Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

REBUSAN HERBA ILER (Coleus atropurpureus (L) Benth) DAPAT MENURUNKAN SUHU TUBUH MERPATI Mambang, D. Elysa Putri
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 10 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Mei-Agustus 2015
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara tradisional tanaman obat yang digunakan sebagai obat penurun panas adalah herba iler (Coleus atropurpureus (L) Benth). Herba iler mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, etil salisilat, metil eugenol, timol, karvakrol, mineral, minyak atsiri dan tanin. Namun, secara khusus herba iler mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid yang memiliki efek farmakologi sebagai penurun panas (antipiretik). Selain untuk demam herba iler juga berkhasiat mengobati ambeien, diabetes melitus, diare, terlambat datang bulan dan bisul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antipiretik rebusan herba iler terhadap merpati sebagai hewan percobaan. Rebusan pada penelitian ini adalah sediaan cair yang dibuat secara merebus herba iler dengan air pada suhu 90 ºC selama 30 menit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana hewan uji yang digunakan adalah 18 ekor merpati, yang terbagi dalam 6 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor merpati. Kelompok 1 diberikan sirup Paracetamol dosis 45 mg/kg BB, kelompok 2 diberikan rebusan herba iler (15%) dosis sama dengan sirup Paracetamol, kelompok 3 diberikan rebusan herba iler (10%) dosis sama dengan sirup Paracetamol, kelompok 4 diberikan rebusan herba iler (5%) dosis sama dengan sirup Paracetamol, kelompok 5 diberikan aquadest dan kelompok 6 sebagai kontrol (tidak diberi apa-apa). Merpati kelompok 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 diukur suhu tubuhnya setiap 10 menit selama 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan rebusan herba iler dapat menurunkan suhu tubuh merpati dengan konsentrasi 5% pada menit ke 160 , konsentrasi 10% pada menit ke 140, konsentrasi 15% pada menit ke 130, dan sirup Paracetamol pada menit ke 90. Rebusan herba iler konsentrasi 15%, 10% dan 5% memiliki daya antipiretik yang lebih rendah dari sirup Paracetamol pada merpati. Semakin tinggi konsentrasi rebusan herba iler maka semakin tinggi pula daya antipiretik yang diberikan.
REBUSAN RIMPANG ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICAL L) MEMBERIKAN EFEK DIURETIK PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) DI MENIT KE 90 Mambang, D. Elysa Putri
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol 8 No 3 (2014): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode Januari-April 2014
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemetrian Kesehatan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.769 KB)

Abstract

Obat tradisional yang digunakan sebagai diuretik salah satunya adalah tumbuhan alang-alang(Imperata cylindrical L) dan yang digunakan adalah rimpangnya. Rimpang alang-alang mengandungmanitol, glukosa, sakarosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrene, cylindol A, graminoneB, imperanene, stigmasterol, campesterol, β-sitosterol, fernenol, arborinone, arborinol, isoarborinol,simiarenol, anemonin dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek diuretik dari rebusanrimpang alang-alang yang diberikan secara oral pada mencit sebagai hewan percobaan. Rebusan padapenelitian ini adalah sediaaan cair yang dibuat secara merebus rimpang alang-alang dengan air padasuhu 90˚C selama 30 menit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dimana hewan ujiyang digunakan adalah 18 ekor mencit, yang terbagi dalam 6 kelompok masing-masing kelompokterdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok 1 sebagai kontrol (tidak diberikan apa-apa), kelompok 2diberikan aquadest kelompok 3 diberikan rebusan rimpang alang-alang konsentrasi 30%, kelompok 4diberikan rebusan rimpang alang-alang konsentrasi 40%, kelompok 5 diberikan rebusan rimpangalang-alang konsentrasi 30% dan kelompok 6 diberikan suspensi furosemida. Mencit kelompok 1, 2,3, 4, 5 dan 6 diteliti selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rebusan rimpang alang-alangkonsentrasi 30%, 40% dan 50% menghasilkan efek diuretik pada menit ke 90. Sedangkan suspensifurosemida memberikan efek diuretik pada menit ke 60. Suspensi furosemida lebih cepat memberikanefek diuretik dari pada rebusan rimpang alang-alang
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TEMPE TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis DAN Staphylococcus aureus [Antibacterial Activity of Tempe Extracts on Bacillus subtilis and Staphylococcus aureus] D. Elysa Putri Mambang; - Rosidah; Dwi Suryanto
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 25 No. 1 (2014): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.614 KB) | DOI: 10.6066/jtip.2014.25.1.115

