Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Humaniora

CITRA WANITA DALAM NOVEL INDONESIA SEBELUM PERANG Burhan Nurgiyantoro
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 2, No 2 (1997): 1997
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.153 KB) | DOI: 10.21831/hum.v2i2.7314

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (a) citra perwatakan tokoh wanita dalam novel Indonesia sebelum perang, (b) kedudukan tokoh wanita dalam dalam perbandingannya dengan tokoh pria, (c) masalah yang diperjuangkan tokoh wanita, dan (d) factor yang bersifat menghalangi perjuangan tokoh wanita.Penelitian ini mencangkup seluruh novel Indonesia sebelum perang (sampai tahun 1942) yang sering menjadi objek pembicaraan dalam sejarah sastra. Sampel penelitian sebanyak 18 buah novel yang diambil secara purposive, yaitu yang dipandang penting pada masanya. Tokoh wanita yang diteliti mencangkup semua tokoh utama ditambah tokoh feriferal yang mempengaruhi plot, yang semuanya berjumlah 41 orang tokoh. Teknik pengumpulan data dilakukandengan pembacaan dan pencatatan, sedang teknik analisis data dengan deskriptif kualitataif, lewat cara berfikir induktif komparatif, pembuatan kategorisasi, dan penghitungan frekuensi pemunculan.Citra perwatakan tokoh wanita dalam novel Indonesia sebelum perang bersifat hitam putih:baik(ideal) dan jahat(tak ideal), serta ada sejumlah yang bersifat dua sisi(baik dan jahat). Citra yang paling menonjol adalh ideal, namun mereka lebih banyak yang bersifat malang. Dalam hubungannya dengan tokohpria, peran dan kedudukan tokoh wanita dicitrakan dalam 5 kategori: dominasi pria kuat,dominasi pria tak kuat, pria wanita sederajat, dominasi wanita terhadap pria dan dominasi wanita terhadap wanita. Lebih lagi separuh wanita masih didominasi pria. Masalah yang diperjuangkan tokoh wanita mencangkup: kebebasan memilih jodoh, penolakan tradisi, persamaan hak, pengakuan martabat, elurusan sikap pria dan kejujuran. Masalah yang paling banyak dituntut adalah tiga yang pertama dan yang berhasil sebesar 51%. Masalah yang menghalangi perjuangan tokoh wanita meliputi:tradisi/adat, status social, harta, kesombongan sikap, kejahatan, takdir, ketertutupan hati dan keterbelakagan. Hambatan yang menonjol adalah empat yang pertama, sedang yang berhasil mengatasi hambatan itu adalah sebesar 48%.
TRANSFORMASI PENOKOHAN TOKOH WAYANG DALAM KARYA FIKSI INDONESIA *) Burhan Nurgiyantoro
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 3, No 3: Oktober 1998
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1288.537 KB) | DOI: 10.21831/hum.v3i3.5281

Abstract

Abstrak Seni budaya pewayangan merupakan tradisi seni budaya yang mendasari dan berperan besar dalam membentuk karakter dan eksistensi bangsa serta banyak berpengaruh  terhadap penulisan sastra Indonesia modern. Walau cerita wayang diwariskan dan dikenal oleh masyarakat terutama lewat pertunjukan yang bersifat lisan dan teatrikal, cerita itu semula merupakan karya tulis yang dewasa ini dikenal sebagai fiksi. Transformasi unsur pewayangan ke dalam fiksi mencangkup berbagai unsur instrinsik, yaitu munculnya unsur pewayangan ke dalam teks fiksi dengan perubahan dan mempunyai pola tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model transformasi penokohan tokoh cerita wayang dalam karya fiksi Indonesia.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Model transformasi diperoleh dengan membandingkan unsur-unsur teks fiksi dengan teks pewayangan yang ditrasnformasikannya. Sumber data adalah karya fiksi yang diterbitkan antara tahun 1980-1995, terdiri dari 4 novel dan 7 cerpen, yang pengambilannya dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dari teks dilakukan dengan teknik analisis wacana, sedang data dari narasumber dengan taknik wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik komparatif-induktif, kategorisasi, dan inferensi.Secara umum terdapat dua model transformasi penokohan, yaitu berupa transformasi tokoh wayang ke dalam tokoh fiksi dari tokoh dunia wayang dan tokoh fiksidari dunia manusia modern. Model I terdiri dari Model IA, yaitu pengubahan karakter tokoh secara mendasar dan  bertentangan dengan karakter tokoh wayang dalam pakem, model IB berupa pencaampuradukan kerakter antarakarakter tokoh wayang dengan karakter tokoh bukan wayang yang berciri peradaban modern, dan Model IC berupa pengubahan karakter tokoh wayang ke dalam karakter tokoh bukan wayang secara bertentangan dengan karakter wayang yang ditasnformasikan penamaan dan perwatakan tokoh wayang, Model II terdiri dari Model IIA yang berupa transfomasi penamaan daan perwatakan tokoh wayang, model IIB traansformasi perwatakan tanpa disertai penamaan, dan Model IIC transformasi penamaan tanpa disertai perwatakan. Transformasi penokohan tokoh wayang ke dalam tokoh fiksi terasa lebih intensif dan tipikal jika mencangkup perwatakan atau perwatakan dan penamaan daripada hanya mencangkup penamaan tanpa disertai perwatakan. Tokoh cerita wayang dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan dan pesan lewat penghipograman, perbandingan,pelambangan karakterdan pengkarikaturan tokoh.