Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Pengaruh Emulsi Minyak Wijen dan Minyak Sereh sebagai Bahan Pelapis Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.) terhadap Mutu Selama Penyimpanan Zafansyah, Muhamad Ragil; Kencana, Pande Ketut Diah; Wirawan, I Putu Surya
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 13 No 1 (2025): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jambu biji merah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal. Jambu biji merah merupakan buah yang dagingnya lunak, mudah rusak serta cepat membusuk. Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan dan juga memperpanjang masa simpan buah adalah menggunakan edible coating dengan bahan pelapis minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh emulsi serta mencari konsentrasi terbaik pada bahan pelapis campuran minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktorial. Faktor pertama adalah minyak wijen dengan taraf (W) terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% serta faktor kedua adalah minyak sereh (S) yang terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% dengan 3 kali ulangan sehingga menghasilkan 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian emulsi minyak wijen dan sereh berpengaruh terhadap nilai susut bobot, total padatan terlarut, intensitas kerusakan, kekerasan buah, dan uji organoleptik selama penyimpanan. Perlakuan konsentrasi minyak wijen 0,5% dan minyak sereh 0,5% (W1S1) merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai terbaik yaitu nilai susut bobot 19,15%, total padatan terlarut 6,63 ºBrix, intensitas kerusakan 41,66%, kekerasan buah 20,88%, dan perlakuan konsentrasi minyak wijen 1% dan minyak sereh 0% (W2S0) memiliki nilai organoleptik tertinggi terhadap warna kulit, rasa buah, aroma buah, dan tekstur buah.
Perbandingan Produksi Biogas Biodigester Batch dan Kontinu pada Instalasi Biogas Kotoran Ternak Situmorang, Rosurya; Wirawan, I Putu Surya; Wijaya, I Made Anom Sutrisna
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2024.v12.i02.p18

