisata Taman Sejarah Narmada, perlu dilakukan upaya pengembangan fasilitas kawasan untuk peningkatan kualitas dan pemanfaatan ruang publik di kawasam wisata Taman Sejarah Narmada yang ditujukan untuk melayani kegiatan rekreasi bagi kesejahteraan masyarakat.
KAJIAN AKSESIBILTAS LINGKUNGAN PADA RUANG PUBLIK DI KOTA MATARAM Teddy Hartawan; Eliza Ruwaidah
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 12 No. 1 (2025): JUNI
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aksesibilitas merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan ruang publik yang inklusif. Setiap warga negara, termasuk penyandang disabilitas, lansia, anak-anak, dan ibu hamil, berhak atas fasilitas publik yang dapat diakses secara adil dan aman. Aksesibilitas adalah derajat kemudahan yang dimiliki orang untuk mencapai suatu objek, pelayanan, atau lingkungan. Ini juga mencakup kemudahan bagi pengguna dengan kebutuhan khusus (difabel) untuk mewujudkan kesamaan setiap warga. Dalam konteks web, aksesibilitas berarti situs dan teknologi web dirancang agar dapat digunakan oleh penyandang disabilitas. Selain itu, aksesibilitas juga dapat merujuk pada interaksi lokasi tata guna lahan dan kemudahan akses melalui sistem jaringan transportasi. Lokasi kajian adalah RTH (Ruang Terbuka Hijau) Pagutan merupakan salah satu taman kota yang sedang diarahkan menjadi taman kota yang inklusif dan manusia bagi seluruh lapisan Masyarakat Kota Mataram dan Jalan Pejanggik yang terdapat di kawasan Cakranegara dan menjadi koridor kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan nasional dan internasional di Kota Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menyajikan hasil survey lapangan sebagai bahan untuk dianalisa terhadap teori-teori aksesibilitas yang ada. Hasil dari kajian ini adalah menggambarkan seberapa tinggi derajat ketersediaan aksesibilitas lingkungan untuk kamum difabel di Kota Mataram dengan menyajikan dua lokasi yang berbeda berupa jalur pejalan kaki dan taman kota.