Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

TRANSFORMASI RUANG KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA SEBAGAI PRODUK SINKRETISME BUDAYA Depari, Catharina Dwi Astuti
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1281.226 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1044

Abstract

Abstract: As one historical settlement in Yogyakarta, Kampung Kauman had experienced a complex transformation under various political influences and cultural syncretism events. The direct impacts resulted from Javanese cosmic order concept towards Yogyakarta city plan, the bureaucracy relationship with the monarchy of Yogyakarta, the moral obligations to maintaining the Islamic values into daily rituals and the urban challenges due to global changes, have forged Kampung Kauman to become a hybrid urban structure. The research empirically reveals the main factors determining Kampung Kauman’s transformation through time by primarily constructing a grand theory related to urban form and urban identity concept. The research findings would expectedly provide a deep understanding towards Kampung Kauman Yogyakarta by studying its physical changes and the socio-cultural phenomena which forced those changes.Keywords: transformation, cultural syncretism, urban structure, identityAbstrak: Sebagai sebuah permukiman bersejarah di Yogyakarta, Kampung Kauman telah mengalami proses transformasi yang kompleks akibat dari pengaruh berbagai kebijakan politik serta rangkaian peristiwa sinkretisme budaya. Dampak implementasi konsep kosmologi Jawa terhadap rencana tata ruang Yogyakarta, hubungan birokrasi dengan kraton, kewajiban dalam mempertahankan ajaran Islam dalam ritual sehari-hari serta tantangan kawasan dalam menghadapi pengaruh globalisasi, telah melahirkan bentuk struktur ruang Kampung Kauman yang berpola hibrida. Secara empirikal, penelitian berusaha mengungkapkan berbagai faktor dominan yang mempengaruhi proses perubahan bentuk ruang kampung dari masa ke masa dengan terlebih dahulu membangun landasan teoritis yang terkait dengan pola bentuk dan konsep identitas kawasan. Hasil penelitian diharapkan mampu menyediakan pemahaman yang mendalam mengenai Kampung Kauman Yogyakarta dengan mengkaji perubahan fisik ruang kampung serta berbagai fenomena sosial budaya yang mendorong setiap perubahan tersebut.Kata kunci: transformasi, sinkretisme budaya, struktur ruang kawasan, identitas
KEARIFAN LOKAL DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA VULKANIK STUDI KASUS: DESA KEPUHARJO CANGKRINGAN Catharina Dwi Astuti Depari
TATALOKA Vol 17, No 1 (2015): Volume 17 Number 1, February 2015
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1918.664 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.17.1.21-36

Abstract

Some successful disaster management especially in East Asia have demonstrated how the local wisdom could contribute to increasing the resilience of its communities toward disaster impacts. A new approach integrating local wisdom with modern science is now continuously developed and,  for this reason, a bottom up approach in which community’s aspirations accommodated must be well-considered. In design context, spatial ordering system could symbolize local values in which inherited knowledge towards disaster mitigation is embed. In terms of Merapi’s disaster prone-areas, the communities of Kepuharjo Village have inherited knowledge to coping with volcanic impacts that mostly expressed through their traditions and rites. The research aims to emphasize local wisdom as an essential element that contributes to increasing the community’s resilience towards volcanic impacts.  By investigating the types of local wisdom still existed and understood by the local citizens, and revealing the implementation of those values into the local’s urban structure. The research employs interpretive, and ethnography approaches in which interpretations based on local community’s experience and researcher’s knowledge towards the research focus establishedAbstract: Some successful disaster management especially in East Asia have demonstrated how the local wisdom could contribute to increasing the resilience of its communities toward disaster impacts. A new approach integrating local wisdom with modern science is now continuously developed and,  for this reason, a bottom up approach in which community’s aspirations accommodated must be well-considered. In design context, spatial ordering system could symbolize local values in which inherited knowledge towards disaster mitigation is embed. In terms of Merapi’s disaster prone-areas, the communities of Kepuharjo Village have inherited knowledge to coping with volcanic impacts that mostly expressed through their traditions and rites. The research aims to emphasize local wisdom as an essential element that contributes to increasing the community’s resilience towards volcanic impacts.  By investigating the types of local wisdom still existed and understood by the local citizens, and revealing the implementation of those values into the local’s urban structure. The research employs interpretive, and ethnography approaches in which interpretations based on local community’s experience and researcher’s knowledge towards the research focus established
Makna Ruang Kampung Kauman Yogyakarta dan Semarang Berdasar Konsep Relasi dalam Pandangan Jawa Catharina Dwi Astuti Depari; Amos Setiadi
TATALOKA Vol 16, No 3 (2014): Volume 16 Number 3, August 2014
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.912 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.16.3.133-144

