Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERBEDAAN OPTIC NERVE SHEATH DIAMETER (ONSD) PADA RESPONDEN NORMAL DAN NYERI KEPALA Sulistyani Sulistyani; Rivan Danuaji
Biomedika Vol 11, No 2 (2019): Biomedika Agustus 2019
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v11i2.8466

Abstract

Nyeri kepala merupakan salah satu tanda adanya peningkatan tekanan intrakranial. Nervus optikus merupakan saraf kranialis yang mudah dipengaruhi langsung oleh adanya peningkatan tekanan intrakranial. Kelainan nervus optikus dapat diketahui dengan adanya pelebaran optic nerve sheath diameter (ONSD). ONSD dapat diukur dengan transorbital sonografi yang bersifat noninvasif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai ONSD pada responden normal dan nyeri kepala. Penelitian ini menggunakan pendekatan observasional analitik dengan metode cross sectional. Responden diambil dari pasien rawat inap dan responden normal. Hasil penelitian didapatkan Rata – rata nilai ONSD pada pasien nyeri kepala adalah 0,52 ± 0,86 dan pada responden normal adalah 0,40 ± 0,57 (p 0,05). Terdapat perbedaan signifikan nilai ONSD pada pasien normal dan nyeri kepala. Pasien nyeri kepala akibat peningkatan intrakranial dapat dideteksi dengan pemeriksaan ONSD yang bersifat non invasif.Kata Kunci: Optic Nerve Sheath Diameter (ONSD), Responden Normal, Nyeri KepalaHeadache is one of the symptoms of increased intracranial pressure. The optic nerve is part of the cranial nerve can be affected directly by the increased intracranial pressure. Opticus nerve can be examined from ONSD dilatation examination by non invasif sonography transorbital. The research aimed to defferentiate the optic nerve sheath diameter (ONSD) on the normal volunteer and headache. Analysis observational with cross sectional method was conducted in ward patients with headache at RSDM in April-May 2015. Mean ONSD in headache patient is 0,52 ± 0,86 and normal volunteers 0,40 ± 0,57 (p 0,05). The significant different ONSD value between headache and normal volunteers. Headache with intracranial increased can be detected with non invasif ONSD examination.Keyword: Optic nerve sheath diameter , headache , normal volunteer 
PENGARUH USIA, JENIS KELAMIN, POSISI KERJA DAN DURASI DUDUK TERHADAP DISABILITAS AKIBAT NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA GURU SMA SAAT WORK FROM HOME SELAMA PANDEMI COVID-19 Dwi Kusumaningsih; Atika Fatwa Yukhabilla; Sulistyani Sulistyani; Iwan Setiawan
Biomedika Vol 14, No 1 (2022): Biomedika Februari 2022
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v14i1.17465

Abstract

ABSTRAKNyeri punggung bawah mempengaruhi sebagian besar populasi di seluruh dan merupakan salah satu penyebab utama disabilitas fisik. Pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak negara memberlakukan pembatasan kegiatan sehingga banyak instansi yang menerapkan work from home. Keterbatasan tempat kerja yang ergonomis di rumah mempengaruhi sikap posisi kerja dan durasi duduk pekerja yang dapat menyebabkan disabilitas akibat nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia, jenis kelamin, posisi kerja dan durasi duduk terhadap disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada guru saat work from home selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian meliputi 50 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner secara online dengan alat ukur Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengukur posisi kerja dan Oswestry Disability Index (ODI) untuk mengukur disabilitas nyeri punggung bawah. Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik. Hasil analisis didapatkan usia mempunyai nilai p=0,033 dan OR=4,392. Jenis kelamin mempunyai nilai p=0,370 dan OR=1,714. Posisi kerja didapatkan nilai p-value=0,004 dan OR=3,926. Durasi duduk didapatkan nilai p-value=0,002 dan OR=6,810. Hasil analisis multivariate uji regresi logistik, dengan nilai R-Square 0,488. Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, posisi kerja dan durasi duduk, sedangkan jenis kelamin tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap disabilitas akibat nyeri punggung bawah.Kata Kunci: Usia, Jenis Kelamin, Posisi Kerja, Durasi Duduk, NPB, WFH ABSTRACTLow back pain affects a large proportion of the population worldwide and is one of the leading causes of physical disability. Due to the COVID-19 pandemic many countries limit their activities and implement work from home. The lack of availability of an ergonomic workplace at home affects the working position and seating duration of workers which can lead to back pain. This study aims to investigate the impact of age, gender, working position, and sitting duration on disability complaints of low back pain in teachers during work from home due to the Covid-19 pandemic. This research method uses a cross-sectional study design. Subjects were 50 respondents taken by purposive sampling technique. Collecting data using an online questionnaire with a Rapid Entire Body Assessment (REBA) to measure work position and Oswestry Disability Index (ODI) to measure disability of low back pain. Data analysis used the chi-square test and logistic regression test. Bivariate analysis results showed that age has a value of p=0,033 and OR=4,392. Gender has a value of p=0,370 dan OR=1,714. Work position obtained the OR value 3,926 with a p-value=0,004 (0.05) and sitting duration obtained OR value 6,810 with p-value=0,002 (0.05). Multivariate analysis of logistic regression test results showed that R-Square has a value of 0.488. There is a significant impact between age, work position, and sitting duration, while there is no significant impact between gender on complaints of low back pain.Keywords: Age, Gender, Work Position, Sitting Duration, LBP, WFH  
PENYAKIT FAHR’S DENGAN KEJANG PADA PASIEN KARSINOMA TIROID: SEBUAH LAPORAN KASUS Iwan Setiawan; Sulistyani Sulistyani
Biomedika Vol 13, No 1 (2021): Biomedika Februari 2021
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v13i1.11796

