p-Index From 2020 - 2025
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal e-GIGI JURNAL BIOMEDIK
Michael A. Leman
Universitas Sam Ratulangi

Published : 32 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI SISWA SDN TUMALUNTUNG MINAHASA UTARA Lintang, Jacky Ch.; Palandeng, Henry; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.10370

Abstract

Abstract: The disease of teeth and mouth that most suffered by Indonesian society is caries. Caries is disease in hard tissue of teeth that occurred beginning with process of demineralization of dental hard tissue, followed by tooth decay organic matter. The Indonesian population prevalence of caries is 53.2%. School period is most susceptible to dental caries. Children who have a good knowledge in general, has good behavior to maintain their oral health. The purpose of this study was to examine the relationship knowledge of dental health maintenance and severity of dental health. This type of research is a descriptive study with cross sectional design. The population of this study is all children in 5th grade of Tumaluntung Primary School in North Minahasa, with total sample 45 students. Data collection is done by filling out questionnaire and examination of dental caries index. The results showed that there was no strong relationship between the level of knowledge of dental health maintenance with severity of dental caries (r=0.372).Keywords: knowledge; dental health maintenance; dental caries severityAbstrak: Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang terjadi diawali dengan proses demineralisasi jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organik gigi. Di Indonesia prevalensi penduduk yang mengalami karies sebanyak 53,2%. Masa sekolah merupakan waktu yang paling rentan terhadap kemungkinan terjadinya karies. Anak-anak yang memiliki pengetahuan baik pada umumnya memiliki perilaku yang baik untuk mejaga kesehatan gigi dan mulut mereka.Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan karies gigi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas V SDN Tumaluntung Minahasa Utara, dengan jumlah sampel sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan indeks karies.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan karies gigi (r=0,372).Kata kunci: pengetahuan; pemeliharaan kesehatan gigi; keparahan karies gigi
Gambaran Kecemasan Anak Usia 6-12 Tahun terhadap Perawatan Gigi di SD Kristen Eben Haezar 2 Manado Sanger, Seily E.; Pangemanan, Damajanty H.C.; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 5, No 2 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.2.2017.17394

Abstract

Abstract: Dental anxiety is a condition of fear to visit a dentist even for preventive care or therapy and uncertainity anxiety to dental care. This study was aimed to describe the anxiety of children 6-12 years old for the dental care at SD Kristen Eben Haezar 2 Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 44 students of 6-12 years old at SD Eben Haezar 2 Manado who had dental care experience, obtained by using total sampling. Data were obtained by filling the questionnaire of Children Dental Fear Survey Schedule-subscale (CFSS-DS). The results showed that most students with high levels of anxiety were at the age of 6-8 years (20.48%), while most students with low level of anxiety were at the age of 9-12 years old (47.74%). Of the 44 students, 27 students (61.36%) had low level of anxiety whereas 17 students (38.64%) had high level of anxiety. Based on gender, the percentages of students with high level and low level of anxiety were higher in females than in males. Conclusion: In general, students with low level of anxiety were at the age of 9-12 years old meanwhile students with high level of anxiety were at the age of 6-8 years. Either high or low level of anxiety was most found in females.Keywords: anxiety, children, dental care Abstrak: Kecemasan dental merupakan suatu ketakutan terhadap kunjungan ke dokter gigi untuk perawatan pencegahan ataupun terapi dan rasa cemas tidak beralasan terhadap perawatan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kecemasan anak usia 6-12 tahun terhadap perawatan gigi di SD Kristen Eben Haezar 2 Manado. Jenis penelitian deskriptif dengan desain potong lintang, mengunakan metode pengambilan sampel total. Terdapat 44 siswa aktif SD Kristen Eben Heazer 2 Manado berusia 6-12 tahun dan pernah mendapatkan perawatan gigi. Data diambil berdasarkan pengisian kuesioner Children Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS). Hasil penelitian menunjukkan responden dengan tingkat kecemasan tinggi ditemukan paling banyak pada usia 6-8 tahun (20,48%), sedangkan yang dengan tingkat kecemasan rendah ditemukan pada usia 9-12 tahun (47,74%). Tingkat kecemasan rendah ditemukan pada 27 responden (61,36%) dan tingkat kecemasan tinggi ditemukan pada 17 reponden (38,64%). Berdasarkan jenis kelamin, responden dengan tingkat kecemasan tinggi maupun rendah lebih banyak ditemukan pada responden perempuan. Simpulan: Responden dengan tingkat kecemasan rendah lebih banyak didapatkan pada rentang usia 9-12 tahun sedangkan responden dengan tingkat kecemasan tinggi lebih banyak didapatkan pada rentang usia 6-8 tahun. Baik tingkat kecemasan tinggi maupun rendah lebih banyak ditemukan pada responden perempuan.Kata kunci: kecemasan, anak, perawatan gigi
ANGKA KEJADIAN STOMATITIS APTHOSA REKUREN (SAR) DITINJAU DARI FAKTOR ETIOLOGI DI RSGMP FK UNSRAT TAHUN 2014 Yogasedana, I Made A.; Mariati, Ni Wayan; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.8768

