Peni Lestari
SMP Wiradesa Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

BUAH MERAH (PANDANUS CONOIDEUS LAMK) BIORESOURCES PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA: KEANEKARAGAMAN DAN UPAYA KONSERVASINYA Wawo, Albert Husein; Lestari, Peni; Setyowati, Ninik
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 15, No 1 (2019): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v15i1.3770

Abstract

ABSTRACT The red fruit (Pandanus conoideus Lamk) is one of the local bioresources on the Central Highlands Region of Papua. Exploration to reveal the red fruit diversity in this region had been carried out in 2016 and 2017 which covers Kurima, Kurulu, Siepkosi, Wesaput and Kaninmbaga / Bokondini areas. The method used in exploration were interview the local residents, observations of plant morphology, soil, micro-climate, surrounding species, and collection of propagation material. The observed red fruit morphology includes; stem height and diameter, leaf length and width, and number of roots. Observation of fruit development was carried out at the Royal Biological Garden in Wamena (KRBW). The results of the exploration obtained 23 red fruit cultivars in the Central Highlands region of Papua. All cultivars grow in moist environments; the texture of the soil is clay mixed with sand and loam. The development of fruit from young fruit into ripe fruit takes 3-4 months which is divided into 3 stages. Ex-situ red fruit conservation efforts have been carried out at the Royal Biological Garden in Wamena (KRBW). Until now, 141 numbers of red fruits have been conserved in KRBW. The community has also cultivated a number of red fruit cultivars in their yard and garden such as Bergum, Maler, Wona and Wesi cultivars as in situ conservation. The four cultivars are very popular because the fruit is large and the oil content is more than other cultivars.  Keywords: Diversity, Red Fruit, Conservation, Royal Biological Garden in Wamena, Central Highlands Region of Papua  
Intensitas Cahaya pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Semai Cabai Merah Landung (Capsicum annuum cv. Landung) Wawo, Albertus Husein; Lestari, Peni; Setyowati, Ninik; Gunawan, Indra; Damayanti, Frisca; Kholidah, Nur
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 9, No 3 (2024): October 2024
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v9i3.8359

Abstract

Cabai Merah (Capsicum annuum L.) biasanya ditanam di pembibitan sebelum dipindahkan ke lahan. Informasi mengenai lingkungan optimal, termasuk intensitas cahaya, penting untuk memproduksi bibit cabai berkualitas. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh intensitas cahaya, berdasarkan jenis atap persemaian (paranet kerapatan 25%, 50%, dan 75%, kaca, dan fiberglass), terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit cabai cv. Landung. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan intensitas cahaya mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan bibit cabai merah secara keseluruhan. Benih yang memperoleh intensitas cahaya lebih tinggi, yakni di bawah atap kaca (13.876,67 lux) dan atap fiberglass (16.268,89 lux) berkecambah lebih awal dan lebih seragam, dan menghasilkan persentase perkecambahan akhir lebih tinggi (97% dan 95%) dibandingkan benih yang memperoleh intensitas cahaya lebih rendah (atap paranet dengan kerapatan 25%, 50%, dan 75%), masing-masing sebesar 90%, 80,5%, dan 73,2%. Pertumbuhan bibit cabai merah di bawah atap kaca dan fiberglass lebih vigor sehingga menghasilkan kecepatan pertumbuhan (R) lebih tinggi (7,25 dan 7,49) dibandingkan semua perlakuan paranet (7,74, 7,74, dan 7,62). Bahan atap persemaian perlu dipertimbangkan sebab mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan bibit cabai dengan mempengaruhi intensitas cahaya, seperti ditunjukkan oleh penelitian ini.