Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inhA MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) I Gusti Ayu Agung Septiari; Putu Sanna Yustiantara; Sagung Chandra Yowani
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol. 9, no. 1 Januari 2015
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.804 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2015.v09.i01.p19

Abstract

The aim of this study was to analyze several primary combinations for amplifying inhA promoter region by in silico and in vitro ways. Primary in silico’s analysis was done by Clone Manager Suite 6 program. fabG gene sequence of M. tuberculosis was downloaded from www.ncbi.nlm.nih.gov (genbank: U66801.1) and used as DNA template. In vitro detection was done by PCR technique using P16 and 86 M. tuberculosis MDR isolates as DNA template. Amplification was done in described conditions: predenaturation at 95°C for 15 minutes, 45 cycle of amplication (denaturation on 94°C for 1 minute, annealing on 54°C for 1 minute 20 seconds dan extension on 72°C for 1 minute 10 seconds) and also post extension on 72°C for 10 minutes. PCR product was detected by agarose gel elektroforesis (1,5%). In conclusion, combination of primary forward (mabA-inhA-promoter-FS) 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ (18 nucleotide) and primary reverse (mabA-inhA-promoter-R) 5’-CTCCGGTAACCAGGACTGAA-3’ (20 nucleotide) (Chen et al., 2011) have met the good criteria of primary combination which was seen from several aspects such as: primary length, Tm value, %GC, stability, number of hairpins, dimers and runs. In vitro detection showed that the primary combination also amplified inhA promoter region with the length of 284 pb
Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Porang (Amorphophallus muelleri B.) dengan Pelarut Ekstraksi Etanol, Etil Asetat dan N-Heksana I Putu Gede Adi Purwa Hita; I Gusti Ayu Agung Septiari
Journal Sport Science, Health and Tourism of Mandalika (Jontak) Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jontak.v5i2.1936

Abstract

Radikal bebas adalah suatu molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Antioksidan dari luar dapat diperoleh dalam bentuk sintetik dan alami. Adanya dampak negatif pada antioksidan sintetik membuat penelitian antioksidan alami semakin berkembang. Salah satu tanaman yang dapat diteliti sebagai antioksidan alami adalah tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki potensial baik secara teknologi maupun komersial dalam segi medis, industri serta pangan. Pemilihan pelarut dengan polaritas yang berbeda akan mempengaruhi hasil ekstraksi sehingga pada penelitian ini digunakan pelarut ektraksi yang memiliki perbedaan polaritas pelarut dengan tujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak daun porang (Amorphophallus muelleri Blume) dengan pelarut etanol 96%, etil asetat dan n-heksana. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) diukur menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 516 nm. Aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun porang memperoleh nilai IC50 100 ppm (kategori kuat) sedangkan nilai IC50 ekstrak etil asetat 131,54 ppm (kategori sedang) dan nilai IC50 ekstrak n-heksana 215,39 ppm (kategori sangat lemah). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga ekstrak daun porang dengan pelarut yang berbeda memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori yang berbeda.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) DENGAN METODE DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) Dwi Agustyarini, Pande Kadek; Putu Yudhistira Budhi Setiawan; I Putu Gede Adi Purwa Hita; I Gusti Ayu Agung Septiari
BENZENA Pharmaceutical Scientific Journal Vol 3 No 02 (2024): BENZENA PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/benzena.v3i02.5094

Abstract

Tubuh kita sering terpapar radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh dan memicu berbagai penyakit. Untuk menangkal kerusakan ini, tubuh membutuhkan antioksidan. Antioksidan alami, seperti yang ditemukan pada buah-buahan dan tanaman, dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Bawang merah, khususnya pada bagian daunnya, kaya akan senyawa antioksidan. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa aktivitas antioksidan, parameter spesifik dan non spesifik, seberapa besar nilai IC50 dengan metode DPPH, sebuah metode umum untuk mengukur aktivitas antioksidan. Untuk mendapatkan ekstrak daun bawang merah, daun tersebut direndam dalam etanol 96% selama 24 jam. Proses perendaman ini disebut maserasi. Ekstrak yang dihasilkan kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan cara mengukur kemampuannya untuk menghentikan aktivitas radikal bebas DPPH. Hasilnya dinyatakan dalam nilai IC50 yang menunjukkan seberapa banyak ekstrak yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas radikal bebas. Selain itu, kandungan senyawa fenol dan flavonoid dalam ekstrak juga ditentukan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Untuk mengetahui jenis senyawa lain yang terkandung, dilakukan skrining fitokimia menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun bawang merah memiliki kemampuan untuk menangkal radikal bebas, dengan nilai IC50 sebesar 445,476 ppm dengan kategori lemah. Ekstrak ini juga mengandung flavonoid dan fenol, masing-masing sebesar 1,9470% dan 1,9939%. Selain itu, daun bawang merah menghasilkan nilai kadar abu sebesar 9,951% dan susut pengeringan sebesar 5,271%. Proses pembuatan ekstrak ini juga menghasilkan rendemen sebesar 16,383%. 
Antibacterial Activity of Terrestrial Snail Mucus: A Review I Gusti Ayu Agung Septiari; Ni Putu Aryati Suryaningsih
Jurnal Pengetahuan dan Pendidikan Vol 3 No 2 (2024): Journal of Media, Sciences and Education
Publisher : Yayasan Baru Haji Samsudin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jomet.v3i2.84

Abstract

Antibiotic resistance is one of the major health problems faced by various countries in the world. Due to the urgency of the antibiotic resistance problem, efforts to identify new lead compounds from new sources and analysis to determine their bioactivity are urgently needed for antibiotic development. One of the invertebrate organisms studied in relation to its potential to produce secondary metabolites that have antibacterial properties is the Gastropoda class which is included in the Mollusca phylum. Gastropoda consists of more than 80 thousand species and differs from other classes in the Mollusca phylum because of its torso body. Gastropoda has 3 sub-classes, namely: Prosobranchia, Opistobranchia, and Pulmonata. One of the land Gastropod species is snails, both those with shells (snails) and naked snails (slugs) which are included in the Pulmonata sub-class. Snail mucus is used as a traditional medicine and also as an innovative natural product to treat various health problems. Since Gastropods include a large number of species that live in various ecosystems, but research on the antibacterial potential of their secondary metabolites is still limited, this review aims to summarize research that explores the antibacterial effects of secondary metabolites in mucus produced by species in the class of Gastropods that live on land (terrestrial gastropoda) especially various species of terrestrial snails. The preparation of this review article uses a literature study method with a systematic approach. The articles used are international articles that discuss the antibacterial activity of secondary metabolites in mucus produced by snails. Articles were obtained from the PubMed database using the keywords snails AND antibacterial from the period 2000 to 2023, the period before 2000 was excluded due to the very minimal number of articles. The results obtained from the journal review that has been carried out are the presence of bioactive components such as peptides, glycopeptides, and other secondary metabolites found in the mucus of several species of land snails. These bioactive components have antibacterial activity against gram-positive and gram-negative bacteria.