Abstract

Abstract: Stomatitis is inflammation of the mucous lining of any structure padamulut; such as the cheeks, gums (gingivitis), tongue (glossitis) lips, and roof or floor of the mouth. Stomatitis word itself means inflammation of the mouth. Inflammation can be caused by conditions in the mouth (such as poor oral hygiene, poor tooth arrangement), mouth injuries due to hot food or drink, or by conditions that affect the whole body (such as medications, allergic reactions, or infections). This study aims to determine how many patients suffering from recurrent stomatitis afthosa handled in RSGMP FK UNSRAT in 2014. This study was a retrospective descriptive study. The amount of research data obtained is 69 samples and categorized according to gender, age, type of treatment and etiology of the disease. The results showed incidence of recurrent aphthous stomatitis in RSGMP FK UNSRAT distributed as follows: Stomatitis Recurrent Apthosa most common in women with sample trauma predisposing factor of 53%; predisposing factors of stress 21.7%; hormonal imbalance factor of 17.3%; Genetic factor of 11.5% and 1.1% allergic factors.Keywords : Stomatitis Recurrent Apthosa and Etiology factorAbstrak: Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun padamulut; seperti pipi, gusi (gingivitis), lidah (glositis) bibir, dan atap atau dasar mulut. Kata stomatitis sendiri berarti inflamasi pada mulut. Inflamasi dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri (seperti oral higiene yang buruk, susunan gigi yang buruk), cedera mulut akibat makanan atau minuman panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (sepertiobat-obatan, reaksialergi, atauinfeksi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak pasien yang menderita stomatitis apthosa rekuren yang ditangani di RSGMP FK UNSRAT pada tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Jumlah data penelitian yang didapat yaitu 69 sampel dan di kategorikan sesuai jenis kelamin, usia, jenis perawatan dan etiologi penyakit. Hasil penelitian menunjukkan Angka kejadian stomatitis apthous rekuren di RSGMP FK UNSRAT yang terdistribusi sebagai berikut: Stomatitis Apthosa Rekuren paling banyak terjadi pada sample perempuan dengan faktor predisposisi trauma sebesar 53%; faktor predisposisi stres 21,7%; faktor ketidakseimbangan hormonal 17,3%; factor genetik 11,5% dan faktor alergi sebesar 1,1%.Kata kunci: Stomatitis Apthosa Rekuren, Faktor Etiologi
GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN MELAKSANAKAN INSTRUKSI SETELAH PENCABUTAN GIGI DI RSGM FK UNSRAT Setiawan, Indra; Mariati, Ni Wayan; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.9606