Abstract

ABSTRAKPenyakit Fahr’s adalah penyakit dengan gangguan neuropsikiatri yang ditandai dengan kalsifikasi di ganglia basalis bilateral dari hasil pemeriksaan pencitraan otak dan biasanya berhubungan dengan gangguan metabolisme fosfor dan kalsium. Artikel ini menyajikan kasus penyakit Fahr’s pada seorang wanita usia 56 tahun dengan karsinoma tiroid dan kejang. Selanjutnya, CT scan kepala menunjukkan adanya kalsifikasi  yang simetris bilateral pada ganglia basalis, dan otak kecil. Manifestasi klinis penyakit Fahr’s bervariasi tergantung usia, letak bagian otak yang mengalami kalsifikasi, dalam hal ini gejala yang dominan adalah jenis kejang berulang berupa bangkitan general tonic clonic. Kejang yang terjadi dalam hal ini bisa jadi akibat perubahan hormon tiroid atau akibat kalsifikasi di otak. Belum ada pengobatan khusus pada penyakit ini,.Gejala kejang yang terjadi mendapatkan terapi dengan sodium valproate dan terapi untuk gangguan perubahan hormon tiroidnya.Kata kunci: Penyakit Fahr’s, Karsinoma Tiroid, Kejang ABSTRAKFahr’s disease is a disease with neuropsychiatric disorder, characterized by bilateral basal ganglia calcification and usually associated with a phosphorus and calcium metabolism disorder. This paper presents a case of Fahr’s disease in a 56-year-old woman with carcinoma thyroid and seizures. Furthermore, CT showed bilateral symmetric basal ganglia and cerebellum calcifications. Clinical manifestations of Fahr’s disease vary depending on age, location of the part of the brain that is calcified, in this case the dominant symptom is recurrent seizures type of the general tonic clonic. Seizures that occur in this case can be resulted of thyroid hormone changes or brain calcification. There is no specific treatment for this disease. The seizures that occur got therapy with sodium valproate and therapy for disorders of thyroid hormone changes.Key words: Fahr’s Disease, Thyroid Carcinoma, WSeizure
PATTERNS OF TRANSCRANIAL DOPPLER FLOW VELOCITIES AND CAROTID INTIMA MEDIA THICKNESS (CIMT) IN JAVANESE ISCHEMIC STROKE Rivan Danuaji; Subandi Subandi; Arif Apriyanto; Endang Kusuma Dewi; Suroto Suroto; Diah Kurnia Mirawati; Pepi Budianto; Yetty Hambarsari; Baarid Lukman Hamidi; Hanindya Riani Prabaningtyas; Sulistyani Sulistyani
Biomedika Vol 12, No 1 (2020): Biomedika Februari 2020
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v12i1.9921

