Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Reinventing Place-identity and Embracing New Economic Opportunities: Promoting Creative Economy of Sanur Through Public Participation Nyoman Gede Maha Putra; Ida Bagus Gede Parama Putra
JAS (Journal of ASEAN Studies) Vol. 7 No. 2 (2019): Journal of ASEAN Studies
Publisher : Centre for Business and Diplomatic Studies (CBDS) Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/jas.v7i2.5751

Abstract

Every place on the planet has unique characters that make it distinguishable from other sites. Place-identity is the term widely accepted to explain this phenomenon. It is argued that the place-identity could not only strengthen the sense of belonging of the locals to a place and improve social cohesion but, in the age of global tourism, it could also increase the attractiveness of the place to visitors. Therefore, it contains economic values if managed in a proper way. But places are transforming. The dynamics of contemporary activities where tradition is seen as outdated, new government system, new economic activities, and new actors and their roles challenge the stability of place-identity. Unfortunately, the transformation of a place may benefit some actors but may trouble other groups.  Some places, however, maintain their place-identity for the social and economic values it holds. Collaboration among different actors in managing the transformation of such place could maintain the place-identity of a place which ensures its attractiveness to visitors, sustains its economic values amidst rapid changes.  The collaboration confirms no one is left behind.  The case study research conducted in Sanur showed that the sustained place-identity could economically benefit all actors.
Penataan dan Integrasi Fasilitas Penunjang Pelabuhan di Pantai Matahari Terbit, Desa Adat Sanur Kaja, Denpasar, Bali Ida Bagus Gede Parama Putra; Ida Bagus Udayana Putra; Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta Putri
Jurnal Sutramas Vol. 4 No. 01 (2024)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Pantai Matahari Terbit merupakan salah satu pantai di Sanur yang menjadi salah satu pantai favorit bagi wisatawan untuk menikmati kuliner. Selain kuliner, pembangunan pelabuhan resmi selesai dan beroperasi pada tanggal 18 Desember 2022. Peningkatan jumlah pengunjung pelabuhan cukup meningkat berdasarkan data terakhir hampir 150 ribu penumpang yang telah melakukan perjalanan melalui fasilitas ini. Peningkatan jumlah pengunjung bukan hanya dipadati oleh wisatawan, namun juga aktivitas keagamaan masyarakat sekitar di Petunon. Kompleksitas ini membuat perlunya adanya adaptasi yang cukup pesat dikarenakan banyaknya fasilitas yang diperlukan setelah pembangunan Pelabuhan Sanur telah selesai. Dampak keberadaan pelabuhan terhadap kawasan Matahari Terbit dapat bersifat positif dan negatif. Sisi positifnya, pelabuhan dapat memberikan manfaat ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja, menarik wisatawan, dan meningkatkan perdagangan. Selain itu, pelabuhan yang dirancang dan dipelihara dengan baik juga dapat meningkatkan nilai estetika dan rekreasi kawasan secara keseluruhan. Sisi negatifnya, pelabuhan juga dapat menyebabkan degradasi lingkungan, seperti pencemaran dan perusakan ekosistem pesisir, serta peningkatan lalu lintas dan kebisingan. Dampak pelabuhan dapat dikurangi dengan menerapkan praktik pembangunan berkelanjutan dan melakukan penilaian lingkungan secara teratur. Pengabdian ini merespon adanya kebutuhan akan rencana induk atau masterplan kawasan Pantai Matahari Terbit dan juga integrasi keseluruhan fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan dan keberlanjutan kawasan.
PENGABDIAN MASYARAKAT PERANCANGAN AKSESIBILITAS GAMAT BAY NUSA PENIDA Wahyudi Linggasani, Made Anggita; Ida Bagus Gede Parama Putra; Dewa Ayu Nyoman Sriastuti
Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2024): Jurnal Abdi Masyarakat Mei 2024
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jaim.v7i2.5199

Abstract

Kawasan Eksisting Gamat Bay sebagian besar terdapat kawasan hutan lindung yang kedepannya akan diusulkan menjadi salah satu DTW Gamat Bay. Hutan lindung memiliki pesona yang tidak kalah dengan pesisir gamat Bay namun potensinya belum banyak dikenal orang. Oleh karena itu Desa Sakti ingin mengembangkan DTW Gamat Bay sebagai ekspansi daya tarik yang ditawarkan bagi wisatawan untuk menikmati sudut lain dari Pulau Nusa Penida. Terdapat lima pilar yang dapat berperan dalam pengembangan pariwisata terhadap kawasan Nusa Penida khususnya Gamat Bay yang terdiri dari Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Ancilleries dan Comunity Involvement. Kawasan Hutan Lindung dalam kawasan Gamat Bay di Desa Sakti memiliki luasan sekitar 33 hektar sebagai Hutan Lindung. Secara harfiah perancangan aksesibilitas dan RTH dapat menjadi hal utama dalam perancangan kawasan pariwisata sebagai penghubung antar zona maupun antara fasilis. Pada umumnya aksesibilitas merupakan derajat kemudahan pencapaian maupun penggunaan baik terhadap lingkungan maupun objek serta pelayanan. Aksesibilitas terbagi atas dua, yakni aksesibilitas fisik dan non fisik, aksesibilitas fisik meliputi akses pada bangunan umum, akses pada jalan umum, pada pertamanan dan pemakaman umum, dan taman kota. Aksesibilitas dirancangan sebagai penghubung area antar zona serta sebagai akses terhadap fasiltias-fasilitas penunjang pariwisata pada Kawasan Hutan Lindung. Perancangan aksesibilitas sangat memperhitungkan faktor-faktor dasar dalam merencanakan aksesibilita yang lebih aksesibel dan mendukung kegiatan konservasi hutan lindung