Amelia Hana
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH Eimeria magna TERHADAP KONDISI FISIOLOGIK KELINCI LOKAL Amelia Hana; . Sumartono; Calude Mona Airin; Pudji Astuti
Jurnal Sain Veteriner Vol 28, No 2 (2010): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3477.426 KB) | DOI: 10.22146/jsv.302

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Eimeria magna (E. magna) terhadap kondisi fisiologik kelinci lokal. Sebanyak 12 ekor kelinci lokal jantan umur 4 bulan dengan berat badan 1,0-1,5 kg dan bebas koksidiosis digunakan sebagai kelinci percobaan dibagi menjadi 3 kelompok (K-O,K-I, dan K-2) secara acak, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelinci kelompok K-Osebagai kontrol (tidak diinfeksi hanya diberi 1,0ml akuades/ekor peroral), kelompok K-l dan K-2 masing-masing diinfeksi 4xl0s oosista E. magna/ekor peroral,dan 28x1OSoosista E. magna/ekor peroral. Pengukuran suhu tubuh, penimbangan berat pakaQ.'yangdikonsqrnsi,penghitungan jumlah Eimeria yang dieliminasi dalam fesesnya dan pemantauan gejala klinis dilakukan setiap hari selama 11 hari. Pada hari ke-O,5, dan 10 dilakukan penimbangan berat badan dan pengambilan darah untuk pemeriksaan darah rutin (jumlah eritrosit, leukosit, kadar hemoglobin, nilai packed cell volume (PCY), kadar total protein plasma (TPP), dan diferensial leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit). Kesimpulan : kelompok kelinci yang diinfeksi 28xIOSoosista E. magna lebih efektif menunjukan perubahan kondisi fisiologik dibanding dengan kelompok kelinci yang diinfeksi 4xlOs oosista E. magna (K-l). Semakin tinggi jumlah oosista E. magna yang diberikan, semakin tinggi suhu tubuh, jumlah oosista yang dieleminasi dalam feses, danjumlah eosinofilnyaKata kunci: Kelinci jantan lokal, Eimeria magna, perubahan fisiologi
PENGARUH WARNA CAHAYA TERHADAP AKTIVITAS REPRODUKSI TIKUS PUTIH = THE EFFECTS OF COLOR OF LIGHT TO THE REPRODUCTION ACTIVITY OF WHITE RATS Amelia Hana
Jurnal Sain Veteriner Vol 19, No 2 (2001): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.375

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian warna cahaya terhadap aktivitas reproduksi tikus putih (Ranus norvegicus). Empat puluh ekor tikus putih jantan dan 20 ekor betina, semuanya umur 21 had., digunakan dalam penelitian ini. Tikus jantan dibagi menjadi 4 kelompok (IA, 11A, II1A, dan IVA) masing-masing- 10 ekor; dan tikus betina dibagi menjadi 4 kelompok (1B, IIB, IIIB, dan IVB) masing-masing 5 ekor. Tikus jantan dipelihara terpisah dengan tikus betina. Setelah adaptasi 6 hari, seluruh tikus ditimbang berat badan awalnya, dan kelompok IA, dan 113 diberi perlakuan cahaya putih (410 luks), I1A dan IIB cahaya biru (380 luks), IIIA dan 111B cahaya kuning (320 luks), dan IVA, dan IVB cahaya hijau (580 luks) setiap 12 jam sehari selama 30 hari. Setelah had ke-30 seluruh tikus ditimbang berat badannya dan setiap kelompok tikus jantan diambil 5 ekor dibunuh dan dinekropsi. Testis ditimbang dan dilakukan pengamatan morfologi, motilitas, persentase spermatozoa yang hidup, dan pH semen. Tikus betina yang estrus dikawinkan dengan tikus jantan, diamati lama kebuntingan dan jumlah anak yang dilahirkan. Berdacarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama pemberian cahaya yaitu 12 jam sehari selama 30 hari menyebabkan kualitas spermatozoa baik; sedangkan warna cahaya biru memperpendek masa kebuntingan dan meningkatkan jumlah anak sekelahiran dibandingkan 3 kelompok yang lain.
Perbandingan Pengaruh Penambahan Cairan Folikel Sapi dengan Babi terhadap Maturasi Oosit Anjing (Canis familiarsis) secara in Vitro dari Stadium Estrus Ovarium Yuda Heru Fibrianto; Tri Wahyu Pangestiningsih; Amelia Hana; Claude Mona Airin; Nuraini Rahmawati
Jurnal Sain Veteriner Vol 27, No 2 (2009): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1847.065 KB) | DOI: 10.22146/jsv.427

Abstract

.
Pemasakan Oosit Anjing (Canis familiarsis pada Stadium Anestrus dan Diestrus pada Media Maturasi yang Diperkaya dengan Cairan Folikel Sapi 10% dengan Penambahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteotropic Hormone (LH) Yuda Heru Fibrianto; Amelia Hana; Tri Wahyu Pangestiningsih; Pradityo Yoga Wibowo; Claude Mona Airin
Jurnal Sain Veteriner Vol 28, No 1 (2010): JUNI
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4904.308 KB) | DOI: 10.22146/jsv.430

