Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poirs) PADA BEBERAPA JARAK TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK BOKASHI KOTORAN KAMBING DOSIS YANG BERBEDA Nihla Farida; Juni Harmi; Rukmini Kusmarwiyah
Jurnal Silva Samalas Vol 7, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v7i1.12106

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bokashi kotoran kambing dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat yang ditanam pada jarak tanam yang berbeda.  Informasi tentang jarak tanam kangkung dan dosis bokashi pupuk kandang yang tepat yang menunjang pertumbuhan dan hasil optimal tanaman kangkung darat penting untuk diketahui agar didapatkan teknik budidaya yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan.  Percobaan ini dilakukan di Desa Belanting, Lombok Timur yang ditata menurut Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu dosis pupuk bokashi kotoran kambing: 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha dan 20 ton/ha, dan faktor kedua yaitu jarak tanam: 5 cm x 10 cm, 5 cm x 15 cm, 5 cm x 20 cm, dengan tiga ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan diuji lanjut dengan BNJ pada taraf 5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya faktor jarak tanam yang berpengaruh terhadap parameter pengamatan, dan tidak ada interaksi antar dua faktor perlakuan. Jarak tanam lebar menyebabkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang per tanaman tertinggi. Sebaliknya, jarak tanam sempit menyebabkan berat segar per petak dan per Ha (berat ekonomi) tertinggi.
KERAGAMAN DAN KEHILANGAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT KOMPETISI GULMA TEKI DAN RUMPUT-RUMPUTAN DI LAHAN KERING Ngawit, I Ketut; Farida, Nihla; Suparyana, Pande Komang
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 34 No 1 (2024): Jurnal Agroteksos April 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v34i1.1075

Abstract

Penelitian deskrptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan keanekaragaman dan dominansi gulma cyperaceae dan poaceae pada jagung di lahan kering, telah dilakukan di desa Mumbul Sari, kecamtan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Data dikulpulkan dengan pengamatan langsung populasi dan pertumbuhan gulma pada areal pertanaman jagung, menggunakan petak sampel berukuran 1 m2 yang diletakkan pada 10 titik yang berbeda secara random sampling. Parameter yang diamati meliputi populasi gulma dan tanaman jagung, bobot biomas kering gulma dan tanaman jagungn serta bobot biji kering jagung. Analisis data menggunakan metode kuantitatif dengan menghitung nilai, kerapatan nisbi, frekuensi nisbi dan dominansi nisbi, untuk menghitung indek nilai penting dan Summe Diminance Ratio (SDR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ditemukan 10 spesies gulma Poaceae dan 2 spesies Cyperaceae. Empat spesies sangat dominan yaitu Paspalum vasginatum Sw., Leersia hexandra Sw., Digitaria longiflora (Retz.) Koel., dan Cyperus rotundus L. Tiga species dominan yaitu Digitaria ciliaris (Retz.) Koel., Cynodon dactylon L. dan Eleusine indica Gaertn. Daya saing, dominanasi dan kemampuan mereduksi hasil jagung. gulma Paspalum vasginatum Sw., Leersia hexandra Sw., Digitaria longiflora (Retz.) Koel., dan Cyperus rotondus L. lebih tinggi dibandingkan dengan gulma lainnya, sehingga menyebabkan kehilangan hasil tanaman selama tumbuhnya mencapai 15,97 %, 7,48 %, 4,38% dan 4,44%. Gulma Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb., Axonopus compressus (Swartz.) Beauv., dan Echinochloa colonum (L.) Link., tidak perlu dikendalikan pada jagung terutama setelah tanaman berumur 45 HST, karena daya saing dan kemampunnya mereduksi hasil jagung sangat rendah
PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT PADA DUA SISTEM BEDENGAN DAN PEMBERIAN PEMBENAH TANAH DENGAN DOSIS YANG BERBEDA DI TANAH VERTISOL LOMBOK Cahyani, Karnila; Suheri, Herman; Farida, Nihla
AGROTEKSOS, Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian Vol 34 No 1 (2024): Jurnal Agroteksos April 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agroteksos.v34i1.1026