Abstract

ABSTRACTIntracranial atherosclerosis is the most common cause of stroke in Asia including Indonesia. Transcranial Doppler (TCD) is a noninvasive tool which able to detect intracranial atherosclerosis. The purpose of this study was to determine the pattern of TCD waves in Javanese ischemic stroke patients and Carotid Intima Media Thickness (CIMT), and its correlation to demographic data. This is a cross-sectional study was conducted at Hospital X Surakarta. All Javanese ischemic stroke treated in stroke unit were examine for flow velocity using TCD and CIMT using ultrasound. Chi square was used to analyzes the relationship between age, gender, stroke type and the thickness of CIMT.  A total of 43 ischemic stroke patients were examined for TCD, consisting of 30 (69.77%) men and 13 (30,23%) women. The results showed that 31 (72.09%) had intracranial abnormalities in the form of stenosis or occlusion on MCA (23.26%), ACA (4.65%), PCA (4.65%), vertebral arteries (6.98 %) and other locations (32.56%). Thickening of CIMT was obtained as much as 22 (51,16%) of the patients. Age was a factor associated with CIMT thickening with (P: 0.041), while gender and type of stroke did not (P0,05)). To sum up Intracranial flow velocity abnormalities often occur in Javanese ischemic stroke patients, while CIMT thickening is not associated with ischemic stroke pathologyKeywords: TCD, Stroke Ischemic, Flow Velocity, CIMT, JavaneseABSTRAKAterosklerosis intrakranial adalah penyebab paling umum dari stroke di Asia termasuk Indonesia. Transcranial Doppler (TCD) adalah alat noninvasif yang mampu mendeteksi aterosklerosis intrakranial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola gelombang TCD pada pasien stroke iskemik suku Jawa dan Carotid Intima Media Thickness (CIMT), dan korelasinya dengan data demografi. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit X Surakarta. Semua stroke iskemik suku Jawa yang dirawat di unit stroke diperiksa untuk kecepatan aliran menggunakan TCD dan CIMT menggunakan ultrasound. Chi square digunakan untuk menganalisis hubungan antara usia, jenis kelamin, jenis stroke dan ketebalan CIMT. Sebanyak 43 pasien stroke iskemik diperiksa untuk TCD, terdiri dari 30 (69,77%) pria dan 13 (30,23%) wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 31 (72,09%) memiliki kelainan intrakranial dalam bentuk stenosis atau oklusi pada MCA (23,26%), ACA (4,65%), PCA (4,65%), arteri vertebral (6,98%) dan lokasi lain (32,56%). Penebalan CIMT diperoleh sebanyak 22 (51,16%) dari pasien. Usia adalah faktor yang terkait dengan penebalan CIMT dengan (p= 0,041), sedangkan jenis kelamin dan jenis stroke tidak (p 0,05), sehingga ditarik kesimpulan bahwa kelainan kecepatan aliran intrakranial sering terjadi pada pasien stroke iskemik Jawa, sedangkan penebalan CIMT tidak berhubungan dengan patologi stroke iskemik.Kata Kunci: TCD, Stroke Iskemik, Flow Velocity, CIMT, Suku Jawa
Analisis Risiko Multifaktorial Terhadap Terjadinya Dementia Pada Populasi Wanita Muslim Pra-Lansia / Lansia Di Kabupaten Sukoharjo Retno Sintowati; Yusuf Alam Ramadhan; Sulistyani Sulistyani
Jurnal Kesehatan Vol 14, No.2 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v14i2.13974

Abstract

Latar belakang: Prevalensi wanita Indonesia untuk mengalami hipertensi dan penyakit jantung lebih besar daripada pria. Wanita Indonesia juga lebih tinggi prevalensi depresi dan gangguan mental emosional dibandingkan pria. Kedua faktor ini merupakan penentu kesehatan pembuluh darah termasuk di dalamnya kesehatan pembuluh darah otak yang berpengaruh terhadap terjadinya dementia. Hingga kini masih sedikit kajian yang lebih komprehensif mengenai faktor risiko terjadinya dementia pada wanita Muslim dengan berbagai risiko yang lebih tinggi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya dementia pada komunitas wanita Muslim Indonesia. Metoda: Populasi penelitian ini 38 wanita Muslim dari peserta posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Kartasura yang dipilih dengan teknik sampling cluster random. Peserta dianalisis usia, pendidikan, usia menarche, status klimakterium, penggunaan kontrasepsi hormonal, indeks masa tubuh, tekanan darah, gula darah puasa, aktivitas fisik, gangguan mental dengan DASS [depression anxiety stress scale], fungsi kognitif mini mental state examination [MMSE], pemahaman bacaan sholat, dan biomarker molekuler kardiovaskuler seperti hs-CRP, ICAM1 dan interferon gamma diukur dengan pemeriksaan ELISA. Analisis statistic menggunakan korelasi. Hasil: Terdapat 38 wanita Muslim pra-lansia/lansia yang mengikuti prosedur penelitian ini. Dari analisis bivariat adanya korelasi antara usia dengan DASS (r= - 0.310 p=0.028), kadar gula darah puasa dengan hs-CRP (r=0.364 p=0.024), bacaan sholat dengan interferon gamma (r= - 0.325 p=0.046). Kesimpulan: Pada wanita, gangguan metabolism glukosa meningkatkan inflamasi sistemik kronik, pembuluh darah yang mengalami inflamasi menurunkan fungsi kognitif otak, spiritualitas Islam yang baik menurunkan tingkat inflamasi sistemik. Kata kunci : biomolekuler, demensia, psikososio-spiritual, wanita Jawa Muslim
Lactobacillus Reuteri DSM 17938 in Infantile Colic: A Systematic Review and Meta-Analysis Burhannudin Ichsan; Nining Lestari; Sulistyani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 3 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i3.457