Abstract

.
Kadar Progesteron Normal pada Sapi Perah Impor Estrus dan Sapi Potong Lokal Estrus yang Dipelihara di Dataran Rendah Amelia Hana
Jurnal Sain Veteriner Vol 22, No 2 (2004): DESEMBER
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.303 KB) | DOI: 10.22146/jsv.480

Abstract

.
Fourier Transform Infrared Sebagai Metode Alternatif Penetapan Tingkat Stres pada Sapi (FOURIER TRANSFORM INFRARED AS AN ALTERNATIVE TOOL FOR DETERMINING OF STRESS IN COW) Pudji Astuti; Claude Mona Airin; Slamet Widiyanto; Amelia Hana; Hera Maheshwari; Luthfiralda Sjahfirdi
Jurnal Veteriner Vol 15 No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.145 KB)

Abstract

Stress in animal is a condition of nonspesific discomfort which cause of non-specific immune defects,failure of reproduction, and decreased of meat carcass until the death of  animals. To determine stress ofcattle,  it will be invented stress detector using a non-invasive method based on the spectroscopy FourierTransform Infrared (FTIR). Basically,  FTIR will detect component in compound of cathecolamine andcortisol as ketone (= O) and methyl (= CH 3). Furthermore, each group of components will be detected indifferent of absorbant and wavelength.   The results showed that average level of cortisol in female beefcattle durimg resting eriod was 38,48±21,53 ng/dL, on time of slaughtering were 116,88±112,59 ng/dL. Forbull, which were resting  20,42±9,25 ng/dL; when animal was slaughtered level of cortisol was  67,61±41,62ng/dL. Using FTIR, it was showed that compound of metil was absorbed well. Animals with udder stresscondition have been recorded on the wave lenght of 2777-3456 nm.   It has been concluded level of cortisolon cattle which were resting is significantly different from animal which were slaughtering P(< 0.05),where cortisol would increase drastically. Using Calibration of FTIR indicated resting animals only havefewer value of absorbance than animals which slaughtered.  FTIR is a very prospect method for makingstress indicator.
Respons Peristalsis dan Neuron Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci yang Diinfeksi Eimeria magna Amelia Hana; Soesanto Mangkoewidjojo; Siti Isrina Oktavia Salasia2,; Dwi Liliek Kusindarta3
Jurnal Veteriner Vol 12, No 2 (2011)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.154 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon usus kelinci yang diinfeksi Eimeria magna denganmengamati frekuensi dan amplitudo kontraksi peristalsis, dan jumlah neuron mienterik nitrergik usushalus. Hewan percobaan yang digunakan adalah 60 ekor kelinci jantan lokal sehat umur 5 bulan dengankisaran berat badan 1,5-1,8 kg, dan bebas koksidiosis. Seluruh kelinci percobaan diadaptasikan dengankondisi lingkungan penelitian selama 7 hari dengan pakan pellet dan air minum ad libitum. Kelincidipelihara dalam kandang individual. Enam puluh ekor kelinci tersebut dibagi secara acak menjadi 3kelompok masing-masing 20 ekor. Kelompok I sebagai kontrol (K-0) diberi 1,0 ml akuades/ekor per oral,kelompok II (K-10) diinfeksi 10x106 ookista E. magna/ekor per oral dosis tunggal, dan kelompok III (K-20)diinfeksi 20x106 ookista E. magna /ekor per oral dosis tunggal. Pascainfeksi setiap hari 4 ekor per kelompokdianestesi dengan uretan (1,55 g/kg BB dalam larutan 25%, secara intraperitoneal), kemudian dibedah,diambil segmen usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum). Segera setelah itu kelinci dibunuh dengancara dislokasi cervikal. Segmen usus halus diukur gerak peristalsis secara elektromiografik. Selanjutnyasampel tersebut dibuat preparat histokimia dengan teknik pewarnaan Nicotinamide Adenine DincleotidePhosphate-diaphorase (NADPH-d) untuk mengetahui jumlah neuron mienterik nitrergiknya. Data frekuensidan amplitudo kontraksi peristalsis, dan jumlah neuron mienterik nitrergik usus halus kelinci dianalisissecara statistika dengan sidik ragam dan uji-t (LSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi10x106 dan 20x106 ookista E. magna dapat menyebabkan timbulnya peningkatan frekuensi peristalsisusus halus (p<0,01), penurunan amplitudo kontraksi usus halus (P<0,01), dan penurunan jumlah neuronmienterik nitrergik usus halus (P<0,01) dibandingkan kelompok kontrol (K-0). Dari hasil disimpulkanbahwa infeksi ookista E. magna dapat menyebabkan peningkatan frekuensi peristalsis, penurunanamplitudo kontraksi, dan penurunan jumlah neuron mienterik nitrergik usus halus kelinci.