Abstract

Abstract: Instruction after tooth extraction is about what to do and to avoid after tooth extraction which aims to prevent the disruption of wound healing process and any possible complications. This study aimed to know patients’ obedience to the instructions after tooth extraction implemented in RSGM FK Unsrat and at respondents’ houses. This study used mixed methods with a cross sectional design. There were 44 people as respondents obtained by using purposive sampling method. The results showed that some patients ignored instruction, as follows: drug use rules, bite the gauze for 30 minute-1 hour, avoid hot, spicy, hard textured food and not touching the surgery site with tounge. Conclusion: The most ignored instruction by patient was to follow the drug consuming rules.Keywords: instruction after tooth extraction, obediencedAbstrak: Instruksi setelah pencabutan gigi ialah instruksi mengenai hal hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari setelah pencabutan gigi yang bertujuan untuk mencegah terganggunya proses penyembuhan luka dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran kepatuhan pasien melaksanakan instruksi setelah pencabutan gigi di RSGM FK Unsrat. Jenis penelitian ini ialah mixed method study dengan desain penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan di RSGM FK Unsrat dan di rumah responden dengan jumlah responden 44 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data disajikan dalam bentuk diagram dan tabel berdasarkan distribusi frekuensi, serta beberapa pernyataan dari responden. Hasil penelitian menunjukan ditemukan beberapa instruksi yang diabaikan oleh pasien, seperti menaati aturan pakai obat, menggigit kapas atau kassa selama 30 menit-1 jam, menghindari makanan panas, keras, pedas dan tidak menyentuh-nyentuh luka dengan lidah. Simpulan: Instruksi yang paling banyak diabaikan oleh pasien ialah instruksi untuk menaati aturan pakai obatKata kunci: instruksi setelah pencabutan gigi, kepatuhan
Pengaruh Pemberian Jus Buah Pir (Pyrus Communis) terhadap Pembersihan Stain Ekstrinsik pada Resin Komposit Dendhana, Didiet S.; Wowor, Pemsi M.; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 6, No 1 (2018): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.6.1.2018.19294

Abstract

Abstract: Tooth discoloration such as staining could possibly affect the condition of restorative treatment on the teeth caused by extrinsic and intrinsic factors. Bleaching could provide a solution to color changing problem of composite filling. Hydrogen peroxide (H2O2), the most common chemical agent to perform bleaching, is found naturally in pear fruit; therefore, it could be an alternative treatment to reduce stain of composite filling. This study was aimed to find out the stain removal effect of blended pear fruit on composite filling. This is a laboratory experimental study with a pre-post control group design. Total samples were 20 pieces of circular composites with 5 mm in diameter and 2 mm in thickness. The samples were submerged in coffee extract for 10 days to create visible extrinsic staining at their surfaces, and then the discoloration was measured with spectrophotometer. After that, the samples were divided into two groups with ten samples each: group A, submerged in coffee extract and group B submerged in blended pear juice for seven days. After the submerging procedure performed, all samples of group B were measured again with spectrophotometer. The results showed that in group B there was a significant effect on stain removal of composite resin (p <0.05). Conclusion: Blended pear fruit had stain removal effect in composite filling.Keywords: pear juice, extrinsic stain, composite resin. Abstrak: Perubahan warna gigi berupa stain dapat memengaruhi kondisi restorasi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik. Bleaching dapat dilakukan untuk menangani masalah perubahan warna resin komposit. Salah satu bahan bleaching yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi ialah hidrogen peroksida (H2O2). Senyawa ini terkandung dalam buah pir yang dapat digunakan sebagai perawatan alternatif untuk mengurangi stain pada resin komposit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah pir terhadap pembersihan stain ektrinsik pada resin komposit. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium dengan pre and post control group design. Jumlah sampel penelitian ialah 20 resin komposit yang dibentuk dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm. Sampel direndam dalam larutan kopi selama 10 hari untuk melihat adanya stain ekstrinsik pada permukaan sampel resin komposit, kemudian dilakukan pengukuran perubahan warna dengan spektrofotometer. Setelah itu sampel dibagi atas dua kelompok masing-masih 10 buah sampel: kelompok A untuk perendaman dalam larutan kopi dan kelompok B untuk perendaman dalam jus buah pir selama tujuh hari kemudian sampel kelompok B dilakukan pengukuran kembali dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh bermakna (p <0,05) terhadap pembersihan stain ekstrinsik pada resin komposit pada kelompok B. Simpulan: Pemberian jus buah pir dapat membersihkan stain ektrinsik pada resin kompositKata kunci: jus buah pir, stain ekstrinsik, resin komposit
Pengaruh rendaman cuka (asam asetat) terhadap kekerasan amalgam Taneh, Rigel N.V.; Leman, Michael A.; Khoman, Johanna A.
e-GiGi Vol 5, No 2 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.2.2017.16926