Abstract

This article is the result of an experiment that aims to determine the effect of rorak and conventional bed systems given soil ameliorant in various doses on the growth and yield of tomato. The experiment was carried out in Lombok vertisol soil using Group Randomized Design. The soil ameliorant was applied as a mixture of manure and rice husk charcoal (1: 1) with the following doses: no ameliorant, 5 tons/ha, 10 tons/ha), and 15 tons/ha. The experimental results analyzed based on factorial anova indicated that bedding type had a significant effect on the number of branches per plant, total fruit weight per plant, fruit weight per plot and potential fruit weight per hectare. Conventional beds are higher in plant growth, while rorak beds are higher in plant yield. Application of soil ameliorant had no significant effect on all observed parameters. The interaction of bedding type and dosage of soil ameliorant had no significant effect on all observed parameters.
APLIKASI TEKNOLOGI BIO-EM4 DALAM USAHA PRODUKSI PUPUK ORGANIK PETANI JAMBU METE DI DUSUN RENGGORONG DESA SAMBIK ELEN BAYAN LOMBOK UTARA NTB Ngawit, I Ketut; Zubaidi, Akhmad; Wangiyana, Wayan; Farida, Nihla
Jurnal Pepadu Vol 5 No 3 (2024): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v5i3.5915

Abstract

Petani jambu mete di dusun Renggorong, desa Sambik Elen, Bayan, Lombok Utara, kesulitan mendapatkan pupuk untuk memenuhi kebutuhan pemupukan tanaman jambu metenya. Akibatnya produksi nut mete rendah baik kuantitas maupun kualitas sehingga kurang diminanti oleh konsumen dan daya jualnya rendah. Solusi untuk mengatasi masalah itu adalah mencari sumber bahan pupuk alternatif, yaitu memanfaatkan kotoran hewan, limbah kandang ternak sapi dan limbah pertanian menjadi pupuk organik untuk menggantikan pemakaian pupuk an-organik yang harganya semakin mahal dan langka. Namun ada masalah yang harus diatasi, yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani memproduksi pupuk organik. Selain itu kemampuan kewirausahaan dan wawasan agribisnis petani juga masih kurang. Karena masalah tersebut, maka telah dilaksanakan program penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani mengelola tanaman jambu metenya melalui aplikasi pupuk organik untuk menanggulangi kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan tertib, aman dan lancar. Pengetahuan dan keterampilan petani untuk memproduksi pupuk organik meningkat, terbukti dari tingkat partisipasi dan antusiasme petani yang semula rendah setelah mengikuti penyuluhan dapat ditingkatkan menjadi tinggi. Aplikasi beberapa tindak agronomi secara intensif seperti aplikasi pupuk organik 15 - 20 ton ha-1 dan pupuk NPK Ponska 75 – 150 kg ha-1, memberikan hasil total bobot buah gelondong pohon-1 dan total bobot nut pohon-1 signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi NPK Ponska 300 kg ha-1 tanpa aplikasi pupuk organik. Dosis aplikasi pupuk organik padat untuk tanaman jagung, kacang tanah, kacang panjang dan cabe yang diusahakan pada tanah tegakan jambu mete 25 ton ha-1 dengan waktu aplikasi setelah pengolahan tanah.
Seed Bank Gulma Pada Beberapa Kedalaman Tanah Tegakan Jambu Mete di Lahan Kering Ngawit, I Ketut; Wangiyana, Wayan; Farida, Nihla
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 11 No. 1 (2025): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v11i1.861

Abstract

The dynamics of weed invasion in cashew guava is influenced by the potential of the standing soil as a weed seed bank. Therefore, research was carried out which aimed to examine weed species that had not yet grown because environmental factors were not yet supportive. The first research used a descriptive method and collected data in the field using an exploratory survey method. The second research used an experimental method, by observing the potential of various soil depths of cashew stands as a weed seed bank. The research results showed that 17 weed families were found in cashew plantations, consisting of 2 Ciperaceae species, 9 Poaceae species and 21 broadleaf species. The highest diversity, population and ability to grow simultaneously Weed bank seed occurs at a soil depth of 0 ± 30 cm, then decreases at a soil depth of > 30 ± 40 cm and is very low at a soil depth of > 40 ± 50 cm. Seed bank weed species which are always dominant at various soil depths are dominated by poaceae and broad-leaf weeds so that the number of species, the percentage that grows and the dry biomass weight is significantly higher than that of sedge weeds. The size of the seed bank is determined by the combination of seeds produced by previously growing weeds. So weed seeds will remain a problem as long as there is a supplier for these seeds.
Prediksi Kehilangan Hasil Jagung (Zea mays L.) Akibat Kompetisi Gulma Poaceae di Lahan Kering Ngawit, I Ketut; Farida, Nihla; Azhari, Anjar Pranggawan
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 10 No. 1 (2024): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v10i1.634