Abstract

Pandangan hidup merupakan seperangkat nilai yang mempengaruhi seluruh sistem kehidupan penganutnya. Dalam konteks masyarakat Jawa, salah satu konsep keyakinan yang merefleksikan pandangan hidup setempat adalah perlunya memelihara relasi yang harmonis antara pribadinya sebagai manusia dengan dirinya sendiri, masyarakat, alam maupun dengan Tuhan. Nilai-nilai keyakinan tersebut diekspresikan secara simbolis melalui desain ruang tinggal pada setiap skala ruang arsitektur. Sebagai permukiman Islam historis, Kampung Kauman menghadapi sejumlah tantangan khususnya dalam upaya memelihara keberlangsungan budayanya. Berkaitan dengan Kampung Kauman Yogyakarta, sejarah perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh Sultan sedangkan perkembangan Kampung Kauman Semarang lebih ditentukan oleh besarnya pengaruh dari aktivitas perdagangan di sekitar kampung. Penelitian bertujuan untuk mendukung pelestarian terhadap karakteristik kampung Kauman sebagai satu entitas pribadi bernilai historis. Sasaran penelitian adalah mengungkap bagaimana pandangan Jawa dimanifestasikan ke dalam struktur ruang kampung termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan karakteristik antara kedua wilayah objek studi. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, digunakan pendekatan fenomenologi dengan metode analisis sinkronik sehingga makna simbolis masing-masing ruang Kampung Kauman sebagai artifak budaya, dapat diungkap secara detail dan objektif.
THE TRANSFORMATION OF RESIDENTIAL SPATIAL AND FORM IN KAUMAN VILLAGE YOGYAKARTA Amos Setiadi; C. Dwi Astuti Depari
Journal of Islamic Architecture Vol 6, No 4 (2021): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jia.v6i4.11665

Abstract

Kauman village becomes a symbol of the Javanese philosophy and the Islamic ideology on which the local society orient their faith. This research aims to find the residential transformation factors and form in Kauman village in Yogyakarta and the characteristic of each object to conserve Kauman village as a constituent element that defines Yogyakarta City's identity. This research method is qualitative – descriptive research using a synchronic approach to present synthetic results from each object and detailed object characteristics conducted in a certain period. All data are collected by doing observation and interviewing second parties. The discussion led to the residential spatial change as an adaptation form of Batik skipper's and Ketib's residence in Kauman village of Yogyakarta. It can be concluded that the identity of the residents as a part of a modern community is gradually more dominant than the desire to reveal their identity as a part of a traditional Javanese community. Nevertheless, Batik skipper's residences retain Javanese architecture and Indische architecture characteristics as a symbol of the social status of the Batik Skipper and Ketib; The space for religious activities is no longer available in Batik skipper's residence. On the contrary, it is available in Ketib's home, where the residents still retain the function of langgar, which is located in the highest privacy zone.
Fenomena Place Attachment pada Komunitas Kawasan Rawan Bencana Merapi Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Catharina Dwi Astuti Depari
TATALOKA Vol 25, No 1 (2023): Volume 25 No. 1 February 2023
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.25.1.1-12

