Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERBEDAAN TINGKAT DEFISIT NEUROLOGIS PADA STROKE ISKEMIK LESI HEMISFER KIRI DAN KANAN Prayoga, Muhamad; Fibriani, Ani Rusnani; Lestari, Nining
Biomedika Vol 8, No 2 (2016): Biomedika Agustus 2016
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v8i2.2916

Abstract

Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di negara maju dan ketiga terbanyak di Negara berkembang. Stroke akan menyebabkan defisit neurologis yang berbeda-beda tergantung kepada daerah otak yang terganggu.Terdapat perbedaan anatomi dan fisiologi dari hemisfer kiri dan kanan sehingga apabila terjadi kerusakan maka akan terjadi perbedaan outcome pada masing-masing hemisfer. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RS X Surakarta pada bulan November-Desember 2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan 58 sampel penderita stroke iskemik, terdiri atas 29 sampel lesi hemisfer kiri dan 29 sampel lesi hemisfer kanan. Pada penelitian ini diperoleh rerata NIHSS Stroke iskemik lesi hemisfer kiri sebesar 11,9655 dengan simpang baku (± 3.417) dan stroke iskemik lesi hemisfer kanan sebesar 7,9655 dengan simpang baku (± 2,211). Hasil uji statistik uji Mann Whitney nilai signifikansi p = 0,001 (p<0,05). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat defisit neurologis pada stroke iskemik lesi hemisfer kiri dan kanan. Tingkat defisit neurologis lesi hemisfer kiri lebih tinggi dari pada lesi hemisfer kanan. Kata kunci : stroke iskemiklesi hemisfer kiri dan kanan, NIHSS, defisit neurologis.
DIABETES MELITUS SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEPARAHAN DAN KEMATIAN PASIEN COVID-19: META-ANALISIS Nining Lestari; Burhannudin Ichsan
Biomedika Vol 13, No 1 (2021): Biomedika Februari 2021
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v13i1.13544

Abstract

ABSTRAKCOVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut yang disebabkan oleh Coronavirus tipe SARS-Cov-2. COVID-19 masih menjadi ancaman seluruh dunia karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Tingkat keparahan dan kematian pasien COVID-19 dipengaruhi oleh diabetes melitus, hipertensi, usia dan obesitas. Namun saat ini masih terdapat kontroversi dalam hasil penelitian mengenai faktor komorbid diabetes ellitus tipe 2 (DM tipe 2) pada COVID-19. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara DM tipe 2 terhadap keparahan dan kematian COVID-19. Artikel diambil dari PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, ProQuest, dan Springer Link. Artikel yang dianalisis adalah artikel yang diterbitkan Desember 2019- Agustus 2020, fulltext dengan desain studi observasional, analisis multivariat, dan mencantumkan adjusted odds ratio (aOR). Kata kunci yang dipakai untuk pencarian artikel adalah (Type 2 diabetes mellitus OR diabetic) AND (mortality OR severity) AND (COVID-19 OR Coronavirus OR SARS-CoV-2) AND ("adjusted odds ratio" OR "aOR"). Artikel dikumpulkan dengan diagram PRISMA dan dianalisis dengan Review Manager application 5.4 dengan model analisis random effect. Penelitian ini menganalisis10 artikel dan mendapati bahwa DM tipe 2 meningkatkan keparahan COVID-19 (aOR = 1,15; 95% CI= 1,11-2,15; p= 0,004) meningkatkan kematian COVID-19 (aOR = 1,65; 95% CI = 1,27-2,16; p 0,001). Kesimpulannya bahwa diabetes melitus tipe 2 meningkatkan risiko keparahan dan kematian pasien COVID-19.Kata kunci: Diabetes Melitus, Keparahan, Kematian, COVID-19 ABSTRACTCOVID-19 is an acute airway infection caused by Coronavirus (SARS-Cov-2). COVID-19 remains a worldwide threat due to its high morbidity and mortality. The severity and mortality of COVID-19 patients are mainly affected by diabetes mellitus, hypertension, age, and obesity. This study aims to determine the influence of type 2 diabetes mellitus on the severity and mortality of COVID-19. This was a systematic review and meta-analysis. The articles were obtained from PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, ProQuest, and Springer Link. The articles were published from December 2019- August 2020, full-text articles with observational study design, multivariate analysis, and (adjusted odds ratio/aOR). Keywords to search for articles were (Type 2 diabetes mellitus OR diabetic) AND (mortality OR severity) AND (COVID-19 OR Coronavirus OR SARS-CoV-2) AND ("adjusted odds ratio" OR "aOR"). Articles collected using the PRISMA diagram and analyzed using Review Manager application 5.4 with a random effect model. Ten studies were included in the meta-analysis. The results showed that Type 2 DM increased the severity of COVID-19 (aOR = 1.15; 95% CI= 1,11-2,15; p = 0,04) and the mortality of COVID-19 (aOR = 1,65; 95% CI = 1,27-2,16; p 0,001). Conclusion: Type 2 diabetes mellitus increased the severity and mortality of COVID-19.Keywords: Diabetes Mellitus, Severity, Mortality, COVID-19 
PERBEDAAN PARAMETER HEMATOLOGI PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB) DENGAN DAN TANPA INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) Aulia Hanif; Safari Wahyu Jatmiko; Listiana Masyita Dewi; Nining Lestari
Biomedika Vol 12, No 2 (2020): Biomedika Agustus 2020
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v12i2.10290