Abstract

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TEMPE TERHADAP BAKTERI Bacillus subtilis DAN Staphylococcus aureus [Antibacterial Activity of Tempe Extracts on Bacillus subtilis and Staphylococcus aureus]D. Elysa Putri Mambang1)*, Rosidah1) dan Dwi Suryanto2)1) Program Studi Magister Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan2) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan Diterima 13 Agustus 2013 / Disetujui 05 Februari 2014ABSTRACT  Tempe is a soybean fermented product by Rhizopus oligosporus which contains high amounts of bioactive compounds including antibacterial compounds. The aim of this research is to observe the antibacterial activity of tempe extract against Bacillus subtilis and Staphylococcus aureus. The results of this research broadens the current knowledge of tempe as functional food. Samples of commercial tempe were obtained from a traditional market of Pringgan Medan, Sumatera Utara. Tempe samples were then extracted using three solvents with different polarity: ethanol, n-hexane and ethyl acetate, each at three levels of concentration i.e. 300 mg/mL (30%), 400 mg/mL (40%) and 500 mg/mL (50%). The antibacterial activity test of tempe extracts was carried out using disc difussion method on Mueller Hinton Agar (MHA), and incubation was conducted at 36-37°C for 24 hrs. The obtained data were tested statistically with Analysis of Variant (ANOVA) p>0.05. The ethanol and ethyl acetate extracts of tempe inhibited the growth of B. subtilis and S. aureus. Meanwhile, the ethyl acetate extract of tempe at concentration of 500 mg/mL had the highest inhibition against S. aureus as shown by inhibition diameters of 15.50±0.44 mm (p>0.05), and B. subtilis at 14.13±0.21 mm (p>0.05). No inhibition observed with the n-hexane extracts of tempe against the above bacteria.  
EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus L) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus D. Elysa Putri Mambang; Jafril Rezi
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Agroteknosains
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v2i1.142

Abstract

This study aims to determine whether the Ethanol Extract of Jackfruit Leaves has antibacterial properties and to determine the concentration of Ethanol Extract of Jackfruit Leaves which is useful as an antibacterial to the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The samples tested in this study were young jackfruit leaves (not too young). Fresh jackfruit leaves weighed 1000 g, dried jackfruit leaves, 386.06 g and mashed jackfruit leaves 232.12 g and weighed 200 g. The results of research conducted from testing Ethanol Extract of Jackfruit Leaves on the growth of Staphylococcus aureus bacteria can be concluded that: Ethanol Extract of Jackfruit Leaf (Artocarpus heterophyullus L) has an antibacterial effect on the growth of Staphylococcus aureus bacteria at 50% concentration.
Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Sangitan (Sambucus Javanica Reinw.EX Blume) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Manda Sari, D. Elysa Putri Mambang
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 1 Januari 2022
Publisher : Journal of Health and Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.814 KB)