Abstract

This research aims to determine the Poaceae weed species that have a significant effect on corn yield loss in dry land. The research method was descriptive and data collection using survey techniques in 10 sample plots measuring 1 m2 which were placed using random sampling. Observation parameters include the number of species and populations of weeds, the population of corn plants in plot-1 and the dry biomass weight of weeds and corn in plot-1. Quantitative data analysis by calculating relative density, relative frequency and relative dominance values ​​to calculate the importance value index and Summe Diminance Ratio (SDR). The results showed that the diversity, evenness, dominance and abundance of Poaceae weeds in corn plants in dry land was high. So it was found that seven species of weeds were dominant and continued to exist while the corn was growing, namely Paspalum vasginatum Sw., Leersia hexandra Sw., Digitaria longiflora (Retz.) Koel., Digitaria ciliaris (Retz.) Koel., Cynodon dactylon L., Eleusine indica Gaertn., and Panicum repens L. The competitiveness and ability to reduce corn yields of the weeds Paspalum vasginatum, Leersia hexandra and Digitaria longiflora are higher than other weeds, so that corn yield losses due to competition reach 16.45%, 7.48% and 4.40%. The weeds Brachiaria reptans, Axonopus compressus and Echinochloa colonum do not need to be controlled in corn after the plants are 45 DAT, because their competitiveness and ability to eliminate crop yields is very low.
APLIKASI TEKNOLOGI BIO-EM4 DALAM USAHA PRODUKSI PUPUK ORGANIK PETANI JAMBU METE DI DUSUN RENGGORONG DESA SAMBIK ELEN BAYAN LOMBOK UTARA NTB Ngawit, I Ketut; Zubaidi, Akhmad; Wangiyana, Wayan; Farida, Nihla
Jurnal Pepadu Vol 5 No 3 (2024): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v5i3.5915

Abstract

Petani jambu mete di dusun Renggorong, desa Sambik Elen, Bayan, Lombok Utara, kesulitan mendapatkan pupuk untuk memenuhi kebutuhan pemupukan tanaman jambu metenya. Akibatnya produksi nut mete rendah baik kuantitas maupun kualitas sehingga kurang diminanti oleh konsumen dan daya jualnya rendah. Solusi untuk mengatasi masalah itu adalah mencari sumber bahan pupuk alternatif, yaitu memanfaatkan kotoran hewan, limbah kandang ternak sapi dan limbah pertanian menjadi pupuk organik untuk menggantikan pemakaian pupuk an-organik yang harganya semakin mahal dan langka. Namun ada masalah yang harus diatasi, yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani memproduksi pupuk organik. Selain itu kemampuan kewirausahaan dan wawasan agribisnis petani juga masih kurang. Karena masalah tersebut, maka telah dilaksanakan program penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani mengelola tanaman jambu metenya melalui aplikasi pupuk organik untuk menanggulangi kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan tertib, aman dan lancar. Pengetahuan dan keterampilan petani untuk memproduksi pupuk organik meningkat, terbukti dari tingkat partisipasi dan antusiasme petani yang semula rendah setelah mengikuti penyuluhan dapat ditingkatkan menjadi tinggi. Aplikasi beberapa tindak agronomi secara intensif seperti aplikasi pupuk organik 15 - 20 ton ha-1 dan pupuk NPK Ponska 75 – 150 kg ha-1, memberikan hasil total bobot buah gelondong pohon-1 dan total bobot nut pohon-1 signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi NPK Ponska 300 kg ha-1 tanpa aplikasi pupuk organik. Dosis aplikasi pupuk organik padat untuk tanaman jagung, kacang tanah, kacang panjang dan cabe yang diusahakan pada tanah tegakan jambu mete 25 ton ha-1 dengan waktu aplikasi setelah pengolahan tanah.
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomea reptans Poirs) PADA BEBERAPA JARAK TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK BOKASHI KOTORAN KAMBING DOSIS YANG BERBEDA Farida, Nihla; Harmi, Juni; Kusmarwiyah, Rukmini
Jurnal Silva Samalas Vol. 7 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v7i1.12106