Abstract

Tinggal dalam kerentanan merupakan salah satu dampak dari hidup bersama bencana bagi warga Desa Glagaharjo di Kawasan Bencana Erupsi Merapi. Meskipun demikian, warga secara persisten menolak program relokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten. Warga Glagaharjo membangun mekanisme menghadapi risiko erupsi dengan memperkuat hubungan sosial-kultural dan membangun kewaspadaan terhadap bencana. Dengan kata lain, merancang lingkungan hunian yang sesuai bagi warga yang terdampak bencana dapat tercapai apabila karakteristik budaya dan kebutuhan warga menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan. Sikap penolakan warga terhadap program relokasi disebabkan oleh faktor spesifik yang mendasari adanya ikatan emosional yang kuat warga terhadap Glagaharjo terhadap tempat tinggalnya. Penelitian bertujuan untuk memahami karakteristik dan kebutuhan warga Glagaharjo menuju pada pembangunan ruang huni yang ideal setelah erupsi tahun 2010. Metode analitik penelitian dikombinasikan dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif serta menerapkan Teknik pengukuran sikap Likert guna mengungkap persepsi, sikap, dan opini warga terhadap lingkungan huninya.
Assessing Indigenous Forest Management in Mount Merapi National Park Based on Ostrom’s Design Principles Depari, Catharina
Forest and Society Vol. 7 No. 2 (2023): NOVEMBER
Publisher : Forestry Faculty, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/fs.v7i2.25039

Abstract

Despite their abundant potential to support the current understanding of environmental changes and improve natural resource management, Indigenous Peoples remain excluded from policymaking. Such marginalization partly stems from the formal government-driven adoption of colonial-style controls over natural resources, which historically had marginalized local populations politically and economically. Using the case of the Pelemsari sub-village, this article attempts to analyze the robustness of Common-Pool Resource institutions in Mount Merapi National Park according to Ostrom’s design principles. The methods used for this purpose are participant observation, document reviews, and semi-structured interviews. The research findings indicate social capital as the main factor that contributes to the local institution’s robustness. Nevertheless, the principles corresponding to authority suggest challenges of engaging communities in reforestation and conservation programs. The shortcomings in these principles contributed to the people’s slow recovery and ongoing degradation of forest diversity in Mount Merapi after the eruption in 2010.
Perancangan Kawasan Wisata Berbasis Partisipasi Komunitas dan Karakter Lokal di Dusun Trucuk, Desa Triwidadi, Bantul Depari, Catharina Dwi Astuti; Cininta, Mutiara
Jurnal Atma Inovasia Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v3i2.6920

Abstract

Pariwisata merupakan sektor strategis yang mampu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun, faktor seperti minimnya kesiapan daerah dalam pembangunan dan sumber daya manusia, ditambah dengan dampak global pandemik telah memukul sektor pariwisata hingga berujung pada meningkatnya angka kemiskinan di tanah air termasuk di Kabupaten Bantul. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Kalurahan Triwidadi menjalin kerjasama dengan Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2022. Berkaitan dengan hal ini, kegiatan pengabdian yang dipaparkan dalam makalah ini bertujuan untuk memberikan pendampingan perencanaan kepariwisataan di salah satu padukuhan, Trucuk, dengan menekankan pada analisis SWOT dan desain fasilitas wisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi. Metode pengabdian yang diterapkan pada kegiatan ini didasarkan pada pendekatan partisipasi masyarakat dan karakter lokal. Secara praksis, kegiatan pengabdian senantiasa melibatkan partisipasi warga dalam proses perencanaan demi menghasilkan desain yang merefleksikan karakter lokal. Desain yang diusulkan dalam pengabdian adalah riverwalk, souvenir center dan dermaga sungai, serta panggung budaya di pinggir Kali Progo sebagai atraksi utama wisata dan puncak pergerakan publik melalui koridor lingkungan yang secara spasial perlu ditingkatkan legibilitasnya. Sebagai kesimpulan, kuatnya ikatan sosial dan potensi wisata dusun dapat menjadi modal perencanaan kawasan wisata namun perlu didukung oleh inteventarisasi aset lokal dan data multidisiplin yang komprehensif.
Pemetaan terhadap Resiliensi Pemukim Kawasan Rawan Bencana II Merapi Studi Kasus: Huntap Karang Kendal Depari, Catharina
Jurnal Atma Inovasia Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v4i1.8231