Abstract

Daun Sangitan (Sambucus javanica Reinw. Ex Blume ) adalah jenis tanaman herbal dalam keluarga viburnaceae asli Asia merupakan tanaman subtropis dan tropis yang diketahui memilki antioksidan yang tinggi. Daun Sangitan mempunyai manfaat bagi kesehatan seperti pengobatan untuk sakit ginjal, untuk pengobatan beri-beri, untuk mengobati keram, nyeri tulang, memar, kulit terbakar, reumatik, pegal linu, dan lain-lain.Tujuan penelitian ini dalah, Untuk mengetahui apakah Ekstrak Etanol Daun Sangitan(Sambucus javanica reinw.Ex Blume) memiliki aktivitas sebagai antipiretikpada tikus putih jantan (Rattus Novergicus). Untuk mengetahui berapakah dosis Ekstrak Etanol Daun Sangitan(Sambucus Javanicayang diberikan pada hewan tikus putih jantan (Rattus Novergicus) sehingga berkhasiat sebagai antipiretik, Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap perlakuan Ekstrak Etanol Daun Sangitan (Sambucus javanica) dilihat dari segi statistik.Metode Penelitian ini meliputi identifikasi tanaman, pengumpulan bahan, skrining fitokimia, karakterisasi simplisia,pembuatan ekstrak Daun Sangitan (Sambucus Javanica),dan Tikus sebanyak 25 ekor dipuasakan dahulu kemudian ditimbang berat badan masing–masing tikus dan diukur suhu awal tubuh tikus melalui rektal tikus, dipuasakan 18 jam sebelum pengujian, tetapi air tetap diberikan. Diukur suhu awal tikus melalui rektal dengan selang waktu 5 menit sebanyak 3 kali. Setelah itu tikus diberikan penginduksi vaksin DPT HB secara intramuscular pada otot paha tikus dengan volume 0,4 ml. pada tikus diberikan Paracetamol (obat antipiretik) sebagai kontrol positif, suspensi CMC sebagai kontrol negatif, ekstrak daun sangitan dengan berbagai dosis yaitu 100 mg/kg BB ; 200 mg/kg BB ; 300 mg/kg. Hasil uji One Way ANOVA pada menit 30 sampai 180 nilai signifikansi p<0,05 menunjukkan ada perbedaan signifikan antar perlakuan. Hasil uji Duncan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara parasetamol dengan dosis 200 mg/kgBB. Hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sangitan mempunyai aktivitas sebagai antipiretik jadi kesimpulannya adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun sangitan mengandung golongan senyawa kimia yaitu flavonoid dan berefek menurunkan suhu demam,ekstrak etanol daun sangitan memiliki efek antipiretik terhadap tikus putih jantan ,ektrak etanol daun sangitan yang paling memberikan efek antipiretik pada dosis 200 mg/kg BB.
Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus (L) G. Don) Pada Mencit Putih Jantan (Mus Musculus) Dengan Metode Writhing Test Latifah Ainun Hasibuan, D. Elysa Putri Mambang
Journal of Health and Medical Science Volume 1 Nomor 2 April 2022
Publisher : Journal of Health and Medical Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.752 KB)

Abstract

Analgetik merupakan senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum.Penelitian ini meliputi karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas analgetik. Aktivitas analgetik ekstrak etanol daun tapak dara (Cathranthus roseus (L) G. Don) pada mencit dilakukan dengan menggunakan metode Writhing test menggunakan asam asetat 0,5% secara intraperitoneal pada daerah bawah perut mencit putih. Kelompok cmc 0,5% , kelompok metampiron 2%, ekstrak etanol daun tapak dara yang diberikan secara oral dengan dosis 150 mg/kgBB,200 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB. Kemudian dihitung jumlah geliat dengan waktu selama 1 jam. Data persentasi daya analgetik dianalisis dengan metode ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan uji Tukey. Hasil dari karakterisasi serbuk simplisia daun tapak dara diperoleh kadar air 7%, kadar sari larut dalam air 29%, kadar sari larut dalam etanol 22%, kadar abu total 3,67% dan kadar abu tidak larut asam 0,67%. Hasil persentase daya analgetik pada metampiron 2% pada menit ke 20 mencapai 55,6%, suspensi ekstrak etanol daun tapak dara dosis 150 mg/kgBB memberikan efek menit ke 50 dengan persen daya analgetik 52,3%, suspensi ekstrak etanol daun tapak dara dosis 200mg/kgBB memberikan efek menit ke 35 dengan persen daya analgetik 50%, suspensi ekstrak etanol daun tapak dara dosis 300mg/kgBB memberikan efek menit ke 35 mencapai 55,8%. Maka dosis 300 mg/kgBB memiliki efek analgetik karena rata-rata persentase daya analgetik mendekati persentase daya analgetik suspensi metampiron 2%.
UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus nigra L.) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN YANG DI INDUKSI PEPTON TESTING THE ANTIPYRETIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF MURBEI LEAF (Morus nigra L.) ON PEPTON INDUCED MALE MICE Jurida, Wike; D. Elysa Putri Mambang; Rafita Yuniarti; Gabena Indrayani Dalimunthe
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 4 (2024): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v6i4.5226