Abstract

Abstract: Amalgam filling has been used since the 19th century. The hardness of a filling material in the mouth may be affected by acidic drinks or foods. One of the foods normally consumed by the Indonesian is acidic due to its vinegar content. This study was aimed to determine the effect of vinegar on the change of amalgam hardness. This was a laboratory experimental study with a post test only control group design. There were 30 samples of amalgam plates with a diameter of 5 mm and 2 mm of thickness. The samples were divided into two groups with three different immersion times, as follows: 5, 10, and 20 minutes. After immersion, the samples’ hardness was measured by using the Micro Vickers Hardness Tester. Data normality was tested with Shapiro-Wilk test, then the data were statistically analyzed with independent sample t-test. The results showed a significant effect of vinegar immersion on changes in amalgam hardness (P <0.05). Conclusion: Vinegar immersion affected the hardness of amalgam.Keywords: amalgam, vinegar, surface hardness Abstrak: Amalgam merupakan bahan tumpatan yang digunakan sejak abad ke-19. Sifat keras suatu bahan tumpatan di dalam rongga mulut dapat dipengaruhi oleh minuman asam atau makanan yang dikonsumsi. Salah satu makanan yang biasanya dikonsumsi oleh orang Indonesia bersifat asam dan mengandung bahan cuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rendaman cuka terhadap perubahan kekerasan amalgam. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik dengan desain post test only control group. Sampel penelitian ini ialah lempeng amalgam berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 5 mm dan tinggi 2 mm sebanyak 30 buah. Sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan tiga durasi waktu perendaman yang berbeda yaitu 5, 10, dan 20 menit. Setelah perendaman, sampel diukur nilai kekerasannya menggunakan Micro Vickers Hardness Tester, kemudian dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh bermakna dari perendaman cuka terhadap perubahan kekerasan amalgam (P < 0.05). Simpulan: Perendaman cuka memengaruhi kekerasan amalgam.Kata kunci: amalgam, cuka, kekerasan permukaan
Uji daya hambat ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro Wenda, Yaromis; Wowor, Pemsi M.; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15416

Abstract

Abstract: Currently, oral health requires comprehensive handling by dentists and other health professionals. Osteomyelitis is an infection that occurs in bone tissue and bone marrow of the jaw and/or cortical bones, predominantly caused by Staphylococcus aureus. Medicinal plants in Indonesia have been widely used as traditional medicine inter alia stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). This stevia plant has components that are typical natural sweetener and stevioside which has the characteristics as antibacterial, antiviral, anti-inflammatory, antimicrobial, and antifungal, and other active substances including tannins, alkaloids, flavonoids, and phenol. This was an experimental laboratory study with the post test only group design. Subjects were Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that stevia leaf extract had inhibition zone to Staphylococcus aureus growth of 10.32 mm which was categorized as strong according to Davis and Stout 1971. Conclusion: Stevia leaf extract (Stevia rebaudiana Berrtoni M.) had strong inhibition to Staphylococcus aureus.Keywords: osteomyelitis, stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.), Staphylococcus aureusAbstrak: Dewasa ini kesehatan gigi dan mulut memerlukan penanganan secara komperhensif oleh dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu osteomielitis pada jaringan tulang dan sum-sum tulang rahang dan/atau korteks tulang dengan penyebab utama ialah bakteri Staphylococcus aureus. Tanaman herbal di Indonesia telah banyak digunakan sebagai obat tradisional; salah satunya ialah tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Tanaman stevia memiliki komponen yang bersifat pemanis alami, stevioside yang berefek antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antifungsi, dan antimikroba, serta zat aktif di antaranya ialah tannin, alkaloid, flavonoid, dan fenol. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik dengan post test only group design. Subyek penelitian ialah bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) mempunyai rerata zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebesar 10,32 mm yang tergolong kuat menurut Davis dan Stout 1971. Simpulan: Ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Berrtoni M.) memiliki daya hambat yang kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci: osteomielitis, stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.), Staphylococcus aureus
PERILAKU MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGI TIRUAN LEPASAN BERBASIS AKRILIK PADA MASYARAKAT DESA TREMAN KECAMATAN KAUDITAN Bagaray, David Adimulya; Mariat, Ni Wayan; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 2, No 2 (2014): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.2.2.2014.6335