Abstract

ABSTRAKTuberkulosis (TB) merupakan infeksi oportunistik yang paling sering pada infeksi HIV dan yang paling banyak menyebabkan kematian. Tuberkulosis meningkatkan progresivitas infeksi HIV. Pada pasien TB HIV dan TB non HIV dapat ditemukan berbagai variasi kelainan hematologi seperti leukopenia, trombositopenia dan anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan parameter hematologi pada pasien TB HIV dan TB non HIV. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Subjek penelitian adalah pasien TB HIV dan TB non HIV di Surakarta pada bulan Januari 2017- Oktober 2019. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan total 60 sampel, terdiri dari 20 pasien TB HIV dan 40 TB non HIV. Pada uji T tidak berpasangan didapatkan perbedaan antara rerata jumlah leukosit, trombosit dan hemoglobin pada pasien TB HIV dan TB non HIV dengan nilai p masing-masing 0,001; 0,005;dan 0,003. Kami menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna jumlah leukosit, trombosit dan hemogobin antara pasien TB HIV dan TB non HIV.Kata Kunci: Tuberkulosis, HIV, Leukosit, Trombosit, Hemoglobin ABSTRACTTuberculosis(TB) is the most frequent opportunistic infection in HIV infection and the highest cause of death. Tuberculosis raises progressivity of HIV infection. In TB HIV and TB non HIV patients can be found a wide variety of hematological disorders such as leukopenia, thrombocytopenia and anemia. This study aimed to determine differences in hematological parameters of TB HIV and TB non-HIV. This research is an analytical observational research with a case control approach. The subject of research is TB HIV patient and TB non-HIV at Surakarta in January 2017-October 2019. Sampling uses consecutive sampling techniques with a total of 60 samples, consisting of 20 TB HIV patients and 40 TB non-HIV.The result of independent T test, there is the difference between the number of leukocytes, platelets and hemoglobin in TB HIV and TB non-HIV TB patients with a value of p is 0.001; 0,005; and 0.003. We concluded there were differences in the number of leukocytes, platelets and hemogobin between TB HIV and TB non-HIV. Keywords: Tuberculosis, HIV, Leukocytes, Platelets, Hemoglobin
Lactobacillus Reuteri DSM 17938 in Infantile Colic: A Systematic Review and Meta-Analysis Burhannudin Ichsan; Nining Lestari; Sulistyani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 3 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i3.457

Abstract

Background. Infantile colic, defined as paroxysmal, excessive, and consolable crying without an identifiable cause. It is common in the first 3 months of life. There have been many RCT studies conducted. A systematic synthesis is required to summarize the results of these RCTs. This study was aimed to systematically analyze the benefits of Lactobacillus reuteri DSM 17938 for infantile colic. Methods. This systematic review and meta-analysis used keywords: (“infantile colic” OR “abdominal cramps” OR “abdominal cramp” OR “infant colic”) AND “lactobacillus reuteri” AND (placebo OR placebos) AND (“randomized controlled trial” OR RCT). The databases used were: pubmed, science direct, and google scholar. Meta-analysis was conducted to combine the articles. The eligibility criteria were: patient with infantile colic, intervention with L. reuteri DSM 17938, control was placebo, RCT study design, outcome with dichotomous scale, all races, all ethnicities, all countries, all genders, in English, and not limited by year. Results. The search resulted in 800 articles. After reducing duplication, the number of articles was 747. Screening with titles and abstracts resulted in 13 full teks articles. Six articles fitted the eligibility criteria. The results of the meta-analysis were as follows. The forest plot showed that the combined effect of the six articles showed an RR of 0.47 and was statistically significant (p <0.001). Conclusion. Based on the results of this meta-analysis, L. reuteri DSM 17938 is recommended for infants with infantile colic. There were no significant side effects with the use of L. reuteri DSM 17938 on infantile colic.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN USIA IBU HAMIL TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN TRIPLE ELIMINASI DI PUSKESMAS SUMBERLAWANG SRAGEN Firdha Fasa Sabilla; Tri Agustina; Nining Lestari; Supanji Raharja
Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 11, No 2 (2020): Juli
Publisher : STIKES Mamba'ul 'Ulum Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36419/jkebin.v11i2.377