Abstract

ABSTRAK Daun murbei (Morus nigra L.) merupakan family Moraceae telah banyak di manfaatkan oleh masyarakat dalam pengobatan alami. Daun murbei (Morus nigra L.) banyak mengandung senyawa kimia seperti flavonoid sehingga di duga memiliki potensi untuk antipiretik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui golongan senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam daun murbei (Morus nigra L.) dan untuk mengetahui efektivitas antipiretik. Ini merupakan penelitian eksperimental. Tahapan penelitian ini meliputi pembuatan ekstrak etanol daun murbei (Morus nigra L.) menggunakan metode maserasi, skrining fitokimia, karakterisasi dan pengujian efek antipiretik ekstrak etanol daun murbei terhadap mencit putih jantan (Mus musculus) sebanyak 25 ekor yang dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak. Kelompok 1 kontrol negatif, kelompok 2 kontrol positif, kelompok 3 diberi Suspensi Ekstrak etanol daun murbei (Morus nigra L.) dosis 100 mg/kg BB, kelompok ke 4 dosis 200 mg/kgBB, kelompok 5 dosis 300 mg/kgBB. Pengamatan dilakukan selang waktu 30 menit selama 3 jam, lalu dihitung penurunan suhu tubuh. Kemudian dilakukan analisis statistic dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol daun murbei (Morus nigra L.) mengandung golongan senyawa kimia seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid. Dari hasil efektivitas ekstrak etanol daun murbei pada dosis 300 mg/kg BB memiliki efektivitas yang sangat kuat kemudian hasil tukey HSD dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun murbei pada dosis 100mg/kgBB, 200mg/kgBB dan 300mg/kgBB tidak memberikan signifikan dengan paracetamol. Kata Kunci : Antipiretik, Daun Murbei, Flavonoid, Suhu, Mencit Putih Jantan ABSTRACT Mulberry leaves (Morus nigra L.) belong to the Moraceae family has been widely used by the community in natural medicine. Mulberry leaves (Morus nigra L.). The compound content in mulberry leaves contains flavonoid compounds so that it is suspected to have antipyretic potential. The purpose of this study was to determine the class of secondary metabolites contained in mulberry leaves (Morus nigra L.) and to determine the effectiveness of antipyretics. This research is an experimental research.The stages of this study included the preparation of ethanol extract of mulberry leaves (Morus nigra L.) using the maceration method, phytochemical screening, characterization and testing of the antipyretic effect of ethanol extract of mulberry leaves on 25 male white mice (Mus musculus), divided into 5 groups randomly. . Group 1 was negative control, group 2 was positive control, group 3 was given 100 mg/kg BW ethanol extract suspension of mulberry leaves (Morus nigra L.), 4th group 200 mg/kg BW, 5th group 300 mg/kg BW. Observations were made by measuring the body temperature of male white mice at intervals of 30 minutes for 3 hours, then calculating the decrease in body temperature. Then statistical analysis was carried out with the ANOVA test.The results showed that the simplicia and ethanol extract of mulberry leaves (Morus nigra L.). From the results of antipyretic effectiveness, it showed that the ethanol extract of mulberry leaves at a dose of 300 mg/kg BW had very strong effectiveness and the results of tukey HSD could be concluded that the ethanol extract of mulberry leaves at doses of 100 mg/kgBW, 200 mg/kgBW and 300 mg/kgBW did not give a significant effect on paracetamol. Keywords: Antipyretic, Mulberry Leaf, Flavonoid, Temperature, Male White Mice
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN MATOA (Pometia pinnata J.R. FORST & G. FORST) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella thypi Gultom, Syarifah Elena; Mambang, D. Elysa Putri; Nasution, Haris Munandar; Rahayu, Yayuk Putri
Jurnal Farmasi Klinik dan Sains Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Farmasi Klinik dan Sains
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gombong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26753/jfks.v3i1.1062