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bokashi kotoran kambing dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat yang ditanam pada jarak tanam yang berbeda.  Informasi tentang jarak tanam kangkung dan dosis bokashi pupuk kandang yang tepat yang menunjang pertumbuhan dan hasil optimal tanaman kangkung darat penting untuk diketahui agar didapatkan teknik budidaya yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan.  Percobaan ini dilakukan di Desa Belanting, Lombok Timur yang ditata menurut Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu dosis pupuk bokashi kotoran kambing: 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha dan 20 ton/ha, dan faktor kedua yaitu jarak tanam: 5 cm x 10 cm, 5 cm x 15 cm, 5 cm x 20 cm, dengan tiga ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan diuji lanjut dengan BNJ pada taraf 5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya faktor jarak tanam yang berpengaruh terhadap parameter pengamatan, dan tidak ada interaksi antar dua faktor perlakuan. Jarak tanam lebar menyebabkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang per tanaman tertinggi. Sebaliknya, jarak tanam sempit menyebabkan berat segar per petak dan per Ha (berat ekonomi) tertinggi.
Weeds Ethnobotanical Studies: Use of Midicinal Plant as A Self-Medication by The Community of Bayan Traditional Village, North Lombok District, West Nusa Tenggara Farida, Nihla; Ngawit, I Ketut; Jupri, Ahmad
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol 10 No 11 (2024): November
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v10i11.7231

Abstract

The study aimed to describe and inventory the diversity of medicinal plant species used by the people of Bayan traditional village. The study used descriptive methods and data collection using survey techniques and semi-structured interviews. The survey location was determined by random sampling in the yards of the Sasak, Balinese, and Javanese tribes, each with three sampling points. Parameters observed were population characteristics, morphology, and how to use medicinal plants. The results showed that medicinal plants were found in the yards of the Javanese tribe in 50 species with 1197 individuals, the Balinese tribe in 47 species with 974 individuals, and the Sasak tribe in 35 species with 548 individuals. The dominant species with the highest abundance index were star gooseberry, agathi, turmeric, ginger, white tumeric, halviva, cat's whiskers, and noni. The medicinal plant species found have been used to treat 28 kinds of diseases. The form of plant life that is widely used for medicine is herbaceous. The part of the plant organ that is most widely used for traditional medicine raw materials is the leaf. The most common way to process medicinal plants is by boiling them, then drinking boiled water, finely grinding them, and drinking the juice.
Upaya Meningkatkan Produktivitas Tanaman Kakao Dengan Sistem Poliklon Di Desa Rempek Darusalam Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara NTB Ngawit, I Ketut; Wangiyana, Wayan; Farida, Nihla; Ernawati, Ni Made Laksmi
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 7 No. 2 (2025): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v7i2.638

Abstract

The causes of the low productivity of cocoa plants in the village of Rempek are that the plantations are planted with inferior seeds, the sanitary conditions of the plantations are poor, they receive little care, and the plants are old. Solutions to address these problems include: intensive care of the plantations, frequent, light, and simple pruning of the plants, integrated pest management, application of organic fertilizers, and rejuvenation of the plants through a polyclonal system. Another problem that needs to be addressed is the lack of knowledge and skills of farmers in managing cocoa plantations in the polyculture system. Furthermore, the entrepreneurial skills and agricultural knowledge of the farmers are also inadequate. Due to these issues, a training and support program has been established aimed at improving the knowledge and skills of farmers in managing cocoa plants in the polyclonal system. The execution of the training activities proceeded orderly, safely, and smoothly. The knowledge and skills of the participants in cultivating cocoa plants improved, as evidenced by the participation rate and the initially low enthusiasm, which could be raised to a high level after participating in the training. The management of cocoa plantations with a polyclone system and the intensive application of agronomic practices leads to a significantly higher total number of cocoa fruits per tree and a higher total weight of dry cocoa per tree compared to cocoa plantations that are only sporadically maintained and those that are not maintained as well as monoclonals.