Abstract

Latar Belakang : Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko tertular penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, dan Sifilis. Lebih dari 90% anak yang mengalami infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B, merupakan tertular dari ibunya. Perlu upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu hamil ke bayinya, salah satunya dengan pemeriksaan triple elimination. Diperkirakan usia dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi kunjungan pemeriksaan triple eliminasi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan triple eliminasi Di Puskesmas Sumberlawang Sragen. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sumberlawang, Kabupaten Sragen pada bulan September sampai November 2019. Sampel yang digunakan adalah 60 orang. Data diambil dengan cara wawancara. Pengolahan dan analisis data menggunakan metode Chi Square, Fisher, dan Kruskall Wallis. Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia (p = 0,610) dan tingkat pendidikan (p = 0,567) dengan kunjungan pemeriksaan triple elimination. Simpulan: Ada Tidak terdapat hubungan antara usia dan tingkat pendidikan dengan kunjungan pemeriksaan triple elimination pada ibu hamil di Puskesmas Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah. Kata kunci: Usia, Tingkat Pendidikan, Triple Eliminasi, Ibu Hamil
Asi Tidak Eksklusif Dan Imunisasi Tidak Lengkap Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Afrinda Graharani Sandra; Muhammad Shoim Dasuki; Tri Agustina; Nining Lestari
INVOLUSI: Jurnal Ilmu Kebidanan Vol 11 No 2 (2021): Vol 11, No 2 (Juni 2021)
Publisher : Stikes Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Toddlers are the next generation of a nation so they need special attention. 155 million children under five in the world are stunted. In Indonesia, there are 3.9% short toddlers, 11.5% very short toddlers, 30.7% toddlers with non-exclusive breastfeeding, and 57.9% toddlers with incomplete immunizations. This study was to determine the relationship between exclusive breastfeeding and completeness of immunization with the incidence of stunting in toddlers. This study uses an observational research type with a case control design. Using secondary data by purposive sampling with a total sample of 140, consisting of 70 cases and 70 controls at the Karanganyar Public Health Center. Data were obtained from the toddler cohort and e-PPGBM (Community Based Nutrition Recording and Reporting Application). Data were analyzed using Chi Square test for breast milk variable p value <0.001 and immunization p value = 0.021. In the logistic regression test, non-exclusive breastfeeding was at risk of stunting with OR = 8.737 and p value <0.001. Incomplete immunization is at risk of stunting with OR = 7.320 and p value < 0.001.
Lactobacillus Reuteri DSM 17938 in Infantile Colic: A Systematic Review and Meta-Analysis Burhannudin Ichsan; Nining Lestari; Sulistyani
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 6 No. 3 (2022): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/bsm.v6i3.457

Abstract

Background. Infantile colic, defined as paroxysmal, excessive, and consolable crying without an identifiable cause. It is common in the first 3 months of life. There have been many RCT studies conducted. A systematic synthesis is required to summarize the results of these RCTs. This study was aimed to systematically analyze the benefits of Lactobacillus reuteri DSM 17938 for infantile colic. Methods. This systematic review and meta-analysis used keywords: (“infantile colic” OR “abdominal cramps” OR “abdominal cramp” OR “infant colic”) AND “lactobacillus reuteri” AND (placebo OR placebos) AND (“randomized controlled trial” OR RCT). The databases used were: pubmed, science direct, and google scholar. Meta-analysis was conducted to combine the articles. The eligibility criteria were: patient with infantile colic, intervention with L. reuteri DSM 17938, control was placebo, RCT study design, outcome with dichotomous scale, all races, all ethnicities, all countries, all genders, in English, and not limited by year. Results. The search resulted in 800 articles. After reducing duplication, the number of articles was 747. Screening with titles and abstracts resulted in 13 full teks articles. Six articles fitted the eligibility criteria. The results of the meta-analysis were as follows. The forest plot showed that the combined effect of the six articles showed an RR of 0.47 and was statistically significant (p <0.001). Conclusion. Based on the results of this meta-analysis, L. reuteri DSM 17938 is recommended for infants with infantile colic. There were no significant side effects with the use of L. reuteri DSM 17938 on infantile colic.
Efikasi Diri Dan Tingkat Pendidikan Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Pintakasari Widyaningtyas; Anika Candrasari; Safari Wahyu Jatmiko; Nining Lestari
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 11th University Research Colloquium 2020: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.425 KB)

