Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Potensi Fungisida Perlakuan Benih terhadap Perenosclerospora sp. penyebab Penyakit Bulai Jagung Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo
Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 5 No 1 (2021): MARET
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/agriprima.v5i1.401

Abstract

Jamur patogen Perenosclerospora sp. merupakan penyakit penting pada tanaman jagung. Dampak yang ditimbulkan dapat menimbulkan kerugian hingga 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan aktif fungisida sebagai perlakuan benih dalam mengendalikan penyakit bulai (Perenosclerospora sp.) pada tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan dengan diawali menanam tanaman jagung yang diinokulasi bulai sebagai tanaman spreader (sumber inokulum alami) dan pembatas antar perlakuan. Selanjutnya saat tanaman border sudah terinfeksi bulai baru ditanam benih perlakuan yang sudah dicampur dengan bahan aktif fungisida. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan delapan perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol tanpa fungisida (P0), dimetomorf (P1), dimetomorf + piraklostrobin (P2), fenamidon (P3), fenamidon dan propamokarb hodroklorida (P4), metalaksil (P5), mefenoksam (P6), dan fluopikolid+propineb (P7). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol lebih bagus dalam meningkatkan daya kecambah dibandingkan dengan menggunakan fungisida. Benih jagung yang diberikan perlakukan bahan aktif dimetomorf + piraklostrobin memiliki potensi yang paling tinggi dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada jagung manis dan mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman jagung yang dibandingkan perlakuan lainnya.
Inovasi Biopestisida Melalui Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus Di UPT Agroteknopark Universitas Jember Hari Purnomo; Nanang Tri Haryadir; Usmadi; Hadi Paramur
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 2 No. 2 (2021): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.04 KB) | DOI: 10.29303/jsit.v2i2.49

Abstract

Pengelolaan budidaya pertanian telah bergeser dari pengelolaan budidaya konvensional menuju pengelolaan yang menerapkan praktek budidaya yang baik (good agriculture practices). Salah satu upaya mengatasi kendala pengelolaan organisme pengganggu tanaman dalam praktek pengelolaan pertanian yang baik adalah meminimalisasikan aplikasi penggunaan pestisida kimia anorganik yang tidak berdampak pada kesehatan lingkungan akan tetapi juga berdampak pada kesehatan petani pengguna. Biopestisida adalah salah satu alternatif yang ramah lingkungan merupakan pestisida berbahan aktif mikroba pathogen serangga seperti Beauverisa bassiana dan Metarhizium anisopliae. Pengembangan riset jamur pathogen serangga yang ada di laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember memasuki tahapan scale up hilirisasi setelah mempunyai prototipe biopestisida berbahan aktif jamur pathogen serangga dengan formulasi tepung murni miselia jamur yang sedang dalam proses izin merk dan draft paten. Kegiatan dalam program ini bertujuan: 1) Untuk mengembangkan unit produksi biopestisida (mulai produksi sampai pengemasan) dengan pemasaran terbatas pada petani pada desa binaan LP2M tapi tetap profitabel, 2) Bertujuan untuk membangun jejaring pemasaran produk biopestisida pada stake holder yang lebih luas dalam wilayah Besuki Raya, dan 3) Memantapkan kelembagaan unit produksi biopestisida menjadi industri lebih besar.
PRODUKSI BIOPESTISIDA BERBAHAN AKTIF JAMUR ENTOMOPATOGEN FORMULASI PADAT DI DESA ANDONGSARI Hari Purnomo; Irwanto Sucipto; Wildan Muhlison
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 4 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i4.11895

Abstract

ABSTRAKDesa Andongsari telah dijadikan desa KKN tematik pengembangan Desa Wisata dan Wirausaha Sejahtera. Mayoritras profesi masyarakat sebagai petani baik itu petani maupun sebagai buruh tani. Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi petani dalam budidaya cabe besar yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Efek penggunaan pestisida frekuensi tinggi menimbulkan efek samping yaitu hama yang resisten. Diperlukan teknik pengendalian yang ramah lingkungan dan ramah terhadap biaya produksi, salah satunya adalah agens hayati yang bersifat memarasit serangga hama. Mitra kegiatan pengabdian ini sendiri yaitu Desa Andongsari dan kelompok tani yang ditunjuk sebagai panitia pelaksana oleh desa adalah kelompok tani Margo Makmur I dan didampingi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Larasati. Metode pelaksanaan menganut prinsip Plan Do Check Action (PDCA) meliputi kegiatan observasi, perencanaan program, pelatihan berupa praktek langsung. Penggunaan agens hayati tersebut menggunakan media padat karena berdasarkan observasi kondisi lingkungan dan teknik yang mudah digunakan lebih mengarah ke penggunaan media padat. Pelatihan produksi tersebut dibagi beberapa tahapan kecil untuk mempermudah dalam pengawasan dan evaluasi di tiap tahapan. Hasil dari kegiatan ini adalah ada peningkatan pemahaman petani terkait bahaya penggunaan pestisida dan peningkatan minat masyarakat petani terkait penggunaan agens hayati, selain itu juga ada peningkatan softskill berupa pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam memproduksi agens hayati. Kata kunci: agens hayati;  cendawan; desa andongsari; desa wisata; entomopatogen. ABSTRACTThe problems that are often faced by farmers in the cultivation of large chilies are attacks by plant pest. The effect of using high-frequency pesticides causes side effects (resistant pests). Control techniques that are environmentally friendly and friendly to production costs are needed, one of which is biological agents that are parasitic insect pests. The partner for this service activity itself is Andongsari Village and the farmer group appointed as the implementing committee by the village is the Margo Makmur I farmer group and accompanied by the Larasati Women Farmers Group. The implementation method adheres to the Plan Do Check Action (PDCA) principle including observation activities, program planning, training in the form of hands-on practice. The production training is divided into several small stages to facilitate monitoring and evaluation at each stage. The result of this activity is that there is an increase in farmers' understanding regarding the dangers of using pesticides and an increase in the interest of the farming community regarding the use of biological agents, besides that there is also an increase in soft skills in the form of community knowledge and skills in producing biological agents. Keywords: andongsari village; biological agents; entomopathogens; fungi;  tourist village.
PARASITOID AGRIBUSINESS COOPERATION (PAC); OPTIMIZING PARASITOIDS THROUGH MASS PRODUCTION AND INSTITUTIONAL MANAGEMENT AGAINST RICE STEM BORER ATTACK AS A HOLISTIC EFFORTIMPROVING FARMERS' WELFARE Fariz Kustiawan Alfarisy; Hari Purnomo; Suharto Suharto
Indonesian Journal of Fundamental Sciences Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.945 KB) | DOI: 10.26858/ijfs.v4i1.6010

Abstract

 The purpose of this study is to determine the potential of parasitoids through mass production and management of farm institutions to improve the welfare of farmers. The results showed the total number of parasitoids found 385 of the four locations. The found parasitoids consist of Trichogramma spp and Telenomus spp. Parasitoid populations were found to potentially parasitize stemborer eggs as a control effort. The highest level of parasitation lies in Mumbulsari sub-district at 65%. The highest abundance lies in Mumbulsari sub-district with 10.7 heads. This indicates the abundance of parasitoids at these locations is abundant. The success of mass production techniques also requires the management of peasant institutions.