Abstract

Teknologi biogas merupakan salah satu teknologi tepat guna mengolah limbah kotoran ternak secara anaerob dengan memanfaatkan bakteri methanogen untuk menghasilkan gas methana (CH4). Biogas menggunakan bahan baku kotoran ternak dapat diperbaharui (renewable fuel) dan mudah terbakar (flammable) dengan fermentasi anaerob memiliki kandungan gas methana (CH4) bersifat bersih, dan tidak berasap hitam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produksi biogas dengan lama waktu fermentasi yang sama dua biodigester upaya memperoleh perbandingan produksi biogas biodigester sistem batch dan kontinu pada instalasi biogas kotoran ternak. Penelitian dimulai dengan design biodigester menggunakan microsoft paint dan membuat alat biodigester. Biogas menggunakan perbandingan bahan baku kotoran babi dan air 1:1. Penelitian dilakukan dua kali uji coba yaitu : biodigester sistem batch sekali isi dan kontinu penambahan campuran bahan baku 18 kg sekali tiga hari. Kedua uji coba dilakukan pengamatan setiap hari menggunakan manometer U untuk menganalisis produksi biogas biodigester sistem batch dan kontinu. Berdasarkan analisis spesifikasi biodigester yang digunakan adalah kapasitas tabung reaktor 0,254 m3, kapasitas isi bahan baku 0,19 m3, volume ruang biogas 0,06 m3. Hasil uji coba dengan lama waktu fermentasi yang sama biodigester sistem batch mencapai tekanan maksimal hari ke-25 sebesar 104060,7 Pa dengan produksi biogas adalah 0,0616199 m3. Biodigester sistem kontinu mencapai tekanan maksimal hari ke-25 sebesar 105330,9 Pa dengan produksi biogas adalah 0,0623721 m3. Berdasarkan uji coba mendapat kesimpulan bahwa produksi biogas kontinu menghasilkan tekanan dan volume biogas lebih tinggi dari batch. Campuran bahan baku menghasilkan biogas lebih maksimal menggunakan biodigester batch dan untuk keberlanjutan produksi biogas setiap hari menggunakan biodigester kontinu. ABSTRACT Biogas technology is an appropriate technology for treating livestock manure anaerobically by utilizing methanogenic bacteria to produce methane gas (CH4). Biogas uses renewable and flammable livestock manure as raw material with anaerobic fermentation, contains methane (CH4) gas which is clean and does not have black smoke. This study aims to obtain biogas production with the same fermentation time for two biodigesters in an effort to obtain a comparison of batch and continuous biogas production in biogas installations of livestock manure. The research began with a biodigester design using Microsoft paint and making a biodigester tool. Biogas uses a raw material ratio of pig manure and water 1:1. The study was conducted in two trials, namely: a single-filled batch bio-digester system and continuous addition of 18 kg of raw material mixture once every three days. The two trials were observed every day using a U manometer to analyze the production of biogas from the batch and continuous biodigester systems. Based on the analysis of the specifications of the biodigester used, the capacity of the reactor tube is 0.254 m3, the raw material content capacity is 0.19 m3, the volume of the biogas chamber is 0.06 m3. The trial results with the same fermentation time of the batch system biodigester reached a maximum pressure of 25th day of 104060.7 Pa with biogas production of 0.0616199 m3. The continuous system biodigester achieves a maximum pressure on the 25th day of 105330.9 Pa with biogas production of 0.0623721 m3. Based on the trials, it was concluded that continuous biogas production produces higher pressure and volume of biogas than batches. The raw material mixture produces maximum biogas using a batch biodigester and for sustainable biogas production every day using a continuous biodigester.
Pemanfaatan Limbah Pelepah Siwalan (Borassus flabellifer) menjadi Briket Bahan Bakar Tungku Arta, I Wayan Roli; Wirawan, I Putu Surya; Yulianti, Ni Luh
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 13 No 1 (2025): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pelepah siwalan adalah bahan berselulosa yang sesuai digunakan sebagai materi dasar untuk pembuatan briket. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan karakteristik briket dari arang pelepah siwalan dengan ukuran mesh dan persentase perekat yang berbeda serta memperoleh parameter perlakuan yang menghasilkan briket pelepah siwalan berkualitas paling baik. Dalam penelitian ini, digunakan desain eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah variasi ukuran mesh yang terdiri dari 3 variasi mesh (S1: 60 mesh, S2: 80 mesh) dan faktor kedua adalah persentase perekat yang terdiri dari 5 variasi (M1: 30%, M2:35%, M3: 40%, M4: 45%, M5: 50%). Dengan kombinasi rancangan eksperimen ini yang diulang dua kali, diperoleh sebanyak 20 sampel pengulangan. Parameter yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jumlah kadar air, jumlah kadar abu, kuat tekan, kerapatan dan laju pembakaran. Hasil dari penelitian ini adalah ada interaksi yang signifikan antara ukuran partikel arang dan persentase perekat terhadap parameter-parameter seperti kadar air, kadar abu, kuat tekan, kerapatan, dan laju pembakaran. Perlakuan terbaik diperoleh pada penggunaan ukuran 80 mesh dan persentase perekat 50%, kadar air dengan nilai 6,66%, kadar abu dengan nilai 4,35%, kuat tekan sebesar 64,16 N, kerapatan massa dengan nilai 0,43 g/cm³ dan laju pembakaran dengan nilai 0,107gr/menit. Abstract Palm tree fronds are a cellulose material that is suitable for use as a basic material for making briquettes. The aim of this research is to obtain the characteristics of briquettes from siwalan frond charcoal with different mesh sizes and adhesive percentages and to obtain treatment parameters that produce the best quality siwalan frond briquettes. In this research, a Randomized Group Design (RAK) experimental design was used with two factors. The first factor is the variation in mesh size which consists of 3 mesh variations (S1: 60 mesh, S2: 80 mesh) and the second factor is the adhesive percentage which consists of 5 variations (M1: 30%, M2: 35%, M3: 40%, M4: 45%, M5: 50%. By combining this experimental design which was repeated twice, 20 repetition samples were obtained. The parameters that are focused on in this research are the amount of water content, the amount of ash content, compressive strength, density and combustion rate. The results of this research are that there is a significant interaction between charcoal particle size and adhesive percentage on parameters such as water content, ash content, compressive strength, density and burning rate. The best treatment was obtained using 80 mesh size and an adhesive percentage of 50%, water content with a value of 6.66%, ash content with a value of 4.35%, compressive strength of 64.16 N, mass density with a value of 0.43 g/cm³ and combustion rate with a value of 0.107gr/minute.
Analisis Prioritas Sarana Pacapanen Kopi Robusta (Coffea Canephora) untuk Menurunkan Susut Kuantitas dengan Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Maharani, Ni Putu Dewi Pradnya; Aviantara, I Gusti Ngurah Apriadi; Wirawan, I Putu Surya
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 1 (2024): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2024.v12.i01.p20