Abstract

Background. Infantile colic, defined as paroxysmal, excessive, and consolable crying without an identifiable cause. It is common in the first 3 months of life. There have been many RCT studies conducted. A systematic synthesis is required to summarize the results of these RCTs. This study was aimed to systematically analyze the benefits of Lactobacillus reuteri DSM 17938 for infantile colic. Methods. This systematic review and meta-analysis used keywords: (“infantile colic” OR “abdominal cramps” OR “abdominal cramp” OR “infant colic”) AND “lactobacillus reuteri” AND (placebo OR placebos) AND (“randomized controlled trial” OR RCT). The databases used were: pubmed, science direct, and google scholar. Meta-analysis was conducted to combine the articles. The eligibility criteria were: patient with infantile colic, intervention with L. reuteri DSM 17938, control was placebo, RCT study design, outcome with dichotomous scale, all races, all ethnicities, all countries, all genders, in English, and not limited by year. Results. The search resulted in 800 articles. After reducing duplication, the number of articles was 747. Screening with titles and abstracts resulted in 13 full teks articles. Six articles fitted the eligibility criteria. The results of the meta-analysis were as follows. The forest plot showed that the combined effect of the six articles showed an RR of 0.47 and was statistically significant (p <0.001). Conclusion. Based on the results of this meta-analysis, L. reuteri DSM 17938 is recommended for infants with infantile colic. There were no significant side effects with the use of L. reuteri DSM 17938 on infantile colic.
Hubungan Konsumsi Kopi Dengan Kualitas dan Kuantitas Tidur Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Oktaberika Putri Indah Yasinta; Sulistyani Sulistyani; Anika Candrasari; Retno Sintowati
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 13th University Research Colloquium 2021: Mahasiswa (Student Paper)
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.724 KB)

Abstract

idur merupakan kebutuhan yang sangat penting untukmenjaga kesehatan fisik dan mental. Siklus tidur sendiri terdiri darifase NREM (Non-Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid EyeMovement). Pada tidur terdapat dua faktor yang harus kitaperhatikan, yaitu kualitas dan kuantitas tidur. Faktor yang dapatmempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur diantaranya yaitupengaruh penggunaan kafein dan substansia simultan lainnya.Kandungan kafein pada kopi dipercaya dapat mempengaruhi kinerjadan keadaan mental. Jika terdapat gangguan pada kualitas dankuantitas tidur bisa berdampak pada aktivitas seseorang. Kuantitasdan kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti usia, aktifitas fisik, psikologis, dan lain-lain. Gangguan tidurjuga dapat mengganggu sistem kardiovaskular, endokrin, imun, dansistem saraf. Durasi tidur <7 jam dapat meningkatkan faktor-faktorrisiko. Populasi yang berisiko mengalami gangguan kualitas dankuantitas tidur adalah para mahasiswa terutama mahasiswakedokteran karena harus belajar dengan materi yang cukup banyak.Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsikopi dengan kualitas dan kuantitas tidur pada mahasiswa FK UMS.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study.Subjek penelitian adalah 234 responden yang diambil dengan teknikpurposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesionergoogle form. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasilpenelitian ini didapatkan tidak terdapat hubungan antara konsumsikopi dengan kualitas tidur dengan nilai p 0.659 (p>0.05) dan tidakterdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan kuantitas tidurdengan nilai p 0.290 (p>0.05). Penelitian ini didapatkan kesimpulanbahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi baik dengankualitas tidur maupun dengan kuantitas tidur pada mahasiswakedokteran.
Tatalaksana Pemberian Nutrisi pada Bayi Prematur untuk Mencapai Tumbuh Kembang yang Optimal Anita Arum Wijayatri; Sulistyani Sulistyani; Tri Agustina; hinta Riana Setiawati
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 13th University Research Colloquium 2021: Mahasiswa (Student Paper)
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.509 KB)