Abstract

Matoa memiliki sejarah panjang dalam penggunaan obat tradisional (Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst). Antioksidan termasuk vitamin C dan E, serta flavonoid, tanin, dan saponin dapat ditemukan dalam jumlah yang melimpah pada buah matoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol serbuk simplisia daun matoa dan metabolit sekundernya terhadap Salmonella thypi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol daun matoa (Pometia pinnata J.R. Forst & G. Forst). Pengujian dilakukan pada ekstrak 50%, 30%, dan 30%. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun matoa ditentukan dari kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Pelarut etanol digunakan untuk menguapkan ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi daun matoa. Ekstrak daun matoa diencerkan dengan DMSO 30%, 40%, dan 50%. Pengenceran tersebut akan menentukan seberapa baik ketahanan Salmonella typhi terhadap antibiotik. Metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan steroid dianalisis pada ekstrak etanol daun matoa dan simplisia. Salmonella thypi dihambat dengan rata-rata 12,6 mm pada konsentrasi 30% (Interpretasi menengah), 13,8 mm pada konsentrasi 40%, dan 15,3 mm pada konsentrasi 50% dengan menggunakan ekstrak etanol daun matoa. Aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun matoa ditunjukkan dengan zona hambat dengan diameter rata-rata daerah hambat yang sesuai dengan interpretasi Intermediate (I). 
Uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan dan etil asetat daun kenanga (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thomson) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis Sepriani, Ananda; Nasution , Haris Munandar; Mambang, D. Elysa Putri; Rahayu, Yayuk Putri
Journal of Pharmaceutical and Sciences Suppl. 1, No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i5-si.371

Abstract

Human life always coexists with various types of microbes. One of them is kenaga leaves (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thomson), which is a plant that can be used as a traditional medicine, one of which can be used to treat itching on human skin and can inhibit bacteria, one of which is Staphylococcus epidermidis. This research aimed to determine the types of secondary metabolite compounds contained in ylang-ylang leaves (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thomson) and to test the antibacterial activity of the n-hexane and ethyl acetate fractions of ylang-ylang leaves (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thomson). This research method includes simplicia characterization and phytochemical screening on simplicia powder and 96% ethanol extract. Extraction was done by maceration with 96% ethanol solvent, then liquid-liquid fractionation with n-hexane and ethyl acetate solvents. The antibacterial activity test was carried out by measuring the diameter of the inhibition zone using the agar diffusion method. The results of the examination of the characteristics of ylang-ylang leaf Simplicia powder (Cananga odorata (Lam.) Hook. F. & Thomson) showed that the water content was 7.33%, the water-soluble essence content was 26.48%, the total ash was 3.52%, and acid insoluble ash content 0.18%. The results of phytochemical screening showed alkaloids, flavonoids, saponins, glycosides, tannins, and steroids. The activity test results on the n-hexane, ethyl acetate, and ethanol extract fractions had antibacterial activity. The n-hexane fraction gave strong results against Staphylococcus epidermidis bacteria at a 70 mg/ml concentration with an inhibitory zone diameter of 12.37 mm. The ethyl acetate fraction was strong against Staphylococcus epidermidis bacteria at a 70 mg/ml concentration with an inhibition zone diameter of 12.98 mm.
Uji aktivitas antipiretik ekstrak etanol daun kembang merak (Caesalpinia pulcherrima (L.) terhadap mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi vaksin DPT-HB Handayana, Icha; Mambang, D. Elysa Putri; Nasution , M. Pandapotan; Rahayu , Yayuk Putri
Journal of Pharmaceutical and Sciences JPS Volume 7 Nomor 4 (2024)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/journal-jps.com.v7i4.627

Abstract

Peacock flower leaves are an ornamental plant Indonesian people use to decorate their yards. Peacock flower leaves contain alkaloids, saponins, tannins, glycosides, and calcium oxalate. Peacock flower leaves are often used as an antipyretic, antibacterial, and liver inflammation. Fever is common in children and adults. The use of paracetamol at this time is usually found in the community, but the use of paracetamol has adverse side effects. The research aims to determine the antipyretic activity of the ethanol extract of peacock flower leaves. This study was experimental; the research method was carried out by screening phytochemicals and administering a suspension of peacock flower leaf extract given orally at a dose of 50,100,200mg/kg in male mice induced with DPT-HB. Paracetamol was used as a comparison, and then the body temperature of the mice was measured using a thermometer every 30 minutes for 3 hours (180 minutes) rectally. Data were analysed using SPSS ver.24 One Way ANOVA and continued with the Tukey test. The results of the phytochemical screening of simplicia powders and extracts contained secondary metabolites of alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, triterpenoids/steroids and glycosides. The antipyretic activity obtained in each treatment significantly affected the One-way ANOVA and Tukey test results with a P <0.05. The results showed that peacock flower leaf extract had antipyretic activity, and the greatest antipyretic activity was at a dose of 100mg/kg BW with a very significant difference with 1% Paracetamol. It can be concluded that peacock flower leaf extract has the most effective antipyretic activity at a dose of 100mg/kg BB.