Abstract

Abstract: Behavioral to maintain denture hygiene is an important factor in the success of denture care because they have a close relationship with the knowledge, attitudes, and actions of the user. A poormaintenance denture hygiene could cause problems for oral health such as caries, gingivitis, stomatitis, xerostomia, candidiasis and periodontal disease, especially in the removable denture based acrylic user with the low level of education and income.This study aims to determine the behavior of maintaining the hygiene of removable denture based acrylic on population at Treman village Kauditan district.This research was a descriptive study with cross sectional approach. The population in this study was that the Treman villagers that uses removable denture based acrylic a total of 75 people. This study used total population as research subjects and measured using a questionnaire.In maintaining hygiene of removable denture based acrylic, Treman villagers have knowledge which was classified in sufficient category with a score of 103, an attitude which was classified in good category with a score of 130, and act was classified in sufficient category with a score of 109.Behavior to maintain hygiene of removable denture based acrylic on population at Treman village Kauditan district was classified in sufficient category.Keywords: Behavior, denture user, removable denture based acrylic.Abstrak: Perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan merupakan faktor penting dalam keberhasilan perawatan gigi tiruan karena mempunyai hubungan erat dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan pengguna gigi tiruan.Pemeliharaan kebersihan gigi tiruan yang kurang baik dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut seperti karies, gingivitis, stomatitis, xerostomia, kandidiasis, dan penyakit periodontal, terutama pada pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik pada masyrarakat desa Treman kecamatan Kauditan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study.Populasi pada penelitian ini ialah seluruh masyarakat desa Treman yang menggunakan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang berjumlah 75 orang. Penelitian ini menggunakan total populasi sebagai subjek penelitian dan diukur menggunakan kuesioner.Dalam memelihara kebersihan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik, masyarakat desa Treman memiliki pengetahuan yang tergolong dalam kategori cukup dengan skor 103, sikap yang tergolong dalam kategori baik dengan skor 130, dan tindakan yang tergolong dalam kategori cukup dengan skor 109.Perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik pada masyarakat desa Treman kecamatan Kauditan tergolong dalam kategori cukup.Kata kunci: Perilaku, pengguna gigi tiruan, gigi tiruan lepasan berbasis akrilik.
GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT Soplantila, Clana A. Ch.; Leman, Michael A.; ., Juliatri
e-GiGi Vol 3, No 2 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.2.2015.8767