Abstract

Latar belakang: Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usiakehamilan kurang dari 37 minggu. Sebagian besar bayi prematuradalah BBLR sehingga dibutuhkan nutrisi yang adekuat untuktumbuh kejar agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Pada tahun 2013 kasus BBLR di Indonesia berada pada angka 5.7dari angka 10.0, hasil ini meningkat pada tahun 2018 yang beradapada angka 6.2 dari angka 10.0. Pemberian nutrisi yang adekuatpada bayi prematur BBLR memegang peranan penting. Pemberiannutrisi diharapkan dapat membuat bayi prematur mencapai tumbuhkembang seperti bayi yang lahir dengan cukup bulan, serta kelakmemiliki kualitas hidup baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untukmengetahui tatalaksana pemberian nutrisi pada bayi prematur untukmencapai tumbuh kembang yang optimal. Metode: Penelitian inimenggunakan metode studi literature review. Hasil pencarianmenggunakan e-database PubMed dan Science Direct antara tahun2015 sampai 2020. Hasil: Pada pencarian artikel ditemukan 16.441artikel kemudian peneliti melakukan skrining sesuai dengan kriteriainklusi dan eksklusi, didapatkan 7 artikel yang akan di reviewKesimpulan: Pemberian nutrisi pada bayi prematur dilakukandengan dua cara yaitu pemberian nutrisi parenteral dan enteral.Ketika kondisi bayi belum stabil maka bayi terlebih dahulu diberikannutrisi parenteral secara intravena dan apabila kondisi bayi sudahstabil maka diberikan nutrisi enteral secara bertahap.
Hubungan Antara Risiko Kardiovaskuler dengan Fungsi Kognitif pada Lansia di Kartasura Sulistyani Sulistyani; Yusuf Alam Romadhon
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 15th University Research Colloquium 2022: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.527 KB)

Abstract

Cardiovascular disease is still a major public health problem. The Indonesian population is an aging population, and the number of dementia cases is increasing. A good understanding of the correlation between the risk of cardiovascular disease and dementia will increase the accuracy in the long-term prevention of dementia in the community. This study was intended to examine the correlation between cardiovascular risk and early signs of dementia. 89 elderly integrated health center participants were voluntarily involved in this study. This research is a cross-sectional design. Respondents were measured for cardiovascular risk, using the Jakarta Cardiovascular Score (SKJ) and measuring cognitive function using the Mini-Mental State Examination (MMSE). Statistical analysis using correlation and mean difference. There is a negative correlation between the Jakarta Cardiovascular Score and the MMSE score (r=-0.311; p=0.003). In the analysis of mean differences, it was found that there was a significant difference between mild, moderate, and high cardiovascular risk in cognitive decline (MMSE score) respectively, the MMSE mean [27.29; SD=3.51], [25.55; SD=5.42], and [24.82; SD=4.51]; with p-value = 0.010. There is an inverse correlation between cardiovascular risk and cognitive function, statistically significant
The Relationship between anxiety, stress, depression, and insomnia in migrant students during the COVID-19 pandemic Dessy Wahyuni; Sulistyani Sulistyani; Erna Herawati; Retno Sintowati
International Journal of Health Science and Technology Vol 4, No 3 (2023): April
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/ijhst.v4i3.2828

Abstract

Various conditions that occurred during the COVID-19 pandemic in Indonesia had a psychological effect on the community. This is because the COVID-19 pandemic is a severe stressor. Mental health disorders that occur during a pandemic include anxiety, stress, depression, and insomnia. The purpose of the study was to determine the relationship between levels of anxiety, stress, and depression with the degree of insomnia in overseas students during the COVID-19 pandemic. This study used an observational analytic method with a cross-sectional approach. The sampling technique used in this study was probability sampling with simple random sampling on overseas students in Yogyakarta. The data obtained were analyzed using the chi-square and logistic regression tests with the SPSS program. Based on the chi-square test, the results showed that there was a relationship between anxiety, stress, depression on insomnia, each having a p-value of 0.012, 0.001, and 0.000. The results of the logistic regression test on the variables of anxiety, stress, and depression obtained an R-Square value of 0.455. This value means that the variables of anxiety, stress, and depression influence 45.5% of insomnia disorders. Thus, the levels of anxiety, stress, and depression affect the degree of insomnia of overseas students during the COVID-19 pandemic. Therefore, positive activities and psychological and physical health consultations are needed by overseas students to reduce levels of anxiety, stress, and depression that lead to insomnia during the pandemic.