Abstract

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat umum dan menjadi masalah baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan hasil laporan dari World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat 1,4 juta masyarakat dunia terjangkit penyakit tuberkulosis pada tahun 2016. 1,4 juta diantaranya meninggal dunia. Laporan terbaru menyatakan terdapat setidaknya sekitar 6 juta masyarakat menderita penyakit tuberkulosis. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara efikasi diri dan tingkat pendidikan dengan kepatuhan pengobatan pasien tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien dewasa tuberkulosis yang aktif berobat di BBKPM Surakarta pada tahun 2019 dengan sampel 50 responden dengan teknik kuota sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan regresi logistik. Ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri (p=0,027) dan tingkat pendidikan (P=0,001) dengan kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis. Dengan yang paling berpengaruh adalah tingkat pendidikan (OR= 11,323) lalu kemudian efikasi diri (OR= 5,247). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri dan tingkat pendidikan dengan kepatuhan pengobatan pasien dengan tingkat pendidikan yang paling berpengaruh. Faktor efikasi diri dan tingkat pendididkan berpengaruh secara bermakna terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis. Tingkat faktor risiko kepatuhan pengobatan pasien tuberkulosis yang terbesar adalah tingkat pendidikan
Pengaruh Diet Dash (Dietary Approach To Stop Hypertension) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi: Studi Literatur Diah Rachmawati; Retno Sintowati; Nining Lestari; Tri Agustina
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 13th University Research Colloquium 2021: Kesehatan dan MIPA
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.456 KB)

Abstract

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi disebut silent disease dimana penderita hipertensi tidak menyadari akan menderita tekanan darah tinggi, yang dapat mengakibatkan kondisi komplikasi. Tekanan darah dapat terkontrol dengan cara modifikasi gaya hidup diet DASH (Dietary Approach To Stop Hypertension). Diet DASH merupakan pola makan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, produk susu tanpa lemak atau rendah lemak, biji-bijian, ikan, unggas, kacang-kacangan dan sedikit natrium, makanan manis, gula, lemak, dan daging merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diet DASH terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian menggunakan metode narrative review dan sampel penelitian didapatkan dari pencarian secara daring menggunakan database Google Scholar dan Pubmed. Hasil penelitian terdapat 21.687 artikel yang ditemukan diekslusi sesuai kriteria retriksi, didapatkan 6 artikel penelitian yang direview. Dari hasil semua penelitian menunjukkan bahwa penerapan diet DASH pada pasien hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Simpulan diet DASH ini sangat mampu untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Disfungsi Seksual Pada Wanita Dengan Polikistik Ovarium Sindrom: Systematic Review Aprida Putri; Safari Wahyu Jatmiko; Nining Lestari; Dodik Nursanto
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 13th University Research Colloquium 2021: Kesehatan dan MIPA
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.435 KB)

Abstract

Latar belakang: Polikistik ovarium sindrom (PCOS) adalah kelainan endokrin yang paling umum terjadi pada wanita usia reproduksi. Ini memengaruhi hampir 20% dari mereka, namun persentase ini bervariasi sesuai dengan kriteria diagnostik yang diadopsi. Sindrom ini ditandai dengan oligo-amenore, dengan atau tanpa hiperandrogenisme/hiperandrogenemia atau morfologi ovarium polikistik, dan obesitas juga sangat sering dikaitkan dengannya. Ciri PCOS tersebut jadi faktor terbentuknya morbiditas psikologis penderita, sebab penderita merasa kurang feminin serta memelihara perasaan yang lebih depresi. Mereka bisa jadi pula secara negatif mempengaruhi citra diri mereka yang berakibat pada seksualitas. Fungsi seksual tergantung pada integrasi aspek fisik, sosioemosional, serta intelektual. Pengetahuan yang lebih baik tentang kejadian, penyebab dan faktor risiko disfungsi seksual pada wanita dengan PCOS akan membantu dalam pencegahan, pengobatan dan prognosis pasien. Tujuan: Peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh PCOS terhadap disfungsi seksual pada wanita dengan polikistik ovarium sindrom? Metode: Penelitian ini adalah studi systematic review. Data yang diperoleh adalah data sekunder yaitu hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang diperoleh berupa artikel jurnal internasional. Pencarian literature dalam systematic review ini menggunakan dua database yaitu Pubmed, Science Direct. Hasil: Didapatkan hasil data gabungan dari 2 database sebanyak 1764 artikel, 29 terduplikat, sisa hasil didapatkan 1735 artikel, dieliminasi kembali sesuai tittle, abstrack dan fulltext didapatkan 1491 data exclude, hasil sisa 244 artikel diantara nya data full text excluded 232 dan sebanyak 12 data yang sudah dilakukan analisa kritis. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian atau tinjaun sistematis dari 12 artikel dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kejadian disfungsi seksual pada wanita dengan PCOS dibanding kontrol dalam skor FSFI, tetapi terdapat efek kecil yang signifikan ditemukan pada subskala fungsi seksual (gairah: P = 0,019; lubrikasi: P = 0,023; kepuasan: P = 0,015; orgasme: P = 0,028), hal ini menunjukkan gangguan fungsi seksual pada wanita dengan PCOS.