Abstract

Abstract: Tooth and mouth is the entry gateway of bacteria that can damage the health of other organs. Indonesian dentists in order to improve the health of society is have to act as motivators, educators, and providers of health services (preventive, promotive, curative, and rehabilitative). National Dental Health Month (BKGN) is a social activity that is expected to motivate the citizens of Manado and surrounding communities in order to be aware of the importance of prevention and early dentalcare. This was a descriptive retrospective study. Since the data of 2012 were incomplete, we only used data of 2013. There were 1964 patients in 2013; all medical records were filed completely. Dental and oral cares were the highest in the age group ≤ 20 years. There were more women (63.14%) than men (36.86%). Based on the type of jobs, the majority of patients (59.98%) were students. Based on the type of maintenance carried out most of them (34.88%) were scaling.Keywords: BKGN, oral health, scalingAbstrak: Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya. Dokter gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik, dan pemberi pelayanan kesehatan (preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif). Bulan kesehatan Gigi Nasional (BKGN) merupakan kegiatan bakti sosial yang diharapkan dapat memotivasi warga masyarakat Kota Manado dan sekitarnya agar kembali sadar akan pentingnya upaya pencegahan dan perawatan gigi sejak dini. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Populasi yang digunakan yaitu seluruh rekam medik pasien pada BKGN periode tahun 2012 dan 2013. Data rekam medik tahun 2012 tidak lengkap sehingga tidak digunakan. Data rekam medik tahun 2013 terdapat 1964 pasien yang diisi dengan lengkap. Hasil penelitian BKGN pada periode tahun 2013 berdasarkan kelompok umur menunjukkan perawatan gigi dan mulut lebih banyak pada kelompok umur ≤20 tahun. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan (63,14%) lebih banyak dibandingkan laki-laki (36,86%). Berdasarkan jenis pekerjaan mayoritas pasien yang berkunjung ialah pelajar/mahasiswa dengan persentase 59,98%. Berdasarkan jenis perawatan yang dilakukan paling banyak ialah skeling sebesar 34,88%.Kata kunci: BKGN, perawatan gigi dan mulut, skeling
Uji daya hambat ekstrak daun cengkih (Syzygium aromaticum (L.) ) terhadap bakteri Enterococcus faecalis Lambiju, Eskha M.; Wowor, Pemsi M.; Leman, Michael A.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.15547

Abstract

Abstract: Cloves (Syzygium aromaticum L.) grow widely in Indonesia. This plant has many benefits from its stem, leaves, and flowers. Clove leaves has several antibacterial compounds such as flavonoids, tannins, and triterpenoids, as well as eugenol as the major component of essential oil. Enterococcus faecalis is a facultative anaerobic Gram positive bacteria and normal flora in the mouth. These bacteria are often identified as the cause of the failure of root canal treatment. This study was aimed to determine the effectiveness of clove in inhibiting the growth of bacteria Enterococcus faecalis. This was an experimental study with a modified method of Kirby-Bauer using pits. Samples of clove leaves were obtained from Treman, North Minahasa, and then were extracted by using maceration method with 96% ethanol. Metronidazole was used as positive control. Enterococcus faecalis bacteria were taken from the direct isolation of patients’ necrotic teeth. The results showed that the average inhibition zone of clove leaf extract against Enterococuss faecalis was 8.0 mm meanwhile of metronidazole was 10.0 mm. Conclusion: Clove leaf extract had moderate inhibitory effect against the growth of Enterococcus faecalis.Keywords: clove leaves, Enterococcus faecalis, inhibition. Abstrak: Tanaman cengkih (Syzygium Aromaticum L.) banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak manfaat mulai dari batang, daun, dan bunga. Daun cengkih mengandung berbagai senyawa yang bersifat antibakteri seperti flavonoid, tannin, dan triterpenoid, serta senyawa eugenol yang merupakan komponen utama dalam minyak atrisi. Enterococcus faecalis ialah bakteri Gram positif fakultatif anaerob yang merupakan flora normal dalam mulut. Bakteri ini sering terisolasi sebagai penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat daun cengkih (Syzygium Aromaticum L.) terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan metode modifikasi Kirby-Bauer menggunakan sumuran. Sampel daun cengkeh diperoleh dari daerah Treman Kabupaten Minahasa Utara yang kemudian diekstrasi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Sebagai kontrol positif diginakan metronidazole. Bakteri Enterococcus faecalis diambil dari isolasi langsung pada pasien dengan gigi nekrosis. Hasil penelitian ini mendapatkan rerata zona inhibisi ekstrak daun cengkih terhadap bakteri Enterococuss faecalis sebesar 8,0 mm sedangkan zona inhibisi metronidazole 13,0 mm. Simpulan: Ekstrak daun cengkih memiliki daya hambat yang tergolong sedang terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.Kata kunci: daun cengkih, Enterococcus faecalis, daya hambat