Abstract

Kopi merupakan hasil perkebunan yang menjadi andalan sebagai sumber devisa negara. Kopi robusta menjadi basis produksi di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya Bali. Di Bali yang menjadi produksi kopi robusta terbanyak berada di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Namun, dengan banyaknya jumlah produksi yang terbilang cukup tinggi kopi robusta di Kecamatan Pupuan masih banyak diolah menggunakan peralatan tradisional. Peralatan tradisioanal ini masih dipertahankan karena nilai investasi sarana pascapanen cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria dan subkriteria yang sesuai dalam menentukan prioritas sarana pascapanen kopi robusta, serta mengetahui prioritas sarana pascapanen kopi robusta yang dapat menekan susut kuantitas. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam memberikan sarana pascapanen kopi robusta yang tepat kepada petani, sehingga dapat menurunkan susut kuatitas dan meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode penentuan responden potensial yang kemudian dianalisa dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dari hasil analisis ini didapatkan Huller sebagai sarana yang prioritas dalam penanganan pascapanen kopi robusta dan dapat menurunkan susut kuantitas. Abstract Coffee is a plantation product that is a mainstay as a source of foreign exchange for the country. Robusta coffee is a production base in several regions in Indonesia, one of which is located in Bali. In Bali, the largest Robusta coffee production is in Pupuan District, Tabanan Regency. However, with the large amount of production which is quite high, Robusta coffee in Pupuan District is still mostly processed using traditional equipment. This traditional equipment is still maintained because the investment value of post-harvest facilities is quite high. This study aims to determine the appropriate criteria and sub-criteria in determining the priority of robusta coffee postharvest facilities, and to determine the priority of robusta coffee postharvest facilities that can reduce quantity losses. It is hoped that this research will be useful to provide input to the government in providing appropriate post-harvest facilities for robusta coffee to farmers, so as to reduce the loss of quantity and increase farmers' income. This study uses purposive sampling method as a method of determining potential respondents which is then analyzed using the AHP (Analytical Hierarchy Process) method. From the results of this analysis, it was found that Huller was an priority tool in postharvest handling of robusta coffee and could reduce quantity loss.
Pengaruh Nanoemulsi Minyak Wijen Dan Sereh Sebagai Edible Coating Terhadap Karakteristik Fisiko-Kimia dan Sensoris Pasca Panen Wortel (Daucus carota L) Tarigan, Hardiano; Utama, I Made Supartha; Wirawan, I Putu Surya
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 13 No 1 (2025): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wortel (Daucus carota L) merupakan jenis sayuran yang selama periode pascapanennya mudah mengalami kemunduran mutu yang merupakan penyebab susut yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi nano-emulsi minyak wijen dan sereh sebagai edible coating terhadap karakteristik fisiko-kimia dan sensoris wortel selama pascapanennya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor yang pertama adalah minyak wijen (W) yang terdiri dari tiga tingkat konsentrasi, yaitu: 0%, 0,5% dan 1% serta faktor yang kedua adalah minyak sereh (S) yang terdiri dari tiga tingkat konsentrasi, yaitu: 0%, 0,5% dan 1%. Penelitian diulang dua kali sehingga menghasilkan 18 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum nano-emulsi minyak wijen dan sereh berpengaruh nyata terhadap nilai susut bobot, kekerasan umbi, collor diference, total padatan terlarut, vitamin A, dan nilai sensoris pada wortel selama periode pasca panen. Perlakuan konsentrasi munyak wijen 1% dan sereh 0,5% (W2S1) sebagai nano-emulsi merupakan perlakuan terbaik untuk mengurangi susut bobot, mempertahankan kekerasan, total padatan terlarut, dan kadar vitamin A umbi wortel selama periode pascapanennya. Sedangkan konsentrasi minyak wijen 1% dan sereh 0% (W2S0), merupakan konsentrasi terbaik dalam mempertahankan perubahan warna dan nilai sensoris umbi wortel.
Klasifikasi Kematangan Buah Kelapa Sawit Menggunakan Model Yolov8 Berbasis Deep Learning Muna, Mukhes Sri; Setiyo, Yohanes; Wirawan, I Putu Surya; Syarovy, Muhdan; Jaya, Gigieh Henggar
Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research Vol 6 No 1 (2025): Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research: Regular Issue
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jaber.2025.6.1.15953