Abstract

Sejak erupsi 2010, majoritas pemukim Kawasan Rawan Bencana (KRB) III menetap di hunian tetap yang tersebar di 15 lokasi di Kecamatan Cangkringan. Warga Pelemsari khususnya memilih untuk tinggal di huntap Karang Kendal yang terletak tiga kilometer dari permukiman asalnya. Meskipun demikian, huntap tersebut masih masuk ke dalam zona KRB II yang mengindikasikan masih tingginya risiko pengungsi terhadap dampak erupsi. Guna meningkatkan kesiapan warga terhadap bencana, tim pengabdian mengusulkan peta evakuasi yang terintegrasi dengan informasi kerentanan warga. Selain itu, tim pengabdian merancang peta interaktif yang mendorong warga untuk melakukan pendataan secara berkala. Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat di huntap Karang Kendal adalah meningkatkan ketahanan warga Pelemsari terhadap dampak erupsi melalui perencanaan peta evakuasi bencana yang terintegrasi dengan informasi distribusi kerentanan warga terhadap bencana berdasarkan kondisi demografis dengan atribut usia, gender, dan disabilitas. Metode pengumpulan data meliputi questionnaire surveys dan obervasi lapangan. Seluruh data kuesioner dihitung untuk menentukan kategori tingkat kerentanan warga berdasarkan jumlah anggota keluarga yang termasuk kategori populasi rentan bencana dan kemudian, diperlihatkan distribusinya di dalam huntap. Outcome utama dari kegiatan pengabdian adalah peta resiliensi warga yang kemudian dibangun pada area titik kumpul permukiman dengan melibatkan warga mulai dari tahap pengumpulan data hingga konstruksi peta.
Pemetaan Aset Wisata Berbasis Partisipasi di Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Depari, Catharina; Herliana, Emmelia Tricia; Y.P. Suhodo Tjahyono, Y.P. Suhodo
Jurnal Atma Inovasia Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v4i4.9432

Abstract

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diusulkan untuk menjawab permasalahan akan minimnya proses pelibatan masyarakat dalam perencanaan kepariwisataan dan merespon harapan warga dan para penggerak pariwisata di bantaran Kali Code akan pendampingan akademisi terhadap upaya lokal dalam memetakan aset wisata. Berlokasi di Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, pemetaan aset wisata berbasis partisipasi dilaksanakan oleh Tim Pengabdian pada Masyarakat Departemen Arsitektur FT UAJY dengan melibatkan mahasiswa peserta Kerja Praktik sebagai fasilitator dan dengan menggunakan metode Focus Group Discussion dan teknologi digital. Tujuan dari pemetaan aset wisata adalah memberikan dasar bagi penyusunan masterplan kepariwisataan Kelurahan Cokrodiningratan berupa data jenis aset wisata yang dinilai vital oleh warga dan peta sebaran aset wisata melalui perencanaan berbasis partisipasi. Kegiatan ini melibatkan 6 mahasiswa dan 13 warga yang berasal dari RW V-XI dan berhasil menjaring sedikitnya 94 aset wisata yang dinilai vital sebagai atraksi wisata unggulan. Kata Kunci—pemetaan aset wisata, potensi wisata, Focus Group Discussion, partisipasi masyarakat
- Survey-based Mapping of Households’ Vulnerability Towards A Comprehensive Evacuation Plan in Karang Kendal, Mt. Merapi Depari, Catharina; Tjahyono, Suhodo
Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8 No 1 (2024): May 2024
Publisher : Asosiasi Dosen Pengembang Masyarajat (ADPEMAS) Forum Komunikasi Dosen Peneliti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29062/engagement.v8i1.1648

Abstract

To enhance resilience, a comprehensive evacuation map that considers the residents’ social vulnerability is critical. This paper aims to discuss this concern based on community service at Karang Kendal permanent housing in Mt. Merapi’s hazard zone level II, an area to which the Pelemsari community relocated and resided after the violent eruption in 2010. The planning methods used to create such a map are questionnaire surveys and field observations. The results indicate the highly vulnerable populations of the sub-village where 67% of the total 81 houses are occupied by 2-3 vulnerable residents and 68% of these populations are women. These findings then served as a basis for the making of an evacuation map that was not only integrated with the information on the distribution of vulnerable households but also capable of developing the residents’ awareness of disasters concerning their socio-demographic conditions.