Abstract

Determining the ripeness level of oil palm fruit is a crucial aspect in enhancing the efficiency and quality of palm oil production. To date, most ripeness classification processes are still manually conducted, leading to inconsistencies and human error. This study aims to develop an oil palm fruit ripeness classification model using YOLOv8, a state-of-the-art deep learning architecture known for its excellence in computer vision tasks. The dataset consists of six ripeness classes, divided into training, validation, and testing sets sourced from the Roboflow platform. The training process involved five YOLOv8 sub-models with optimized parameter configurations. Evaluation was carried out using MAPE and confidence score metrics to measure prediction accuracy. The results showed that all sub-models successfully classified fruit ripeness with high accuracy, with YOLOv8l-cls achieving the lowest MAPE value of 0.01167. These, confirm that the YOLOv8-based approach is highly effective in supporting automated classification of oil palm fruit ripeness, offering faster, more accurate, and consistent results, and holds strong potential for widespread application in the plantation industry.
Analisis Produktivitas dan Kualitas Buah Stoberi var Sujarli (Rosalinda) Berdasarkan Model Budidaya dan Pengolahan Citra Digital Handayani Nofiyanti, Sri; Setiyo, Yohanes; Muna, Mukhes Sri; Wirawan, I Putu Surya; Yosika, Nur Ida Winni
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem Vol 13 No 2 (2025): Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Publisher : Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jrpb.v13i2.1187

Abstract

Strawberry (Fragaria sp.) is a high-value horticultural commodity with broad market potential, particularly in tropical highland areas such as Bedugul, Bali. However, its productivity and fruit quality are often constrained by climatic fluctuations and limited application of appropriate cultivation technologies. This study aimed to evaluate the productivity and fruit quality of Sujarli (Rosalinda) strawberry variety under four cultivation models: conventional open field, tunnel, fertigated open field, and greenhouse. In addition, a predictive model for Total Soluble Solids (TSS) content was developed using fruit color parameters obtained through digital image analysis. A total of 100 strawberry samples across five ripening stages were analyzed for biometrical characteristics (length, diameter, and weight), pH, and TSS. Image analysis was performed in two color spaces, namely RGB and HSV, and the corresponding color values were used as input variables in a multiple linear regression (MLR) model to predict TSS values. The results showed that the fertigated open field system produced strawberries with good physical and chemical quality, making it a feasible option for small-scale farmers. The MLR model based on HSV color space outperformed the RGB-based model, achieving R² values of 0.826 (training) and 0.775 (testing), with lower RMSE values as well. These findings support the use of digital color data as a non-destructive indicator for assessing the quality of strawberries during postharvest evaluation.